Bahasa Arab memiliki banyak variasi dialek (lahjah) yang berkembang di berbagai wilayah Jazirah Arab dan kawasan lainnya. Hal yang mempengaruhi perbedaan dialek dibentuk oleh budaya lokal masyarakat pra-Islam di jazirah Arab.Â
a. Kepercayaan Ibadah pada Kabilah Masyarakat Pra Islam
Sebelum hadirnya Islam, masyarakat masih menganut agam polisteistik, pemuja dewa dan berhala. Dan pada setiap kabilah memiliki dewa masing-masing yang disembah, ini merupakan cerminan bahasa dan kosakata yang digunakan. Karena banyak istilah yang berkaitan dengan kepercayaan masing-masing, maka dari itu menjadi bagian dari bahasa sehari-hari mereka. Misal, nama berhala, tempat ibadah, serta ritual keagamaan yang memberi kontribusi pada kebahasaan yang digunakan dalam dialek-dialek lokal.
b. Pengaruh Geografis terhadap Dialek Bahasa Arab
Wilayah jazirah Arab luas dan memiliki beragam kawasan geografis berbeda lalu menjadi berbagai variasi dialek sebagai bahasa daerah dari berbagai kabilah. Contohnya dialek pada kawasan Hijaz, Najd, dan Yaman. Pada wilayah Hijaz, Kawasan yang menjadi pusat perdagangan dan tempat bertemunya berbagai budaya, kemudian memiliki dialek yang mudah terpengaruh oleh bahasa-bahasa asing. Sedangkan Kawasan Najd, cenderung mempertahankan atau melestarikan bahasa dialeknya, karena cenderung terpencil dan tertutup.
c. Faktor Ekonomi dan Perdagangan
Mekah dan Damaskus menjadi dua Kawasan sebagai pusat perdagangan yang memiliki dialek lebih universal karena banyak interaksi antar pedagang dari berbagai daerah. Sebaliknya, wilayah terpencil lebih mempertahankan keaslian dialeknya.
d. Faktor Kemasyarakatan
Golongan sosioekonomik yang memakai bahasa sebagai bahasa golongannya. Dan daeri setiapnya memiliki hukum sendiri serta tingkatan Masyarakat yang berbeda karena terbentuk dari dialek-dialek tertentu.
e. Faktor Keadaan
Yakni pemeran (pembicara, pendengar, dan orang lain), tempat berbahasa, tema pembahasan, jalur berbahasa (lisan, tulisan, dsb).