Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Babad Ikhwan Mistis: Operasi Khusus Bradjamusti

6 April 2020   09:04 Diperbarui: 6 April 2020   09:10 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah sehari sebelumnya para anggota KIMBERLI telah melakukan rapat darurat untuk membahas persoalan mengenai poster agitasi yang tersebar di kampus, hari ini setiap divisi mulai bekerja melakukan tugasnya masing-masing. 

Dede sebagai kapten pansus memantau perkembangan dari pekerjaan yang dilakukan oleh semua divisi. Dan untuk memudahkan komunikasi demi kelancaran transmisi informasi maka dibuatlah aplikasi "pusat koordinasi opsus bradjamusti".

Ya, operasi ini dinamakan "Bradjamusti" hal ini sesuai dengan apa yang Dede yakini tentang arti dari bradjamusti itu sendiri yaitu tangguh dan kuat. Dede menginginkan operasi ini dapat mencapai target dengan bisa melalui segala rintangan pun dalam kondisi yang tangguh serta kuat menghadapinya. Selaku Sekjen peran Bale adalah memastikan setiap data yang masuk langsung ia himpun dalam "big data opsus bradjamusti". Demikian ia menamakan folder khusus operasi ini.

Selain itu peran Bale juga memonitor kegiatan setiap divisi, kedisiplinan mereka. Oleh sebab itu urusan adminstrasi juga dipegang Bale. Setiap divisi harus melapor kepada Bale ketika hendak dan setelah melaksanakan tugas. 

Peran Bale penting dalam hal pendokumentasian operasi ini guna kebutuhan laporan pertanggungjawaban dan pula bukti transparansi opsus kepada atasannya, yaitu Dede, Bursh, juga Yai Izan.

Divisi pertama yang mulai sibuk adalah divisi intel. Ical sebagai kordiv dengan anggotanya Vey dan Rey mulai menyelidiki seantero kampus tanpa terkecuali. Tentu saja mereka melakukan itu dengan penyamaran dan kehatihatian. 

Sebisa mungkin mereka bekerja tanpa diketahui orang lain. Bahkan Ical menanamkan konsep kepada anggotanya yaitu "be the invisible and untouchable man" yang artinya ada namun tiada, bergerak dalam senyap, menyergap dengan cepat.

Ical, Vey, dan Rey memulai aksinya dengan mencoba penyamaran. Mula-mula Ical menginisiasi dengan menggunakan kacamata hitam dan jaket hitam. Pokoknya semua serba hitam.

"Gimana bro udah keliatan beda"

Vey dan Rey saling pandang, lalu tak lama tawa pecah dari mulut keduanya.

"Malah ketawa kenapa, aneh?" Tanya Ical heran

"Cal, cal bukannya mau ngintel inimah" Jawab Rey sambil terkekeh.

"Kan biasanya intel pakeannya gini"

"Yaelah, intel asli kan itumah, inikan di kampus, selewat aja lu udah ketauan cal, malah kaya begal" Lalu tawa kembali pecah.

Ical kemudian merogok saku celananya, dimasukan tangannya ke dalam saku, agak lama ia memutar-mutar tangannya sampai tak lama ia berhasil mengeluarkan cermin yang ukurannya seperti piring itu. 

Entah mengapa barang itu sampai bisa masuk ke saku celananya. Ia lantas menghadapkan wajahnya kepada cermin. Kini alisnya mulai naik turun, dahinya ia kerut-kerutkan. 

Tangannya dengan lembut mengelus kumis dan janggutnya. Mulutnya sejak dari awal menye-menye saja. Belum lagi tangan kirinya dengan anggun menyesuaikan posisi cermin agar pas dengan wajahnya.

Dalam kondisi itu Vey dan Rey hanya melongo melihat kepongahan kordivnya. Selama beberapa menit Ical masih sibuk bermain dengan cerminnya. Kini ia mulai sibuk menata rambut. 

Lalu membetulkan kerah bajunya yang agak lepek. Selain itu Ical juga lama berkutat dengan membenarkan posisi gespernya yang tidak simetris. Begitupun ia sama sibuk mengatur kerapihan celana cino hitam dan sepatu larsnya.

Cukup lama menunggu, Vey dan Rey sampai juga pada batas kesabarannya.

"Cal, lu malah sibuk dandan, ini kapan kerjanya" Ujar Rey ketus

"Santai, gua kira nggak ada yang salah sama pakean ini"

"Yaudah gapapa terserah lu aja, yang penting sekarang kita musti kerja" Vey menyarankan

"Oke oke bentar"

Lalu untuk kesekian kalinya Ical sibuk dengan dirinya, kini ia mengeluarkan parfum dari tas waistbagnya dan "srrtt srttt srrrt" cipratan parfum langsung memgembuni dirinya, dan ia larut dalam keharuman, atau kepengaran bau parfumnya itu.

"Kuy gow!"

Dan kemudian dengan tunggang langgang Ical berjalan pasti di dampingi oleh Vey dan Rey yang sebenarnya menahan bau berlebih parfum yang disemprotkan Ical. Cerita berbeda dialami oleh divisi aksi dan fakta. Mereka langsung terjun ke tengah-tengah masyarakat kampus. 

Sebagai divisi aksi Egi ditemani Roy dan Duls memulai dengan melakukan aksi gelar diskusi di belakang kantin kampus. Mereka bekerja sama dengan Wahyu sebagai Kordiv propaganda untuk menyebar poster diskusi pergerakan kampus.

Senada dengan divisi aksi, divisi fakta yang digawangi Ivan mulai melakukan pencarian data-data strategis dalam penyebaran poster yang meresahkan itu. 

Misalnya dengan mewawancara petugas kebersihan, satpam, dan ibu-ibu kantin. Proses diskusi yang dilakukan Egi juga mendapat bantuan dari Mou selaku kordiv keamanan yang dibanti juga oleh Bey dan Juls.

Diantara semua yang bekerja tentu peran vital terdapat pada divisi intel, bukan karena divisi lain tidak penting, tetapi divisi intel lah yang merupakan informan utama dalam kasus ini, sehingga jika data dari intel sudah salah, itu akan berdampak pada keberhasilan divisi lain, dan umumnya pada opsus itu sendiri. oleh sebab itu divisi intel menjadi fokus utama pengawasan dan pengarahan dari Dede, Bursh, dan Yai Izan.

Ical, Vey, dan Rey kini mulai membagi tupoksi, Ical berkeliaran di sekitar kantin, Rey di perpustakaan, dan Vey di sekitar ruang kelas. Mula-mula Ical menyiapkan diri agar bisa bersikap sewajar mungkin meskipun dalam penampilan cukup nyentrinya. 

Ia secara seksama memasukan alat penyadap suara dibalik pergelangan tangan bajunya, hal ini penting agar ia bisa mendapat informasi secara cepat dan tanpa ketahuan.

Ical duduk di ujung kantin, mencoba melihat aktifitas di sana. Ical menelisik setiap sudut kantin, melihat dimanakah titik keramaian. Sampai beberapa lama ia melihat beberapa akhwat berkumpul dengan beberapa ikhwan, jumlah sekitar 7 orang dan tampak serius membicarakan suatu hal. 

Tanpa lama, Ical mulai bergerak, bermanuver dengan duduk persis di belakang tempat kumpul mereka, lalu menenggelamnkan dirinya dalam penyamaran sebagai mahasiswa biasa yang butuh makan dengan memesan seporsi batagor.

Lambat laun, Ical melihat diskusi mereka tampak ramai dan beberapa diantara mereka fokus menyimak seseorang yang berbicara. Ia seorang ikhwan, mungkin semester 5 dalam pikiran Ical. 

Ia beraksi dengan meluruskan tangan kirinya yang terdapat alat penyadap, sedangkan tangan lainnya menggenggam hp yang ia arahkan ke wajahnya, layaknya gaya santai seseorang bermain hp.

Dengan perlahan Ical kemudian menekan tombol yang tersembunyi dibalik bajunya, itu dilakukan untuk mengaktifkan alat penyadapnya. Lalu ia memasangkan headset ke hpnya, ini pun agar suara dari alat penyadap mampu langsung ia dengar dengan jelas. 

Hingga pesanan batagornya datang, ia tidak mendengar yang dibicarakan kerumunan itu adalah soal selebaran propaganda kampus kemarin. Mereka sibuk membicarakan event kampus minggu depan.

Setelah tanpa hasil, dan batagornya telah habis, Ical kembali menuju sudut kampus dan memantau lagi kerumunan yang ada di sana. Tak lupa Ical menekan kembali tombol alat penyadap untuk menjeda kerja penyadapan sementara waktu. 

Rey juga tak kalah berusaha dengan Ical, cara penyadapan yang ia lakukan hampir sama dengan Ical, hanya saja pergerakan Rey lebih mobile, karena ia harus berkeliling lorong perpus guna mendapat informasi.

Sementara itu vey sibuk mondar-mandir di lorong kelas, mencoba menelisik tempat orang-orang berkumpul. Sekira sampai ashar, Ical, Rey, dan Vey berkumpul kembali di selasar masjid, mereka saling mengemukakan informasi yang didapat dari hasil penelursurannya.

"Gimana hasil hari ini?" Tanya Ical

"Nihil!" Ujar Rey

Sementara itu Vey menggelengkan kepala dengan wajah lusuh. Ical paham bahwa Vey juga tak membuahkan hasil. "Lha lu gimana Cal?" Tanya Vey

"Nah ini ada sedikit informasi"

Rey dan Vey menegakkan posisi duduknya, berfokus mendengar penjelasan Ical.

"Awalnya nggak ada, Cuma banyak yang ghibah atau sekedar ngobrolin tugas, nah pas sekitar jam 1 ada beberapa ikhwan yang ngobrol sambil ngopi"

"Disitu gue deketin, dan mereka bebeapa kali nyinggung kata poster, gue kan curiga jadi terus gue dengerin dari jarak yang lumayan deket" Lanjut Ical

"Terus gimana" Potong Rey

"Nah ini, gue denger juga mereka bilang berhasil berhasil gitu lah, lalu ketawa ini itu, mulai panas juga kampus katanya"

"Orang-orangnya sempet gue foto juga, agak susah tapi ntar biar urusan divisi lain buat cek identifikasi wajahnya"

"Itu aja?" Tanya Vey

"Ada satu lagi yang buat gue yakin mereka pelakunya, mereka bilang bakal ngelancarin gelombang kedua, nggak ada kalimat lanjutannya sih, tapi itu cukup buat jadi bukti awal"

Setelah itu mereka segera menghadap divisi terkait, dalam hal ini fakta yang memiliki alat identifikasi wajah, dan setelah didapati identitasnya, akan juga ditelusuri jejak digital mereka, baik riwayat pesan maupun telepon. Langkah tracing ini perlu dilakukan untuk menemukan fakta sebelum lanjut ke tahap pemanggilan dan interogasi.

Setelah bertemu Ivan, Ical juga berkoordinasi dengan Dede

"Kap, ini laporan terbaru dari divisi kami" Ical memberikan berkas laporan

"Bagus, pak koor, saya terima informasi ini akan saya laporkan juga kepada Komodor Bursh"

Belum sempat Dede mengucap kata terimakasih, masuk pesan singkat dari Izal sebagai anggota divisi propaganda, begini pesannya:

"Alerta! Alerta!

Kode: Bravo-Eight-Six-Twelve-Foxtrot

Gerbang kampus!!!"

Dede langsung tersentak membaca pesan dari Izal, dan dengan segera bersama Ical ia menuju gerbang kampus.

Terlihat di sana massa sudah berkerumun, Izal dan Wahyu melambaikan tangan kepada Dede dan Ical. Di sana juga rupanya sudah ada Bale dan Egi. Dede terkaget ketika melihat sebuah baner besar terpampang di gerbang belakang kampus. Baner itu besar untuk bisa dibaca orang dari kejauhan. Namun yang membuat gerah Dede adalah tulisannya "Revolusi dimulai, hancurlah!"

Dede dan anggota pansus heran, mereka bertanya-tanya apa maksud dari semua ini. Lalu tak lama setelah kejadian ini, Bursh yang juga sudah tahu, segera memerintahkan kepada seluruh anggota pansus agar merapat ke selasar masjid detik itu pula.

Dede, Ical, dan yang lain bergegas menuju selasar masjid. Mereka berlari, hingga tak lama sampai disana. Kemudian telah terlihat Bursh, Yai Izan, dan anggota lain sudah berkumpul.

"Oke kamerad semua, pembahasan ini tidak akan lama, tetapi akan mendalam dan tegas"

"Seperti yang sudah kita ketahui, lagi-lagi teror kembali muncul, dan kini saya rasa sudah cukup parah, maka disini saya akan meminta bagaimana hasil dari tiap divisi, terutama divisi intel"

Ical dan Dede kemudian menjelaskan hasil penulurusan yang ditemukan. Pada saat itu juga Ivan diperintahkan agar dalam waktu 1x24 jam melakukan identifikasi wajah dan penemuan jejak digital. Sehingga pada rapat esok, akan segera disusun rencana pemanggilan dan interogasi. 

Hal ini cepat dilakukan setelah Izal yang kebetulan sedang berada di gerbang, melihat beberapa orang menempel baner, Izal kira itu baner acara, namun setelah si penempel pergi, Izal membaca dan kaget dengan isinya.

Izal juga membeberkan ciri-ciri si penempel, dan pada saat bersamaan Ical mengkonfrimasi bahwa ciri-ciri yang disebutkan Izal mirip dengan orang yang ia sadap siang tadi. 

Oleh karena itulah upaya identifikasi perlu secara cepat dilakukan. Kemudian, Dede segera menugaskan kepada Egi dan Mou agar berkolaborasi menyusun siasat pemanggilan dan interogasi bilamana datang yang ditemukan Ivan cocok, maka pada saat itu pula tindakan aksi langsung dilakukan.

Bursh menambahkan penjelasan Dede dengan meminta para anggota agar menahan diri dan tak meluapkan emosinya. Ia menekankan bahwa operasi ini harus sesuai prosedur agar hasilnya bisa tercapai. 

Namun ia juga meminta kepada para anggota agar menyiapkan fisik dan mental, karena menurutnya upaya selanjutnya tidak akan mudah, bisa saja terjadi konfrontasi dan semacamnya, kemudian Bursh menutup dengan berdiri "Bersiaplah!"   

to be continued

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun