“Itu bukan Elyna” singkatnya dari dalam hati.
“Aaaa…” Teriak Elyna sembari mengacak-acak rambutnya dan terduduk di depan lemarinya.
Jeritan itu terdengar oleh kedua orang tuanya
“ YaAllah ada apa ini?!” bentak Ibu kepada keduanya. Dengan masih memegangi rambutnya yang acak-acakan, Elyna menunjuk sang kakak.
“Eryna! Kamu!..” lanjut Ibu, tapi terpotong saat Ayah datang
“Apa?!” nada tinggi ayah kepada Ibu. Ibu lalu, menolong Elyna dan Eryna rangkul oleh Ayah untuk keluar.
“Apa aku bilang ke Ayah tentang Elyna?” tanyanya ragu dari dalam hati.
“Sekarang siap-siap berangkat ya, adikmu hari ini ga berangkat dulu, nanti izinkan ya, sayang” ucap Ayah tenang.
Waktu berjalan semakin cepat, bak gelang mutiara yang terputus dari talinya.
Sudah 8 minggu, Elyna bersikap aneh, sering-marah-marah. Padhala dahulunya ia adalah gadis yang periang. Selama itu pula Eryna selalu mengawasi gerak-gerik adiknya.
Banyak kejanggalan yang terjadi pada Elyna, yaitu setiap tanggal 4, ia akan meminum secangkir kecil darahnya sendiri dan juga memakan ayam kampung hitam satu ekor utuh.