Mohon tunggu...
Rafika Miatul S.
Rafika Miatul S. Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Redup lalu Menemukan

6 Desember 2018   13:38 Diperbarui: 6 Desember 2018   14:26 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tidak. Ini tidak benar. Ini bukan saatnya, baru saja hatiku lebam oleh satu nama. Akankah aku kembali merajut asmara. Tidak. Mungkin ini hanya kekeliruan rasa yang berdalih  kata "Nyaman."

"Rasanya tak pantas aku menjadikannya "pengganti" saat aku masih terpuruk-puruknya dikhianati, bahkan ketika seperti kamulah yang kunanti-nanti."

"Rasanya tak pantas aku kembali berdua demi menunjukkan kepada pengkhianat itu aku sanggup tanpa hadirnya lagi."

Rama terus saja memikirkan Nindi, ia tahu Nindi masih terluka. Mungki ia harus mengerti, meskipun Nindi merasa bahagia dengannya, tetap saja masih ada luka yang belum benar-benar terobati. 

"Di hidupmu aku bertuan sebagai diriku sendiri. Bukan sebagai pengganti dirinya yang telah pergi. Mungkin segalamu masih ada dia. Tak apa, mungkin kamu hanya harus berhenti, menghelakan nafas panjang, kemudian melangkah lagi. Tetap aku di sini menunggu kamu kemudian yang ada hanya "kita". Karena untuk menemukan yang baru, hati harus tahu dulu caranya merelakan yang telah berlalu. (Rama)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun