Mohon tunggu...
Rafi Sufianto
Rafi Sufianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Indonesia

K3 FKM UI 2020

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pengaruh Heat Stress pada Pekerja di Pertambangan

21 Juni 2022   14:25 Diperbarui: 21 Juni 2022   14:34 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

BAB I PENDAHULUAN

Kebutuhan energi tentu menjadi hal yang penting bagi perkembangan suatu negara. Hampir seluruh kegiatan baik dari bidang transportasi, ekonomi, kesehatan, dan bidang lainnya, membutuhkan energi sebagai salah satu penggerak utama dalam sistem yang digunakan. 

Pertambangan merupakan salah satu penopang dalam usaha pemenuhan kebutuhan energi. Tingginya kebutuhan energi menjadikan pertambangan menjadi salah satu bidang pekerjaan yang memiliki pekerja dalam jumlah besar. 

Contoh besarnya jumlah pekerja ini adalah per-2021, sebanyak lebih dari 127 pekerja bekerja di pertambangan freeport (PTFI, 2021). Mengingat banyaknya pekerja yang bekerja pada bidang ini, tentu penting untuk dapat menjaga keselamatan dan kesehatan pekerja tersebut agar tetap dalam kondisi prima.

Salah satu cara untuk menjaga keselamatan dan kesehatan pekerja adalah dengan mengetahui dan mengidentifikasi risiko yang ada pada lingkungan pekerjaan tempat pekerja tersebut melakukan aktifitas pekerjaannya. 

Salah satu bahaya yang memiliki potensi risiko bagi pekerja dari lingkungan di sekitarnya merupakan bahaya suhu tinggi (heat). Suhu tinggi pada pekerja dapat meningkatkan risiko heat stress, heat stroke, dan lain sebagainya. Pada pertambangan, suhu tinggi pada lingkungan berada pada aktivitas drilling, welding, dan blasting (MSHA, 2012). Selain itu, lokasi pembakaran pada pertambangan menjadi salah satu area pertambangan dengan suhu tinggi.

Bahaya suhu tinggi pada pertambangan ini dibuktikan dengan sebuah peristiwa dimana pada tahun 2002 di Nevada, terdapat dua kematian yang terjadi pada kegiatan penyelamatan di pertambangan, dimana dua pekerja tewas akibat tersesat di daerah pertambangan akibat suhu tinggi (MSHA, 2003). 

Selain itu, kecelakaan lainnya terjadi di Polandia pada tahun 1998, dimana terdapat enam dari sepuluh orang kru penyelamat di pertambangan tewas akibat pajanan suhu tinggi di pertambangan (Goldstein and Kajdasz, 2000). Kedua kecelakaan ini menjadi bukti pentingnya mengidentifikasi risiko bahaya suhu tinggi terhadap pekerja.

Mengetahui hal tersebut, untuk meningkatkan dan mempertahankan keselamatan dan kesehatan pekerja, serta membantu meningkatkan produktivitas pekerja, maka diperlukan pengetahuan terkait bahaya suhu tinggi pada area kerja pekerja, terutama dalam bidang pertambangan.

BAB II ISI

2.1. Definisi Heat Stress

Menurut MSHA (2012), yang dimaksud dengan lingkungan kerja dengan suhu tinggi merupakan lingkungan dimana terdapat kombinasi dari temperatur udara, kelembaban, radiasi, dan kecepatan angin yang melampaui wet bulb globe temperature, yaitu pada 79F (26C). Lingkungan kerja dengan suhu tinggi ini dapat menimbulkan risiko heat stress. 

Menurut ISO 7243, heat stress sendiri didefinisikan sebagai sebuah keadaan dimana tubuh tidak dapat mengeluarkan kelebihan panas dari tubuh ke lingkungannya. WHO(1969), menganjurkan bahwa tubuh manusia tidak boleh memiliki suhu lebih dari 38C. Ketika terdapat individu yang suhu tubuhnya naik hingga 40C, maka terdapat risiko terjadinya heat stroke yang dapat menyebabkan kematian.

