Mohon tunggu...
Puwan Muda Muawanah 121211059
Puwan Muda Muawanah 121211059 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Dian Nusantara

Mahasiswa Universitas Dian Nusantara Dosen Pengampu Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak Jurusan Sarjana Akuntansi Mata Kuliah Akuntansi Forensik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kuis 13: Aplikasi Proses Pembuktian dan Argumentasi Logika pada Bukti Dokumen Kecurangan

7 Juli 2024   10:19 Diperbarui: 7 Juli 2024   10:25 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penalaran deduktif adalah suatu bentuk argumen yang bekerja dari hal yang umum ke hal yang lebih khusus; kita sering menyebutnya sebagai logika "top-down". Sebaliknya, penalaran induktif bekerja dari observasi khusus ke observasi yang lebih luas dan umum; terkadang kita menyebutnya sebagai penalaran "bottom-up".

Argumen yang dikemukakan secara deduktif menawarkan dua atau lebih aturan atau pernyataan yang secara otomatis mengarah pada suatu kesimpulan. Bentuk argumen ini disebut sebagai silogisme, pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles, dirancang untuk menghasilkan kepastian matematis. Penggunaan silogisme, atau pernyataan matematis, memastikan bahwa alur argumen mengarah secara logis pada kesimpulan. Argumen deduktif minimal memiliki tiga pernyataan: premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.

Pernyataan pertama, atau premis mayor, adalah pernyataan kebenaran umum yang berhubungan dengan kategori-kategori, bukan objek-objek terbatas. Dalam premis mayor terdapat dua bagian: anteseden dan konsekuen. Frasa pendahulunya adalah frasa subjek, dan frasa konsekuennya adalah predikat. Misalnya, pernyataan, "semua manusia fana," mengandung frasa pendahulunya, "semua manusia" (kategori umum), dan frasa konsekuen, "bersifat fana."

Pernyataan kedua, premis minor, merupakan pernyataan mengenai suatu kejadian tertentu yang tercakup dalam premis mayor. Misalnya, frasa, "Socrates adalah seorang laki-laki," adalah pernyataan kebenaran yang berhubungan dengan contoh spesifik yang diatur oleh premis mayor.

Pernyataan ketiga, kesimpulan, harus mengikuti secara alami hubungan premis mayor dan premis minor satu sama lain. Jika tidak ada kekeliruan deduktif, pernyataan ini merupakan akibat yang tidak bisa dihindari dari dua pernyataan pertama. Dalam contoh di atas, "Socrates bersifat fana," merupakan kesimpulan yang wajar dan tak terhindarkan terhadap premis mayor dan premis minor.

Dalam membentuk argumen deduktif, kita dapat menghubungkan premis minor dengan premis mayor dalam empat cara berbeda. Hanya dua yang menghasilkan argumen logis yang masuk akal; dua lainnya menghasilkan kesalahan deduktif. Struktur dalam ilustrasi kita adalah contoh penegasan anteseden. 

Dalam bentuk ini, premis minor menegaskan bahwa suatu kejadian tertentu merupakan contoh dari pendahulunya premis mayor. Dalam contoh kita, kita menyatakan bahwa Socrates memang seorang laki-laki. Kami menegaskan bahwa Socrates dan keadaan manusia adalah setara.

Argumen Induktif

Berbeda dengan penalaran deduktif yang memiliki ketepatan matematis, penalaran induktif tidak dirancang untuk menghasilkan kepastian. Bentuk argumen logis ini menggunakan serangkaian pengamatan untuk mencapai suatu kesimpulan. Dengan menggabungkan serangkaian observasi dengan observasi sebelumnya untuk mencapai kesimpulan yang dapat dipertahankan.

Dari tiga bentuk dasar penalaran induktif, yakni :

1. Induksi dengan Enumerasi atau Generalisasi, adalah yang paling umum. Dalam hal ini, kita akan membuat pernyataan umum mengenai beberapa hasil prediksi berdasarkan pengamatan terhadap contoh spesifik terhadap suatu hal. Misalnya, pernyataan, "semua pengacara busuk," jika didasarkan pada pengamatan Anda terhadap tiga pengacara terakhir yang Anda temui, tidak ada jaminan absolut bahwa semua pengacara di seluruh dunia busuk, karena induksi tidak memberikan kepastian yang sama seperti deduksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun