Proses pembuktian dan argumentasi logika merupakan langkah penting dalam mengungkap dan membuktikan kecurangan, terutama dalam konteks keuangan. Pembuktian melibatkan pengumpulan bukti yang kuat dan valid, sementara argumentasi logika memastikan bahwa bukti tersebut diinterpretasikan dengan cara yang tepat untuk membangun kasus yang meyakinkan.Â
Dalam tulisan ini, kita akan membahas aplikasi dari proses pembuktian dan argumentasi logika pada bukti dokumen kecurangan dengan contoh nyata pada kasus kecurangan keuangan.
The Process of Proof (Proses Pembuktian)
Dalam argumen hukum, inferensi adalah efek persuasif dari setiap bukti. Dari keberadaan alat pembuktian tersebut, juri dapat menyimpulkan bahwa ada suatu fakta akhir. Jadi, kita mungkin menganggap pembuktian sebagai efek bersih total dari kesimpulan yang telah ditarik.Â
Dengan kata lain, dari bukti mengalirlah kesimpulan, dan dari gabungan inferensi mengalirlah kesimpulan. Dalam konteks hukum, kesimpulan merupakan pembuktian. Kemampuan untuk membuktikan suatu fakta akhir hanya bergantung pada kekuatan kesimpulan, bukan pada bukti itu sendiri. Hal ini benar karena terlepas dari sifat atau volume bukti yang disajikan, jika kesimpulan yang diambil salah atau lemah, kita tidak dapat mencapai kesimpulan yang diinginkan.
Inference (Dugaan)
Seperti halnya pembuktian teori-teori ilmiah, kita harus menghubungkan dugaan-dugaan yang menjadi dasar kita dalam menemukan kesalahan dalam cara yang logis dan linier. Namun, tidak seperti penemuan ilmiah, pembuktian hukum harus sesuai dengan kerangka sempit aturan yang ditegakkan secara ketat.Â
Aturan-aturan ini, untuk tujuan teks ini, berkisar pada relevansi. Bukti kejahatan tambahan yang tidak dikenakan dakwaan dan fakta-fakta lain yang sangat merugikan, serta bukti yang diperoleh secara ilegal, tidak dapat diterima (dalam sebagian besar keadaan) dan tidak boleh menjadi sasaran pengejaran Anda. Namun, Anda harus menyerahkan rincian prinsip-prinsip hukum ini kepada jaksa---seorang praktisi hukum yang sangat terlatih.
Relevance (Relevansi atau Kaitan)
Singkatnya, bukti dianggap relevan jika bukti tersebut cenderung membuktikan atau menyangkal suatu isu yang diperdebatkan. Misalnya, jika pertanyaan apakah matahari bersinar merupakan pertanyaan utama, maka fakta bahwa saat ini sudah pukul sepuluh pagi akan tampak sangat relevan.Â