Mohon tunggu...
Radhiyah Radhiyah
Radhiyah Radhiyah Mohon Tunggu... Guru - Guru

guru yang senantiasa belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sistem Pengambilan Keputusan Kepemimpinan Pendidikan Islam

8 Oktober 2022   22:36 Diperbarui: 8 Oktober 2022   23:02 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDAHULUAN

            Manusia adalah ciptaan Allah SWT yang memiliki keistimewaan dari segala makhluk yang ada di muka bumi ini, Allah menyebutkan keistimewaan tersebut dengan kata Khalifah, yang bermakna seorang pemimpin. Menjadi seorang pemimpin tentunya bukan hal yang mudah, banyak yang harus dipertimbangkan dan dihadapi dalam kepemimpinannya, masalah demi masalah akan terjadi. Dan bagaimana peran dan langkah yang akan dilakukan oleh seorang pemimpin dalam membuat keputusan keputusan yang adil dan berdampak positif dalam lingkungannya.

Seorang pemimpin dalam pendidikan Islam tentunya akan mengambil keputusan bijak dalam menghadapi permasalahan di lembaganya, dengan pertimbangan yang tidak berlawanan dengan syariat syariat yang telah ditentukan dalam Al-qur’an dan Hadit. Menjadi pemimpin tentunya akan mempertanggungjawabkan segala keputusan yang diambil bukan saja di dunia tetapi mereka akan mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah. Bahkan Allah  SWT mengancam dengan azab yang berat apabila seorang pemimpin tidak dapat berlaku adil. Hal ini seperti yang terdapat dalam Alqur’an Surah Shaad : 26 Allah Berfirman :

يَٰدَاوُۥدُ إِنَّا جَعَلْنَٰكَ خَلِيفَةً فِى ٱلْأَرْضِ فَٱحْكُم بَيْنَ ٱلنَّاسِ بِٱلْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ ٱلْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌۢ بِمَا نَسُوا۟ يَوْمَ ٱلْحِسَابِ[1]

 

Artinya : (Allah Berfirman), “ Wahai Daud!, Sesungguhnya kami Jadikan engkau khalifah (penguasa) dibumi, Maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sesungguhnya, Orang orang yang sesah dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan”.[2]

 

Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari tentang makna dan tanggung jawab seorang pemimpin sebagai berikut :

 عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ. فَالإمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَهِيَ مَسْئُولَةٌ، وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ. أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ.

Artinya : Dari Abdullah Rasullulah SAW bersabda :” Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya, dan ia pun akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya dan ia juga akan dimintai pertanggungjawabannya. Sungguh setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya”.[3]

 

Dalam hadits diatas disebutkan bahwa setiap manusia memiliki peran sebagai Pemimin dan sekecil apapun kepemimpinan yang diembannya akan dimintai pertanggungjawabannya. Rasulullah SAW dalam sabdanya tersebut mengingatkan kita apapun problematika yang akan dilakui seorang pemimpin hendaklah selalu dilakukan secara bermusyawarah. Sehingga organisasi yang dipimpinnya menjadi tempat semua orang mendapatkan keadilan. Pemimpin yang memutuskan perkara dengan adil akan meninggikan derajatnya menjadi manusia yang bertaqwa disisi Allah SWT.

 

PEMBAHASAN 

Pengertian Pengambilan Keputusan

Secara etimologi Keputusan berasal dari kata kerja “putus” yang bermakna ada kepastian (ketentuan, ketetapan, penyelesaian); mendapat kepastian. Makna lain dari kata putus adalah sudah mendapat atau memperoleh (dalam permufakatan)[4], sementara keputusan adalah kata benda yang bermakna “ketetapan”, sikap terakhir (langkah yang harus dijalankan) dan juga bermakna kesimpulan (tentang pendapat), perihal yang berkaitan dengan putusan; segala putusan yang telah ditetapkan (sesudah dipertimbangkan, dipikirkan, dan sebagainya).

Dari penjelasan diatas dapat dijelaskan bahwa Pengambilan keputusan adalah bagaimana seseorang memberikan kepastian bukan keragu-raguan, ketentuan, menetapkan jalan keluar dalam menyelesaikan masalah- masalah melalui musyawarah mufakat yang menghasilkan kesimpulan dan langkah langkah yang harus dijalankan oleh orang yang dipimpinnya.

