Mohon tunggu...
Rafif dan Rafi
Rafif dan Rafi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Generasi muda Indonesia

Masih pemula dalam membuat artikel. Generasi muda yang mencoba melek dengan situasi terkini.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Sikap yang Harus Hilang dari Bangsa Kita

28 Februari 2022   19:00 Diperbarui: 28 Februari 2022   19:25 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita sering kali mendengar atau membaca tentang pentingnya mengelola sampah, pentingnya menjaga lingkungan, bumi kita harus lestari dan konsep-konsep sejenis. Namun belum banyak yang bisa kita lakukan untuk menerapkan hal tersebut. Jika sekiranya mampu tergerak untuk menghasilkan produk sendiri (terutama yang ramah lingkungan) maka inilah yang disebut dengan inovasi. Inovasi harus muncul dan membawa perubahan besar bagi bangsa kita. Jika kita mampu mengawal perkembangan produksi mandiri dengan baik maka budaya konsumtif perlahan akan mulai terkendali.

Kita juga masih mengandalkan barang luar sementara produksi dalam negeri belum dikembangkan luas.

Kebiasaan beli, pakai dan buang (ekonomi linear) dapat digantikan dengan konsep daur ulang (ekonomi sirkular) yang ramah lingkungan. Meski demikian terdapat beberapa jenis sampah yang tidak dapat digunakan ulang secara langsung, memerlukan proses yang rumit atau pun tidak boleh dipakai ulang (semacam sampah B3 dan residu).

2. Egosentrisme

Setiap pribadi memiliki id, ego dan superego.  Id berawal dari keinginan akan sesuatu, kemudian ketika ada kesempatan ego mendorong kita untuk memenuhi id tersebut. Jika dilakukan, muncullah superego.

Ketika bicara tentang egosentrisme, ego berarti "tentang diri sendiri" dan sentris berarti "pusat atau tengah" serta diberi akhiran -isme yang berarti "paham atau sistem kepercayaan".  Menurut KBBI, egosentrisme adalah sifat dan kelakuan yang selalu menjadikan diri sendiri sebagai pusat segala hal.

Sikap mengendalikan ego merupakan suatu hal yang mungkin sulit dilakukan. Sering kali ego kita mendorong  untuk mewujudkan suatu keinginan yang dapat dipengaruhi emosi. Sering kali batin kita didesak untuk melakukan tindakan yang belum tentu tepat, benar dan cermat. Sering kali ego kita tidak memandang realitas dan kesanggupan dalam melakukan sesuatu.

Masih menelusuri KBBI, penulis menemukan istilah "egois" dan "egoisme". Egoisme secara psikologis berarti tingkah laku yang didasarkan atas dorongan untuk keuntungan diri sendiri daripada kesejahteraan orang lain. Padahal dalam konteks sosial individu tidak bisa hidup tanpa orang lain, walau mandiri sekali pun. Sementara itu egois berarti orang yang selalu mementingkan diri sendiri dan dalam filsafat berarti penganut egoisme (dengan definisi filsafat).

Ego yang terlalu tinggi mengakibatkan kita sulit menerima saran dan kritik dari orang lain. Selain itu ia juga mengakibatkan kita belum menemukan atau menerima kebenaran yang terkadang "berselisih" dengan hasrat sendiri. Maka dari itu, terkadang kita harus bersabar, menahan ego, mengendalikannya dan bersedia menerima orang lain sebelum akhirnya memutuskan sesuatu sendiri. Hal ini karena yang memutuskan menerima atau menyanggah sesuatu yang kita terima adalah diri kita sendiri dengan berbagai pertimbangan yang ada.

Jangan bersikap egoistis 

3. Mencari Kesalahan Orang Lain

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun