Seorang pemimpin dalam kepemimpinannya berperan sebagai coach yang akan mengarahkan cochee (bawahannya) mengambil keputusan. Ia tidak hanya memberikan detail proses yang harus dilalui bawahannya, namun ia juga dapat menjelaskan alasan keputusan tersebut harus diambil. Seorang coach akan mendukung proses perkembangan dan masukan dari bawahannya memberikan kesempatan kepada mereka untuk menggali potensi diri dalam menyelesaikan  masalah dengan membangun hubungan komunikasi yang baik dengan mereka.  Peran pemimpin (coach) dalam proses coaching, menjalin hubungan kemitraan dengan bawahannya, sehingga merekan dapat menemukan potensi dirinya sehingga dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah sehingga ia tak kehilangan arah.
Â
- Supporting
Gaya Kepemimpinan yang menfasilitasi dan membantu bawahannya melakukan tugas. Dalam praktik kepemimpinannya pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, namun proses pengambilan keputusan diserahkan kepada bawahannya. Gaya kepemimpinan ini akan berhasil apabila bawahannya telah mengenal teknik teknik yang dalam pengemabilan keputusan. Yang perlu dilakukan adanya komunikasi intens yang dibangun dalam menimbang saran saran yang diberikan.
 Delegating
Â
Gaya delegating merupakan gaya kepemimpinan yang menyerahan keputusan diambil oleh bawahannya. Seluruh tanggungjawab dan wewenang diberikan kepada mereka. Gaya kepemimpinan ini dapat dijalankan secara efektif apabila staff nya telah mengerti dan memahami betul tugas dan tanggungjawabnya. Sehingga mereka diberika kebebasan dalam melakukan tanggungjawabnya berdasarkan inisiatif mereka.
Â
P. Siagian[12] seperti yang dikutip Beni Ahmad Saebebani dalam buku Filsafat Manajemen mengatakan bahwa gaya kepemimpinan dalam pengambilan keputusan dapay dijabarkan sebagai berikut :
 Gaya Kepemimpinan Autokratis yaitu pemimin yang betindak sebagai diktator terhadap bawahannya. Kewenangan (authority) yang dimiliki untuk memberikan penghargaan dan hukuman karena ia memiliki kekuasaaan dan kekuatan posisi dalam jabatannya. Ciri ciri kepemimpinan autokratis ini menganngap organisasi adalah miliknya, sehingga ia mengidentikkan tujuan pribadi nya dengan tujuan organisasi yang dipimpinya. Hal yang sangat tidak baik adalah menganggap bawahannya adalah alat mencapai tujuan tersebut sehingga keputusan yang diambil bersifat paksaan. Pemimpin seperti ini biasanya tidak mau dikritik dan tidak mau menerima saran atau pendapat orang lain.
- Gaya kepemimpinan Militeristik. Gaya kepemimpinan ini biasanya dalam menggerakkan staff nya seringkali dengan menggunakan system perintah, sukar menerima kritikan dari bawahannya karena formalitas dan jabatan yang ada padanya. Pemimpin yang militeristik biasanya menerapkan disiplin secara kaku dan berlebihan.
- Gaya kepemimpinan paternalistic adalah gaya kepemimpinan yang menganggap bawahannya adalah manusia yang belum dewasa dan tidak kreatif. Dalam pengambilan keputusan jarang memberikan kesempatan pada staffnya karena ia menganggap dirinya tahu segalanya.Â
- Gaya kepemimpinan demokratis. Gaya kepemimpinan ini biasanya bersifat modernis dan partisipatif. Maksudnya adalah dalam kepemimpinannya ia akan mengelola bawahannnya secara bijak, mereka diajak untuk dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan menyumbangkan ide-ide yang dimiliki untuk mencapai kesepakatan dan menjaga organisasinya. Karakteristik kepemimpinan demokratis dapat dilihat kesempatan yang diberikan kepada bawahannya dalam mengambil keputusan dengan mengutamakan musyawarah. Pemimpin demokratis akan melihat kepentingan bawahannya dan urgensi keselamatan dan kepentingan bersama. Pemimpin dengan gaya seperti ini memandang semua masalah dapat dipecahkan dengan usaha bersama.
 Dari berbagai perpektif tentang gaya kepemimpinan yang telah dijabarkan diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan memepngarugi proses pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh seorang pemimpin.
Â