Menurut para ahli, Pengambilan Keputusan adalah proses penelusuran masalah yang berawal dari latar belakang masalah, identifikasi masalah hingga kepada terbentuknya kesimpulan atau rekomendasi (Fahmi, 2013).[5] Sedangkan Menurut Saefullah (2014: 314) yang dimaksud dengan Pengambilan keputusan (Decision Making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberap perhitungan dan pertimbangan alternative.[6] Sedangkan Menurut G.R. Terry Pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternative yang mungkin.[7]

P.Siagian berpendapat seperti yang ditulis oleh Syaiful Sagala[8] menjelaskan bahwa pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang dihadapi. Dalam penjelasannya tersebut Pendekatan yang sistematis itu menyangkut pengetahuan tentang hakikat masalah yang dihadapi itu, pengumpulan fakta dan data yang relevan dengan masalah yang dihadapi, analisa masalah dengan menggunakan fakta dan databukan keinginan subjektif dari pemimpin. Mempergunakan fakta dan data dalam menentukan kebijakan menjadikan keputusan menjadi lebih akurat.

 

Berdasarkan pandangan-pandangan di atas, dapat dipahami bahwa konflik atau problematika yang dihadapi manusia dalam setiap organisasi harus dikelola dengan baik sehingga dapat dilakukan pengambilan keputusan yang baik. sebagai seorang pemimpin tentunya akan senantiasa dihadapkan banyak alternative dalam keputusan yang akan diambil. Keputusan yang diambil juga akan dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan seseorang.  Adapun karakteristik dari pengambilan keputusan adalah memilih satu dua atau lebih alternatif pemecahan masalah sehingga mencapai tujuan yang diinginkan. melalui keputusan atau penetapan yang diambil setiap anggota organisasi berharap mendapatkan keadilan yang diinginkan.

Karakteristik Pengambilan Keputusan Dalam Pandangan Islam

Dalam pendidikan Islam proses membentuk manusia menjadi insan yang memiliki keimanan dan ketaqwaan yang tinggi, berbudi pekerti yang luhur memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang luas yang dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat maupun bangsanya. Sehingga Kepemimpinan pendidikan Islam, seorang pemimpin harus memiliki karakteristik kepemimpinan yang menyatu dalam dirinya baik secara pribadi, sosial, maupun moralitas. Hal ini dapat diungkapkan bahwa karakteristik tersebut dapat memberikan dampak positif terhadap sikap dan setiap kebijakan yang akan diambilnya.. Karakteristik yang harus dimiliki oleh kepemimpinan pendidikan Islam dapat dicerminkan  oleh  dari sifat sifat nabi Nabi Muhammad SAW. yaitu: shiddiq, amanah, tablig dan fathanah.

 

Shiddiq berarti jujur dalam perkataan dan perbuatan, amanah berarti dapat dipercaya dalam menjaga tanggung jawab. Tablig berarti menyampaikan segala macam kebaikan kepada rakyatnya. Fathanah berarti cerdas dalam mengelola masyarakat. Menerapkan karakteristik yang dimiliki oleh Rasulullah SAW, otomatis kepemimpinan pendidikan Islam akan berjalan sesuai tujuan yang ingin dicapai.

 

Dalam ruang lingkup pendidikan Islam, hal terpenting yang harus diperhatikan dalam rangka pengambilan keputusan adalah bagaimana keputusan itu ditetapkan atas dasar musyawarah mufakat. Sebab, dalam praktik kehidupan umat Islam setiap permasalahan yang dihadapi senantiasa menempuh cara musyawarah dalam setiap pengambilan keputusan. Musyawarah sebagai bahan pertimbangan dan tanggung jawab bersama pada setiap proses pengambilan keputusan, sehingga setiap keputusan yang dikeluarkan akan menjadi tanggung jawab bersama. Musyawarah dalam pengambilan keputusan merupakan suatu bentuk perwujutan ketaatan manusia kepada Allah SWT dan selaku manusia yang tunduk pada hukum syari’at yang telah ditetapkan Allah SWT. Seperti berfirman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 159:

 

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ

 

Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.[9]

 