2.2. Faktor Risiko Heat Stress

Heat stress dapat mempengaruhi individu dengan menimbulkan berbagai efek buruk yang dapat mengorbankan kemampuan individu untuk mendinginkan diri. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keparahan stres panas termasuk usia pekerja, tingkat kebugaran dan kesehatan secara keseluruhan.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi beban panas pada tubuh yaitu suhu udara, pancaran panas, kelembaban, pergerakan udara, tingkat pekerjaan fisik, dan jumlah serta jenis pakaian yang dikenakan. Ketika pekerja menggunakan pakaian tebal, berlapis-lapis, kedap air, maka akan menghambat hilangnya panas dan menyebabkan risiko tambahan selama melakukan tugas yang menuntut fisik. Selain itu, penggunaan APD juga memengaruhi toleransi seseorang terhadap lingkungan yang panas.

Dalam situasi penambangan dimana panas radiasi bukan merupakan faktor utama, telah ditemukan bahwa indeks terbaik adalah Suhu Efektif (Effective Temperature/ET) karena memperhitungkan kecepatan udara. ET dapat digunakan dengan mudah tanpa memasukkannya ke dalam tambang serta memperhitungkan suhu dan kecepatan udara. Hal ini menjadi penting karena pergerakan udara yang baik di seluruh tubuh memiliki efek pendinginan, sedangkan kelembaban relatif yang tinggi akan mengurangi kemampuan tubuh untuk kehilangan panas melalui keringat.

Faktor risiko yang pertama adalah lingkungan kerja, pertambangan harus dapat mengatur lingkungan kerja dengan menyoroti berbagai warna di wilayah tambang sesuai dengan suhu efektif yang berbeda. Kualitas udara di tambang juga harus dapat diatur dengan posisi serta waktu koneksi ventilasi yang tepat sehingga dapat meminimalkan kebocoran antara intake dan return outbye untuk memaksimalkan jumlah udara yang didapat pekerja. 

Udara bersih harus bisa diberikan pada pekerja apabila belum terdapat ventilasi di beberapa bagian sehingga tidak menimbulkan ventilasi seri. Salah satu faktor yang paling signifikan dalam mempengaruhi suhu udara adalah efek panas yang dilepaskan oleh mineral dalam perjalanan di konveyor. Sumber panas berlebih yang umum adalah peralatan yang dibiarkan berjalan saat tidak diperlukan. Contohnya termasuk mesin diesel yang dibiarkan diam saat kendaraan tidak digunakan, dan sistem ekstraksi debu tetap berjalan saat tidak ada mineral yang dipotong. 

Kelembaban air juga merupakan suatu faktor penting yang harus dikontrol agar selalu seminimal mungkin. Hal ini dapat dicapai dengan menghilangkan genangan air dan dengan meminimalkan jumlah air yang masuk ke bawah tanah. Sumber air yang jelas termasuk kebocoran, tumpahan, pipa pembilasan selama perpanjangan/retraksi, semprotan berlebihan, air pendingin mesin, dan air strata alami. 

Membiarkan air menumpuk di genangan air juga akan meningkatkan kelembapan udara yang lewat, sehingga juga harus dihindari. Setiap tumpahan harus dikumpulkan dan dibuang melalui pipa. Kisaran pompa yang sesuai harus dipertahankan, setidaknya ke lokasi strategis di mana mereka dapat diakses jika dan bila diperlukan.

Faktor yang kedua adalah sistem kerja itu sendiri yang berkaitan dengan pekerja. Setelah lingkungan yang dibuat oleh perusahaan sudah memadai, pekerja harus mampu secara fisik untuk mengatasi kondisi tempat kerjanya, sehingga harus dilakukan tes kesehatan terkait kebugaran fisik dan medis. 

Selanjutnya setelah pekerja melakukan pekerjaannya terdapat faktor yang menyertai yaitu aklimatisasi, pekerja menjadi terbiasa bekerja dengan lingkungannya sekitar satu minggu, namun apabila terjadi aklimatisasi, toleransi dapat menurun selama dua hari atau bahkan sepenuhnya selama dua minggu. 

Pekerja yang telah absen selama lebih dari seminggu tidak dapat bekerja di lingkungan yang panas dengan kecepatan yang sama saat kembali tanpa meningkatkan risiko heat stress. Selain itu, sistem kerja juga harus dapat mengatur bagaimana pekerjanya melakukan istirahat yang tepat sesuai dengan kondisi dan sifat pekerjaan. 

Ketika berada di lingkungan panas, faktor hidrasi sangat berperan penting. Air yang dikonsumsi pekerja tidak boleh diminum dengan suhu yang sedingin es, meskipun dengan asumsi tujuan mendinginkan tubuh lebih cepat. Hal ini karena perut bukanlah bagian inti tubuh dan dingin memiliki efek penyempitan pada puerut serta aliran ke usus berkurang serta rehidrasi tertunda.

Faktor yang ketiga adalah dari bagaimana pekerja menjaga kesehatannya sendiri sendiri. Pekerja perlu menjaga kesehatan yang merupakan faktor risiko penting, dimana berat badan harus optimal, serta pola makan yang baik. Pengonsumsian kafein selama shift dapat bersifat diuretik dan mendorong cairan yang dapat mengakibatkan dehidrasi. 

Hal ini dapat diamati melalui warna aliran urin, dimana semakin gelap warnanya adalah tanda orang itu mengalami dehidrasi. Apabila pekerja menjalani pengobatan rutin atau menderita kondisi medis wajib memberi tahu departemen kesehatan kerja terkait. Ketiga faktor diatas merupakan faktor yang penting dan harus diperhatikan untuk mengurangi risiko heat stress pada pekerja.

2.3. Dampak Heat Stress pada Pekerja Tambang

Terdapat beberapa individu yang rentan dengan panas, di antaranya pekerja berusia 60 tahun ke atas (pekerja tua), pekerja dengan kelebihan berat badan, pekerja dengan penyakit yang sudah ada sebelumnya (tekanan darah tinggi atau depresi), serta pekerja yang mengonsumsi obat-obat tertentu. Penyakit yang berhubungan dengan panas di pertambangan, diantaranya:

  1. Heat Rash 

Ciri-ciri:

Berbentuk lepuhan kecil, berwarna merah, terkena di daerah leher, dada atas, selangkangan, bawah payudara, serta lipatan siku, heat rash berkaitan dengan maceration (penghilangan) kulit dengan adanya keringat terus menerus yang tidak menguap

Treatment:

Mencegah dan mengeringkan kulit secara teratur di bagian yang sensitif, Tidak memakai pakaian yang ketat, Mengoleskan bedak agar kulit menjadi kering, Menghindari salep dan krim, Tidak meledakkan lepuhan kulit agar tidak infeksi.

  1. Sunburn 

Ciri-Ciri:

Berada jauh di bawah lapisan atas, kulit menjadi memerah, serta individu merasa demam, serta berisi cairan melepuh dalam kondisi yang lebih parah

Treatment:

Mengoleskan kompres air dingin pada area yang terbakar, Menjauhi penggunaan salep, Menggunakan beberapa lotion yang aman untuk kulit.

  1. Heat Fatigue 

Ciri-ciri:

Terjadi ketika kurangnya aklimatisasi (terbiasa dengan lingkungan), sehingga gangguan kinerja melemah dan membutuhkan keterampilan serta kemahiran.

Treatment:

Memindahkan individu ke area yang lebih dingin dan memberikan waktu untuk pemulihan.

  1. Heat Cramps 

Ciri-ciri:

Nyeri otot atau kejang di bagian perut, lengan, kaki akibat terlalu banyak dan sedikit garam.

Treatment:

Memberikan korban sendok makan garam meja per liter air atau minuman untuk menggantikan elektrolit yang berkurang, Segera menghubungi medis profesional ketika tidak mereda juga dalam waktu 1 jam.

  1. Heat Syncope 

Ciri-ciri:

Terjadi ketika darah bergerak dari pusat organ ke pembuluh darah di bagian bawah bagian tubuh, sehingga terjadi kondisi pusing sampai pingsan.

Treatment:

Setelah siuman dari pingsan, segera minum air putih atau jus bening, membiarkan korban berjalan untuk memastikan kondisi sudah aman

  1. Heat Exhaustion

Ciri-ciri:

Dehidrasi terjadi ketika pekerja gagal mengisi cairan yang cukup selama keringat berlebih. Gejalanya meliputi sakit kepala, mual, vertigo, lemas, haus, berkeringat banyak, nadi yang cepat, pusing, dan pucat.

Treatment:

Banyak istirahat, memberikan korban sendok makan garam meja per liter air atau minuman untuk menggantikan elektrolit yang berkurang, segera menghubungi medis profesional ketika tidak mereda juga dalam waktu 1 jam.

