"Tidak. Ini tidak benar. Ini bukan saatnya, baru saja hatiku lebam oleh satu nama. Akankah aku kembali merajut asmara. Tidak. Mungkin ini hanya kekeliruan rasa yang berdalih  kata "Nyaman."
"Rasanya tak pantas aku menjadikannya "pengganti" saat aku masih terpuruk-puruknya dikhianati, bahkan ketika seperti kamulah yang kunanti-nanti."
"Rasanya tak pantas aku kembali berdua demi menunjukkan kepada pengkhianat itu aku sanggup tanpa hadirnya lagi."
Rama terus saja memikirkan Nindi, ia tahu Nindi masih terluka. Mungki ia harus mengerti, meskipun Nindi merasa bahagia dengannya, tetap saja masih ada luka yang belum benar-benar terobati.Â
"Di hidupmu aku bertuan sebagai diriku sendiri. Bukan sebagai pengganti dirinya yang telah pergi. Mungkin segalamu masih ada dia. Tak apa, mungkin kamu hanya harus berhenti, menghelakan nafas panjang, kemudian melangkah lagi. Tetap aku di sini menunggu kamu kemudian yang ada hanya "kita". Karena untuk menemukan yang baru, hati harus tahu dulu caranya merelakan yang telah berlalu. (Rama)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H