Dalam surah asy syura ayat 38 Allah juga berfirman:

وَٱلَّذِينَ ٱسْتَجَابُوا۟ لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ

 

Artinya :”Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”[10]

 

Dari dua ayat diatas data kita simpulkan bahwa sesungguhnya Allah sangat menyukai orang orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya dalam memutuskan suatu perkara melalui musyawarah. Musyawarah adalah bentuk ikhtiar dari usaha manusia dalam menggunakan logika dan perasannya dengan mengedepankan kearifan dan kebijaksanaan dan bersikap lemah lembut terhadap konflik yang terjadi. Musyawarah yang dilakukan hendaknya melibatkan semua komponen yang ada dalam sebuah organisasi. Di dalam dunia pendidikan biasanya selalu melibatkan pendidik, peserta didik, orang tua dan masyarakat. Tujuan pelibatan dari stakeholder ini adalah untuk memberikan kesempatan bagi semua orang turut andil dalam mengeluarkan alternative alternative ide yang memungkinkan menjadi suatu kesimpulan akhir.

 

Gaya Kepemimpinan

Menurut Blanchand dalam buku Leadership in Organization yang ditulis oleh Lodlow dan Panton menyatakan bahwa, terdapat empat gaya kepemimpinan yang dipengaruhi oleh cara seorang pemimpin memberikan ordering atau perintah dan cara mereka membantu memecahkan masalah bawahannya, yaitu Directing, Coaching, supporting dan delegating.[11]

  • Directing

Gaya kepemimpinan yang mengambil keputusan dengan memberikan aturan aturan dan proses yang detail kepada orang yang dipimpinnya. Biasanya keputusan tersebut diambil karena pemimpin dihadapkan oleh tugas yang rumit dan staff nya belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas yang diberikan.  Tugas pemimpin adalah memberikan penjelasanan bagaimana pekerjaan terhebut harus dijalankan. Meskipun kadangkala penjelasan tersebut menjadi berlebihan (over-comunicating) dan menimbulkan kebingungan bawahannya.

 Coaching.

 Seorang pemimpin dalam kepemimpinannya berperan sebagai coach yang akan mengarahkan cochee (bawahannya) mengambil keputusan. Ia tidak hanya memberikan detail proses yang harus dilalui bawahannya, namun ia juga dapat menjelaskan alasan keputusan tersebut harus diambil. Seorang coach akan mendukung proses perkembangan dan masukan dari bawahannya memberikan kesempatan kepada mereka untuk menggali potensi diri dalam menyelesaikan  masalah dengan membangun hubungan komunikasi yang baik dengan mereka.  Peran pemimpin (coach) dalam proses coaching, menjalin hubungan kemitraan dengan bawahannya, sehingga merekan dapat menemukan potensi dirinya sehingga dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah sehingga ia tak kehilangan arah.

 

  • Supporting

Gaya Kepemimpinan yang menfasilitasi dan membantu bawahannya melakukan tugas. Dalam praktik kepemimpinannya pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, namun proses pengambilan keputusan diserahkan kepada bawahannya. Gaya kepemimpinan ini akan berhasil apabila bawahannya telah mengenal teknik teknik yang dalam pengemabilan keputusan. Yang perlu dilakukan adanya komunikasi intens yang dibangun dalam menimbang saran saran yang diberikan.

 Delegating

 

Gaya delegating merupakan gaya kepemimpinan yang menyerahan keputusan diambil oleh bawahannya. Seluruh tanggungjawab dan wewenang diberikan kepada mereka. Gaya kepemimpinan ini dapat dijalankan secara efektif apabila staff nya telah mengerti dan memahami betul tugas dan tanggungjawabnya. Sehingga mereka diberika kebebasan dalam melakukan tanggungjawabnya berdasarkan inisiatif mereka.

 

P. Siagian[12] seperti yang dikutip Beni Ahmad Saebebani dalam buku Filsafat Manajemen mengatakan bahwa gaya kepemimpinan dalam pengambilan keputusan dapay dijabarkan sebagai berikut :

 Gaya Kepemimpinan Autokratis yaitu pemimin yang betindak sebagai diktator terhadap bawahannya. Kewenangan (authority) yang dimiliki untuk memberikan penghargaan dan hukuman karena ia memiliki kekuasaaan dan kekuatan posisi dalam jabatannya. Ciri ciri kepemimpinan autokratis ini menganngap organisasi adalah miliknya, sehingga ia mengidentikkan tujuan pribadi nya dengan tujuan organisasi yang dipimpinya. Hal yang sangat tidak baik adalah menganggap bawahannya adalah alat mencapai tujuan tersebut sehingga keputusan yang diambil bersifat paksaan. Pemimpin seperti ini biasanya tidak mau dikritik dan tidak mau menerima saran atau pendapat orang lain.

  • Gaya kepemimpinan Militeristik. Gaya kepemimpinan ini biasanya dalam menggerakkan staff nya seringkali dengan menggunakan system perintah, sukar menerima kritikan dari bawahannya karena formalitas dan jabatan yang ada padanya. Pemimpin yang militeristik biasanya menerapkan disiplin secara kaku dan berlebihan.
  • Gaya kepemimpinan paternalistic adalah gaya kepemimpinan yang menganggap bawahannya adalah manusia yang belum dewasa dan tidak kreatif. Dalam pengambilan keputusan jarang memberikan kesempatan pada staffnya karena ia menganggap dirinya tahu segalanya. 
  • Gaya kepemimpinan demokratis. Gaya kepemimpinan ini biasanya bersifat modernis dan partisipatif. Maksudnya adalah dalam kepemimpinannya ia akan mengelola bawahannnya secara bijak, mereka diajak untuk dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan menyumbangkan ide-ide yang dimiliki untuk mencapai kesepakatan dan menjaga organisasinya. Karakteristik kepemimpinan demokratis dapat dilihat kesempatan yang diberikan kepada bawahannya dalam mengambil keputusan dengan mengutamakan musyawarah. Pemimpin demokratis akan melihat kepentingan bawahannya dan urgensi keselamatan dan kepentingan bersama. Pemimpin dengan gaya seperti ini memandang semua masalah dapat dipecahkan dengan usaha bersama.

 Dari berbagai perpektif tentang gaya kepemimpinan yang telah dijabarkan diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan memepngarugi proses pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh seorang pemimpin.

 

Dalam kepemimpinan pendidikan Islam gaya kepemimpinan yang digambarkan oleh Rasulullah menjadi tolak ukur bagaimana kita sebagai dapat meneladani sifat sifat dasar dalam pengambilan keputusan. Kepemimpinan Rasulullah dapat di gambarkan sebagai suri teladan bagi manusia dalam kehidupan berorganisasi. Hal ini seperti yang tertuang dalam alqur’an surat al ahzab ayat 21 berbunyi :

 

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا[13]

 

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

 

 Sifat kepemimpinan pendidikan dari Nabi Muhammad  Saw. diantaranya: disiplin wahyu, mulai dari diri sendiri, memberikan keteladanan, komunikasi yang efektif, dekat dengan umatnya, selalu bermusyawarah dalam mengambil keputusan bersama para sahabatnya, memberikan pujian terhadapa pendapat cemerlang para  sahabat. Rasulullah Saw. mengadakan bersama para shabat, dan berbicara dalam majelis, semua orang yang ada diam memerhatikan penuh seksama, beliau juga mempersilahkan orang lain untuk menyampaikan pendapat, pun juga tidak pernah memotong pembicaraan.[14] Ketika terjadi perang badar terjadi, Rasulullah mengajak umat untuk bermusyawarah dikarenakan perkembagan perang yang rawan. 

 
Tahapan Dalam Pengambilan Keputusan

 Dalam pengambilan keputusan, banyak hal yang harus diperhatikan dalam mengatur langkah atau tahapan diantaranya adalah adanya kemampuan dari suatu organisasi dalam menyediakan peluang bagi personel yang terlibat untuk mengumpulkan informasi informasi fakta yang berkembang, baik itu fakta yang bersifat negative yang dapat berupa kejadian kejadian yang tidak menyenangkan dan tidak seperti norma norma yang berlaku didalam organisasi. atau fakta yang tidak sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

 

Ketika pengambilan keputusan dilakukan, seorang pemimpin membutuhkan strategi-strategi yang dapay membantunya mengambil keputusan. Hal ini dilakukan agar menghindari atau mencegah adanya keputusan yang salah. Metode yang dilakukan dapat dilakukan melalui beberapa tahapan diantaranya dengan mengumpulkan informasi pengumpulan informasi dan data yang relevan, mengidentifikasi alternatif, mepertimbangkan bukti bukti yang diperoleh, mengemukakan alternative berdasarkan bukti yang ditemukan dan memilih serta menggunakan alternative tersebut sebagai tindakan pengambilan keputusan. Sebagai   control terhadap keputusan tersebut perlu adanya peninjauan kembali keputusan keputusan yang telah diambil.

