Penulis pernah membaca dalil tentang mencari kesalahan orang lain (bersumber dari Al-Quran dan Hadis). Penulis juga teringat suatu ungkapan, setelah ditelusuri dan dicari-cari terdapat sebuah artikel dari Kompasiana.com terbitan 2011Â yang kira-kira ungkapannya hampir mirip. Inti dari pencarian tersebut adalah :
Mencari Kesalahan Orang Lain
Berdasarkan apa yang penulis baca, kira-kira kesimpulannya adalah ketika ada seseorang yang melakukan banyak sekali kebaikan, kebaikan-kebaikan tersebut sering kali diabaikan dalam sesaat atau dibiarkan saja. Namun ketika pada suatu hari ada kesalahan yang dilakukan orang tersebut, justru itulah yang disorot khalayak ramai.
Kalau ada yang mengatakan itu memalukan, silakan :)
Tabiat kita sebagai manusia kurang lebih seperti itu, terutama di awal-awal mengenal orang lain. Sering kali ketika menemukan kekurangan orang lain kita melupakan hal-hal positif yang pernah kita kenali. Ketika kita terpengaruh bisikan-bisikan sesat, kita mencela, menghujat, berpaling dari orang tersebut. Di media sosial, hal ini juga sering terjadi (tidak perlu disebutkan kasus-kasus apa saja yang dimaksud).
Jelas tabiat tersebut merugikan kita. Jika kebiasaan mencari-cari kesalahan orang lain, kita lupa bahwa bukankah pada awalnya tidak mengenal orang tersebut sama sekali? Hujatan demi hujatan yang dialamatkan tidak dapat mengubah pribadi yang bersangkutan untuk menyadari kesalahannya, mungkin saja malah merasa tertekan atas kesalahan tersebut. Jika bukan dengan nasihat dan motivasi agar dapat memperbaiki kesalahan, apakah orang tersebut dapat berubah sesuai yang kita mau?
Jangan lupa, bahwa diri sendiri pun punya banyak kekurangan yang mungkin akan diperlakukan serupa jika terbongkar.
4. Literasi yang Tidak Utuh
Penyakit ini sedang mendemam di negeri kita. Mengapa? Karena sering kali ketika membaca, mendengar, menyimak, menonton atau menyaksikan sesuatu kita tidak mencernanya bulat-bulat. Sifat-sifat seperti tergesa-gesa, kurang cermat, rasa ingin cepat menyebabkan, salah memahami sesuatu, tidak memverifikasi (tabayun) dan klarifikasi, kurang paham dan kawan-kawannya mengakibatkan sesuatu yang harusnya dapat diselesaikan dengan baik malah menjadi kontroversi.
Semua orang dapat terjangkit penyakit ini.
Padahal sudah ada jargon "saring terlebih dahulu sebelum sharing" yang diterbitkan guna mengatasi literasi yang tidak utuh tersebut. Tergesa-gesa dalam menyimpulkan sesuatu mengakibatkan permasalahan lebih kompleks lagi. Mulai dari misinformasi, kritikan, perdebatan, kecaman, beredarnya hoaks, sindir-menyindir, balas berbalas, klarifikasi hingga ribut satu negeri. Keributan tersebut akan sulit hilang walau pun telah diklarifikasi, kecuali jika berbagai pihak bersedia memaafkan dan berdamai.