Fakta bahwa ini tanggal 17 Januari 2003, tidak akan terjadi. Kebingungan mengenai relevansi dan ketidakrelevanan muncul karena kita jarang membuktikan kasus berdasarkan logika tunggal. Sebuah fakta mungkin tidak tampak relevan dengan pertanyaan utama yang dipermasalahkan; namun, ketika pertanyaan utama dipecah menjadi sub-pertanyaan komponennya, relevansi faktanya menjadi lebih jelas.
Untuk memahami sepenuhnya bagaimana membangun rantai logika ini secara efektif, penyidik harus memahami sifat logika yang mendasari argumen hukum. Ada beberapa bentuk argumen logis; dua hal yang paling kita perhatikan dalam konteks pembuktian hukum adalah deduktif dan induktif.
Selain Inference dan Relevance proses pembuktian dalam konteks kecurangan keuangan melibatkan beberapa langkah kunci:
Pengumpulan Bukti:Â Langkah pertama adalah mengumpulkan semua dokumen yang relevan, termasuk laporan keuangan, catatan transaksi, dan korespondensi email. Setiap dokumen harus dianalisis untuk menemukan indikasi kecurangan.
Verifikasi Keaslian Dokumen:Â Memastikan bahwa dokumen yang dikumpulkan adalah asli dan belum dimanipulasi. Ini dapat melibatkan pemeriksaan metadata, analisis tanda tangan digital, dan konsultasi dengan pihak ketiga yang berwenang.
Analisis Konten:Â Melakukan analisis mendalam terhadap konten dokumen untuk mengidentifikasi anomali atau inkonsistensi yang dapat mengindikasikan kecurangan. Teknik ini termasuk analisis data, pemeriksaan pola transaksi yang tidak biasa, dan perbandingan dengan dokumen lain.
Korelasi Bukti: Menghubungkan berbagai bukti yang ditemukan untuk membentuk pola atau cerita yang menunjukkan adanya kecurangan. Korelasi ini bisa dilakukan melalui teknik seperti pemetaan konsep dan analisis jaringan.
The Logic of Argument (Argumentasi Logika)
Setelah bukti dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah membangun argumentasi logika yang kuat untuk menunjukkan bahwa kecurangan telah terjadi. Ini melibatkan beberapa elemen utama:
Argumen Deduktif