  1. Heat Stroke 

Ciri-ciri:

Terjadi ketika tubuh gagal untuk berkeringat. Gejalanya bingung, halusinasi, menggigil, sakit kepala berdenyut, hilang sadar, kejang, cadel bicara, serta koma. Hal ini menyebabkan kerusakan permanen dan mengancam nyawa.

Treatment:

Memindahkan ke daerah yang lebih dingin, mengendurkan pakaian, melakukan pengobatan yang cepat dan memadai.

2.4. Cara Pengendalian Heat Stress

Heat stress adalah permasalahan yang umum terjadi. Pengendalian heat stress dan heat strain berpusat di sekitar penyebab tegangan panas dan ketegangan fisiologis yang dihasilkan. Atau berdasarkan persamaan keseimbangan panas [S = (MW) C R KE], pengendalian dapat dilakukan dengan mengurangi atau memodifikasi faktor-faktor produksi panas metabolik, pertukaran panas dengan konveksi, pertukaran panas dengan radiasi, atau pertukaran panas dengan penguapan.

[S = (MW) C R KE]

S = perubahan kandungan suhu tubuh

M--W = total metabolisme dikurangi pekerjaan eksternal yang dilakukan

C = pertukaran panas konvektif

R = pertukaran panas radiatif

K = pertukaran panas konduktif

E = pertukaran panas evaporatif

Pengendalian dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengendalian general dan spesifik (Plog & Quinlan, 2002). Dibutuhkan bentuk pengendalian general yang berlaku untuk semua pekerjaan yang berhubungan dengan panas, dan pengendalian spesifik yang harus dievaluasi dan dipilih berdasarkan kendala kondisi kerja.

2.4.1. Pengendalian General

Pengendalian general adalah tindakan yang berlaku secara umum untuk pekerjaan heat stress, yang meliputi pelatihan, praktik higiene heat stress, pengawasan medis, dan program heat-alert. Pengendalian general harus diimplementasikan setiap kali pekerja berkemungkinan terpapar heat stress di atas NAB. Pengendalian general antara lain:

Pelatihan Pra-Penempatan

Pelatihan pra penempatan dilakukan terhadap pekerja yang melapor ke pekerjaan terkait panas untuk pertama kalinya. Pelatihan pra penempatan dapat diberikan selama pelatihan kerja lainnya termasuk pelatihan keselamatan atau keterampilan. Pelatihan adalah fitur penting dalam pengelolaan heat stress.

Pelatihan Berkala

Pelatihan heat stress tahunan harus diberikan kepada pekerja yang bekerja pada lingkungan yang panas untuk menyegarkan kembali pengetahuan pekerja tentang heat stress dan pengendaliannya. Pelatihan tahunan mengenai heat stress harus mencakup deskripsi dari heat stress---mulai dari lingkungan, tuntutan pekerjaan, pakaian, hingga respon fisiologis tubuh manusia, pengenalan dan pertolongan pertama untuk gangguan terkait panas, praktik higiene heat stress, dan gambaran kebijakan dan pedoman heat stress.

Praktik Higiene Heat Stress

Praktik ini adalah tindakan yang diambil oleh individu untuk mengurangi risiko heat disorders. Setiap individu bertanggung jawab untuk mempraktikkan higiene heat stress yang baik. Beberapa praktik tersebut adalah:

Penggantian cairan, saat terkena panas banyak air yang hilang dari tubuh sebagai keringat untuk pendinginan evaporatif. Air tersebut harus diganti dengan minum air dingin atau minuman berperisa. Pekerja harus minum dalam jumlah kecil sesering mungkin karena rasa haus bukanlah pendorong yang cukup untuk penggantian air.

Self-determination, salah satu aspek self-determination adalah membatasi paparan tekanan panas yang merupakan tanggung jawab pekerja dan supervisor. Dalam self-determination, orang tersebut mengakhiri paparan stres panas pada gejala pertama dari gangguan yang berhubungan dengan panas atau ketidaknyamanan yang ekstrim. Cedera serius dapat terjadi jika timbulnya gejala diabaikan.

Diet, diet yang seimbang sangat penting untuk menjaga kesehatan yang baik yang diperlukan untuk bekerja pada kondisi heat stress. Kontrol berat badan untuk pekerja yang kelebihan berat badan dianjurkan karena obesitas meningkatkan risiko gangguan yang berhubungan dengan panas.

Gaya hidup, gaya hidup yang sehat penting untuk menurunkan risiko heat-related disorder. Pekerja harus memiliki tidur yang cukup, pola makan yang baik, berolahraga, tidak mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan.

Status kesehatan, seluruh pekerja harus mengenali bahwa penyakit kronis menunjukkan potensi toleransi panas yang lebih rendah sehingga meningkatkan risiko mengalami heat-related disorder saat terpapar panas.

Aklimatisasi, aklimatisasi adalah adaptasi tubuh terhadap paparan heat stress yang berkepanjangan. Dengan aklimatisasi, kemampuan bekerja meningkat dan risiko heat-related disorder meningkat.

Surveilans medis, ini mencakup evaluasi risiko individu untuk efek buruk pajanan stres panas, memberikan pengobatan untuk heat-related disorder, dan membantu menilai informasi yang dikumpulkan dari insiden gangguan terkait panas.

Evaluasi risiko, evaluasi risiko dilakukan sejak awal proses kerja. Dari pra penempatan pekerja, pekerja sudah diuji fisiknya secara komprehensif. Status kesehatan pekerja dapat berubah sewaktu-waktu.

Respon terhadap heat-related disorder, departemen medis dari sebuah organisasi bertanggung jawab untuk memberikan tanggap darurat terhadap heat-related disorder yang dilaporkan atau dengan memberikan pelatihan pertolongan pertama kepada mandor departemen atau personel keselamatan.

2.4.2. Pengendalian Spesifik

Faktor utama heat stress adalah tuntutan pekerjaan dan kondisi lingkungan. Faktor ketiganya adalah persyaratan, misalnya pada saat menggunakan pakaian berlapis, pakaian non woven, dan pakaian penghalang uap.

Engineering control, pengendalian dilakukan dengan mengurangi atau menahan bahaya. Engineering control diarahkan untuk mengurangi tuntutan kerja fisik, mengurangi perolehan panas eksternal dari udara dan permukaan panas, dan meningkatkan kehilangan panas eksternal dengan meningkatkan penguapan keringat dan menurunkan suhu udara.

Mengurangi tuntutan pekerjaan fisik, metabolic cost dari melakukan pekerjaan adalah kontributor terbesar perolehan panas oleh seorang pekerja. Sehingga, mengurangi tuntutan pekerjaan fisik dapat mengurangi tingkat heat stress secara signifikan. Tuntutan pekerjaan fisik dapat dikurangi dengan penggunaan alat-alat bantu atau dengan proses kerja baru untuk mengurangi manual effort.

Menurunkan suhu udara, suhu udara dapat diturunkan melalui ventilasi dilution dan pendinginan aktif. Ventilasi dilution membawa udara lebih dingin dari daerah lain dan menurunkan suhu area kerja dengan mengencerkan udara panas. Pendinginan aktif dilakukan dengan menurunkan suhu ruangan dengan pendinginan mekanis.

Mengurangi kelembaban udara, laju pendinginan evaporatif keringat dipengaruhi oleh kelembaban udara. Laju pendinginan evaporatif dapat ditingkatkan dengan menurunkan kadar air di udara. Air paling baik dihilangkan dari udara dengan mendinginkan udara dengan pendingin air atau pendinginan mekanis.

Mengganti pakaian, pakaian seringkali menjadi kontributor dalam heat stress. Pakaian dipilih untuk sifat penghalang yang baik terhadap kontaminan, namun tidak cukup mempertimbangkan efek pada heat stress.

Mengurangi panas radiasi, panas radiasi merupakan sumber stres panas yang signifikan. Panas radiasi dapat berasal dari sumber yang jelas atau menyebar dengan suhu permukaan yang tinggi. Panas radiasi dapat dikontrol secara efektif menggunakan shielding.

Meningkatkan pergerakan udara, keuntungan dari peningkatan pergerakan udara adalah untuk meningkatkan pendinginan evaporatif dan pendinginan konvektif jika suhu udara kurang dari 35C. Antara 35 dan 40C, perolehan panas oleh konveksi dapat meningkat dengan meningkatnya pergerakan udara, tetapi akan lebih dari diimbangi oleh peningkatan pendinginan evaporatif.

Kecepatan kerja, metode untuk mengurangi laju metabolisme bisa sangat membantu mengurangi heat stress karena metabolisme kerja merupakan kontributor penting untuk heat stress. Kontrol dapat dilakukan dengan menghabiskan waktu menganggur di area yang lebih dingin.

Berbagi pekerjaan, cara lain untuk mengurangi metabolisme adalah dengan berbagi atau mendistribusikan pekerjaan di antara pekerja lain.

Penjadwalan kerja, administrative control untuk mengurangi kontribusi panas lingkungan terhadap heat stress adalah dengan menjadwalkan pekerjaan yang tidak esensial pada periode yang lebih dingin.

Perlindungan pribadi, perlindungan pribadi untuk heat stress pada dasarnya adalah beberapa bentuk pendinginan pribadi, tetapi dapat mencakup pakaian reflektif untuk kondisi panas pancaran tinggi. Perlindungan pribadi yang tepat untuk situasi kerja dapat secara signifikan meningkatkan waktu pemaparan yang aman.

Sistem sirkulasi udara. Sirkulasi udara sebagai metode pendinginan pribadi dicapai dengan mensirkulasikan udara di bawah pakaian dan di sekitar batang tubuh. Hal ini membutuhkan pengiriman udara ke individu baik melalui saluran udara bertekanan tinggi dan peredam tekanan atau melalui peniup portable.

Sistem sirkulasi air. Selain menggunakan sirkulasi udara, ada pula yang sistem yang mensirkulasikan air dingin melalui tabung dan saluran ke seluruh tubuh. Ada yang berkisar dari yang dapat menutupi hampir seluruh tubuh hingga yang hanya menutupi sebagian punggung dan dada.

Pakaian reflektif. Pakaian reflektif dirancang untuk mengurangi jumlah panas yang mencapai individu. Pakaian reflektif paling cocok untuk sumber panas pancaran tinggi.

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Potensi bahaya yang terdapat pada lingkungan kerja dan mendapatkan perhatian khusus adalah tekanan panas atau Heat Stress. Dalam keadaan ringan maupun sedang, tekanan panas dapat mempengaruhi ketidaknyamanan, kinerja, dan keselamatan dari pekerja. Suhu yang dapat diterima orang Indonesia adalah 24--26C, pada suhu tersebut pekerja dapat bekerja dengan optimal. 

Dampak akibat tekanan panas dapat diawali dengan rasa tidak nyaman pada tubuh hingga ketegangan. Heat stress sendiri didefinisikan sebagai sebuah keadaan dimana tubuh tidak dapat mengeluarkan kelebihan panas dari tubuh ke lingkungannya. 

Dampak dari heat stress yang sering dirasakan oleh pekerja di pertambangan diantaranya yaitu Heat Rash, Heat Exhaustion, Sunburn, Heat Exhaustion, Heat Syncope, Heat Cramps, dan Heat Stroke. Occupational Health and Safety Administration (OSHA), merekomendasikan beberapa cara pengendalian terutama agar terhindar serta meminimalisir terkena risiko heat stress. 

Cara tersebut diantaranya dengan membuat program pencegahan heat stress, mulai dari pengendalian secara general hingga spesifik. Pengendalian general adalah tindakan yang berlaku secara umum untuk pekerjaan heat stress, yang meliputi pelatihan, praktik higiene heat stress, pengawasan medis, dan program heat-alert. Sedangkan, untuk pengendalian secara spesifik harus memperhatikan beberapa faktor yaitu tuntutan pekerjaan dan kondisi lingkungan maupun individu.

3.2. Saran

Terkait dengan bahaya risiko terjadinya heat stress ditempat kerja terutama dalam bidang pertambangan, disarankan untuk mengikuti beberapa pengendalian yang telah dijelaskan diatas, mulai dari engineering control hingga penggunaan alat pelindung diri. 

Pengendalian tersebut dapat diimplementasikan tidak hanya pada sektor pertambangan melainkan dapat secara umum digunakan untuk menghindari bahaya risiko heat stress. Pembuatan program-program tertentu juga dapat dipakai sebagai bentuk administrative control yang dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah heat stress.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun