Ia berteriak penuh semangat, melewati semak gelap akibat tertimpa bayangan pepohonan. Bermanuper di antara pohon kelapa. Sampai akhirnya sebuah jaring membentang tiba-tiba di hadapan, membuat ia merekat di sana bersama pari yang tadi ditungganginya. Jaring tadi menggulung dan tergantung di pohon kelapa. Milos berubah takut sekaligus cemas. Firasat buruk merong-rong di dalam benaknya.
Malam terus merangkak, tak ada apa pun muncul, ia pun tertidur berkawankan pari yang perlahan meredup dan mungkin juga tertidur sama seperti dirinya.
&&&
2.
Awan berwarna warni bergumpal menghiasi langit putih bersih, di tengah tanah lapang yang menghadap ke arah gunung kelabu, tercipta garis jejak lurus mengepulkan debu. Milos yang terbangun karena benturan tanah dengan tubuhnya, panik meronta-ronta dari dalam jaring yang terseret membungkusnya bersama pari terbang.
Langkah besar di depan, berat dan menakutkan. Sosok itu berbulu coklat seperti beruang dengan sepasang tangan berjari tiga runcing membentuk cakar. Jari kokoh tadi menggenggam ujung jaring, menyeretnya sembari menyenandungkan sebuah lagu. Suaranya berat tidak jelas, acap kali menganga terlihat kawanan taring berwarna gading. Namun jika dilihat secara keseluruhan, makhluk itu tidak terlalu menyeramkan, apalagi ketika sepasang matanya yang bundar keemasan terlihat berkedip, bagaikan mata bayi imut tak berdosa.
“Hey, lepaskan aku!” Teriak Milos cukup lantang.
Langkah tadi terhenti, jemari kokoh menggaruk kening yang lebat menyatu dan menjorok ke depan bagaikan topi pelindung terik matahari. Ia bergerak mendekat, berjongkok lalu mengintip ke dalam jaring.
“Lepaskan aku!” Ulang Milos dengan nada mengancam.
Monster itu baru menyadari makhluk seperti apa yang ada di dalam jaringnya, ia bangkit sontak, bingung lalu berlari terbirit-birit lurus sambil berteriak. “Rubaahhhh!”
“Hey, jangan lari. Lepaskan aku!” Namun Monster tadi semakin jauh meninggalkannya.