 

Mengingat pentingnya pengambilan keputusan berikut dapat dijabarkan langkah-langkah pengambilan keputusan menurut (Beni Ahmad Saebeni 2017). [15]  yaitu :

 

Mendefinisikan/menetapkan masalah. 

  • Kegiatan yang dilakukan adalah dengan menganalisis inti masalah dan dampak dari permasalahan tersebut sehingga dapat ditetapkan strategi pemecahan masalah yang baik. Setelah melakukan identifikasi masalah biasanya akan dilakukan pemilihan prioritas aspek mana yang akan diselesaikan dengan menggunakan skala penilaian diantaranya tingkat keseriusan masalah, tingkat kepentingan dan aspek kemungkinan meluasnya masalah dimasa yang akan datang.[16]
  • Menentukan pedoman pemecahan masalah.
  •  Dalam langkah ini akan dilakukan penetapan pembatasan ruang lingkup masalah. Sehingga dapat mengunakan teknik dan kriteria serta tujuan pemecahan masalah.
  •  Mengidentifikasi alternative
  •  Tahapan ini mencakup kegiatan mengidentifikasi alternative-alternative yang memungkinkan akan digunakan dalam pemecahan masalah.
  • Mengadakan penilaian terhadap alternative yang didapat. Penilaian yang dilakukan bertujuan untuk melihat sisi baik maupun sisi buruk tiap alternative. Altrnatif yang baik akan menghasilkan dampak positif dan sebaliknya alternative yang buruk akan berdampak negative. Sementara alternative yang mudah biasanya tidak memiliki dampak negative maupun positif, dan alternative yang tidak pasti akan menimbulkan keragu raguan. 
  • Memilih alternative yang baik. Sebagai pemimpin pendidikan tentunya ingin mewujudkan keputusan yang berdampak pada sisi positif dari setiap permasalahan. Alternative yang baik dalam sebuah keputusan bukan berarti bahwa ide yang terpilih atau kesimpulan tersebut merupakan hal yang mudah atau akan dapat diterima oleh semua pihak,  terkadang sebagian dari komponen organisasi akan menentang dan -melakukan tekanan-tekanan terhadap putusan yang diambil oleh seorang pemimpin.  
  • Implementasi alternative yang dipilih, Agar pengambilam keputusan dapat dijalankan seorang pemimpin akan melakukan legalitas atas keputusannya. Hal ini biasanya dapat dilakukan dengan membuat surat keputusan ataupun konferensi pers melalui bulletin bulletin yang terdaapat dalam organisasi. Hal lain yang akan dilakukan dalam implementasi alternative yang dipilih, seorang pemimpin akan mengusahakan melalui berbagai pendekatan persuasive yang dapat merangkul semua perbedaan yang pernah terjadi dalam musyawah yang telah dilakukan.    

 

Dalam kepemimpinan pendidikan islam, keputusan yang telah diambil akan mencerminkan ketaatan dan ketaqwaan nya pada Allah SWT. Seorang pemimpin harus takut pada hal hal yang melanggar syariat Islam. Dalam mengambil keputusan ia merupakan hakim, maka seyogiyanyalah sebagai seorang hakin ia hendaknya mengutamakan keadilan ummat. Seperti yang tercantum dala alqur’an surah

 وَلِكُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلٌ ۚفَاِذَا جَاۤءَ رَسُوْلُهُمْ قُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ

 Artinya : “Dan setiap umat (mempunyai) rasul. Maka apabila rasul mereka telah datang, diberlakukanlah hukum bagi mereka dengan adil dan (sedikit pun) tidak dizalimi.”[17]

 

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah bersifat Maha Adil, sebagai bukti keadilan Tuhan, Dia mengutus rasul-rasul sebagai pemberi pembawa risalah dan juga membawa peringatan. Umat islam meyakini bahwa, Rasul diutus untuk menyampaikan kebenaran dengan memberikan bukti-bukti atas kebenaran ajaran yang dibawa tersebut. Rasul dalam memutuskan hukum secara adil dan memberikan manfaat yang besar terhadap banyak pihak, Sehingga tidak ada yang terzalimi. Sebagai seorang pemimpin diharapkan juga memutus dengan adil dan tidak mempunyai kepentingan pribadi atau mengedepankan amarah masa lampau. Ketidaksenangan kita pada orang jangan mempengaruhi putusan yang diambil. Seperti peringatan yang Allah sebutkan dalam surah Almaidah ayat 8 berikut ini :

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِٱلْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعْدِلُوا۟ ۚ ٱعْدِلُوا۟ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

 Artinya : Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.[18]

 

Sistem dalam pengambilan keputusan dalam kepemimpinan pendidikan Islam sangat penting menekankan pada berlakunya syariat syariat yang telah ditentukan dalam alqur’an dan hadits. Menjadikan Agama sebagai landasan berpijak pada setiap pengambilan keputusan adalah hal yang dilakukan para pemimpin pendidikan. Jangan semata mata karena keinginan banyak orang yang belum tentu kebenarannya. Seperti Dalam Surah al an’am ayat 116 Allah SWT telah berfirman :

 

وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِى ٱلْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ[19]

 Artinya: “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).”

 

C. PENUTUP

 Manusia adalah makhluk social, interaksi didalam suatu lingkungan akan menyebabkan gesekan atau masalah masalah yang tak bisa dihindari oleh siapapun termasuk pemimpin. Sebagai khalifah dimuka bumi ini manusia diberikan pengetahuan dan juga akal pikiran uang dapat diperguankan untuk memberikan solusi solusi yang dihadapi dalam interaksi tersebut. Pengambilan keputusan merupakan tindakan yang setiap detik kita lakukan, dari kita bangun tidur hingga tidur kembali. Pengambilan keputusan yang tidak tepat akan berdampak negative bagi organisasi atau orang yang kita pimpin. Keputusan kita ambil hendaknya melalui tahapan yang dapat kita pertanggungjawabkan baik didunia maupun di akhirat nanti. 

 

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, hendaknya kita selalu mengedepankan pengambilan kepuusan yang berdasarkan alqur’an dan hadits dan meneladasi sifat sifat Nabi Muhammad SWA dalam menghadapi segala bentuk masalah dalam kehidupan social.  Jadilah seorang pemimpin yang demokrratis dalam pengambilan keputusan seperti yang digambarkan oleh Keteladanan Rasulullah yang mengutamakan musyawarah. Bukan pemimpin yang hanya bisa memberikan perintah dan aturan aturan hanya karena senioritas dan lebih tahu segalanya dan menganggap yang lebih muda tidak bisa mengambil keputusan karena kematangan usianya, hindarilah menjadi pemimpin yang mengutamakan formalitas kekuasaan dalam pengambilan keputusan. Hendaklah tidak menjadi pemimpin militeristik yang menegakkan peraturan secara kaku (base rule thinking)

  

DAFTAR PUSTAKA

 Agus Prastyawan,2020,Pengmbilan Keputusan, Unesa University Press

 Beni Ahmad Saebani,2017, FilsafatManajemen, Bandung, Pustaka Setia

 Fauzi, Manajemen Pendidikan Ala Rasulullah

 Kompri, 2015, Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta

 Saefullah, 2015, Manajemen Pendidikan Islam,Bandung, Pustaka Setia

 Sagala, Syaiful, 2000. Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta

 Shahih Bukhari, no.4789 (da'wahrights 2010| http://abinyazahid.multiply.com)

https://bersamadakwah.net/surat-ali-imran-ayat-159/#4_Tawakkal_dan_menyikapi_Hasil_Musyawarah 

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/putus

https://tafsirq.com/10-yunus/ayat-47

https://tafsirweb.com/1892-surat-al-maidah-ayat-8.html

https://tafsirweb.com/2240-surat-al-anam-ayat-116.html

https://tafsirweb.com/37237-surat-shad.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun