"Cal, cal bukannya mau ngintel inimah" Jawab Rey sambil terkekeh.
"Kan biasanya intel pakeannya gini"
"Yaelah, intel asli kan itumah, inikan di kampus, selewat aja lu udah ketauan cal, malah kaya begal" Lalu tawa kembali pecah.
Ical kemudian merogok saku celananya, dimasukan tangannya ke dalam saku, agak lama ia memutar-mutar tangannya sampai tak lama ia berhasil mengeluarkan cermin yang ukurannya seperti piring itu.Â
Entah mengapa barang itu sampai bisa masuk ke saku celananya. Ia lantas menghadapkan wajahnya kepada cermin. Kini alisnya mulai naik turun, dahinya ia kerut-kerutkan.Â
Tangannya dengan lembut mengelus kumis dan janggutnya. Mulutnya sejak dari awal menye-menye saja. Belum lagi tangan kirinya dengan anggun menyesuaikan posisi cermin agar pas dengan wajahnya.
Dalam kondisi itu Vey dan Rey hanya melongo melihat kepongahan kordivnya. Selama beberapa menit Ical masih sibuk bermain dengan cerminnya. Kini ia mulai sibuk menata rambut.Â
Lalu membetulkan kerah bajunya yang agak lepek. Selain itu Ical juga lama berkutat dengan membenarkan posisi gespernya yang tidak simetris. Begitupun ia sama sibuk mengatur kerapihan celana cino hitam dan sepatu larsnya.
Cukup lama menunggu, Vey dan Rey sampai juga pada batas kesabarannya.
"Cal, lu malah sibuk dandan, ini kapan kerjanya" Ujar Rey ketus
"Santai, gua kira nggak ada yang salah sama pakean ini"