Mohon tunggu...
Purwanto
Purwanto Mohon Tunggu... Dosen - Data Diri

Purwanto, Owner Ranyono Multimedia - Dosen STT Efata Salatiga - Ketua Umum Badan Kerjasama Gereja-Gereja Salatiga - BKGS Filosofi hidup KOLOSE 3 : 23

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengambilan Keputusan yang Efektif dalam Peningkatan Kualitas Organisasi

20 November 2016   11:52 Diperbarui: 4 April 2017   18:24 62964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu diperhadapkan dengan istilah organisasi dari bentuk, dan model yang berbeda-beda. Organisasi itu antara lain organisasi politik,  organisasi olahraga, organisasi sekolah, organisasipemerintahan, organisasi kepemudaaan, dan organisasi keagamaan. Setiap organisasi dibentuk karena adanya sebuah tujuan. 

Organisasi bisnis biasanya bertujuan untuk mencari keuntungan finansial, organisasi kemasyarakatan biasanya bertujuan untuk tujuan kemasyarakatan, organisasi politik biasanya untuk tujuan kekuasaan dan organisasi keagamaan biasanya untuk tujuan misi atau dakwah.Tujuan tersebut menurut AsakuWalisongo (2013) dicerminkan oleh sasaran yang harus dilakukan baik dalam jangka pendek, maupun jangka panjang.Implementasinya setiap organisasi merumuskan visi, misi, serta tujuan baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.

Setiap organisasi tentu memiliki pemimpin dan kepemimpinan.Biasanya pemimpin memiliki pengaruh lebih besar dalam upaya pencapaian tujuan organisasi, oleh karena pemimpin sering diistilahkan dengan orang yang mempengaruhi bawahan untuk mencapai tujuan yang diharapakan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Northouse's (2007 : 3),   leadership is a process by which a person influences others to accomplish an objective and directs the organization in a way that makes it more cohesive and coherent.

Pendapat itu sejalan dengan yang disampaikan  olehHusaini Usman (2013 : 312), kepemimpinan ialah ilmu dan seni mempengaruhi, orang atau kelompok untuk bertindak seperti yang diharapkan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Jadi jelas bahwa pemimpin memiliki pengaruh besar terhadap sukses tidaknya sebuah oraganisasi.

Salah satu fungsi yang harus dilakukan pemimpin dalam upaya pencapaian tujuan adalah bagaimana pemimpin itu bisa mengambil keputusan dengan efektif.Dalam realita pengambilan keputusan bukanlah hal yang sedernana, sebab setiap pengambilan keputusan biasanya mengandung dua konsekuensi sekaligus baik konsekuensi positif maupun konsekuensi negatif. Namun demikian seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan dari beberapa pilihan yang dihadapai. 

Seorang pemimpin diharapkan mengikuti pendapat Terry dalam Marzuki (2015 : 2),  bahwa dalam mengambil keputusan hendaklah memilih yang terbaik dari berbagai altenatif yang tersedia. Salah satu tugas terpenting seorang pemimpin adalah untuk menentukan yang terbaik bagi organisasi dan para anggotanya.Namun dalam mengambil keputusan, terkadang pemimpin pun menghadapi dilema dan seolah berada di persimpangan jalan. 

Apalagi jika pilihan yang ada membuat Anda harus mengorbankan kepentingan orang lain atau memberikan resiko yang akan merugikan tim.Kadangkala keputusan sulit harus diambil demi terwujudnya cita-cita bersama.Adakalanya pemimpin ternyata mengambil keputusan yang salah dan merugikan organisasi. Tetapi melakukan kesalahan dalam mengambil keputusan masih lebih baik dibandingkan tidak melakukan tindakan apapun sama sekali.

Kecepatan dan ketepatan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan lazimnya menjadi tolak ukur kompetensi dan kredibilitas yang dimilikinya. Jika pemimpin lamban dan ragu-ragu dalam bertindak, anak buah akan melihat bahwa pemimpin tersebut adalah pemimpin yang tidak berani mengambil resiko.  Terbiasa cepat dalam pengambilan keputusan memang bukan pekerjaan mudah, butuh rasio yang jernih dan intuisi yang tajam agar bisa menghasilkan keputusan yang tepat.Menarik untuk dikaji bagaimana seorang pemimpin bisa mengambil keputusan dengan baik, dalam pengertian efektif, efisien, meminimalkan resiko,  serta bermanfaat bagi kemajuan organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan. 

Dari uraian di atas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut  : (1). Apa yang dimaksud dengan pemgambilan keputusan yang dilakukan oleh seorang pemimpin ? (2). Bagaimana pengambilan keputusan yang efektif bisa dilakukan oleh seorang pemimpin ? (3).Bagaimana pengaruh pengambilan keputusan yang efektif bagi kemajuan organisasi ?

Pengambilan Keputusan

Pengertian Pengambilan Keputusan

      Robins (1997) dalam Syafaruddin berpendapat bahwa “decision making is which in choses between two or more alternative ”.Hal tersebut berarti pengambilan keputusan ialah memilih dua alternatif atau lebih untuk melakukan suatu tindakan tertentu baik secara pribadi maupun kelompok. Demikian pula Drommond (1985) berpendapat bahwa pengambilan keputusan merupakan usaha penciptaan kejadian-kejadian dan pembentukan masa depan (peristiwa-peristiwa pada saat pemilihan dan sesudahnya). Sejalan dengan beberapa pendapat di atas Mondy dan Premeaux (1995) menjelaskan bahwa “decision making is the process of greating and evaluating alternatives and making choises among them”. Pendapat ini menegaskan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses pada saat sejumlah langkah yang harus dilakukan dengan pengevaluasian alternatif untuk membuat putusan dari semua alternatif yang ada (Syaruddin:48).

      Berdasarkan hal tersebut, ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses memilih sejumlah alternatif pengambilan keputusan penting bagi manajer administrator karena proses pengambilan keputusan mempunyai peran penting dalam memotivasi kepemimpinan, komunikasi, koordinasi, dan perubahan organisasi. Weyne dan Miskel (2014:490) menjelaskan pengambilan keputusan merupakan tanggung jawab semua penyelenggara sekolah, namun sebelum keputusan diubah menjadi tindakan, maka keputusan tersebut tidak lebih baik dari iktikad baik.Pemutusan merupakan syarat mutlak bagi administrasi pendidikan karena sekolah, seperti halnya semua organisasi formal, pada dasarnya berupa pengambilan keputusan (Usman, 2013:440).

      Bertolak dari beberapa definisi dijelaskan di atas, maka disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah proses pemecahan masalah dengan menentukan pilihan dari beberapa alternatif untuk menetapkan suatu tindakan  yang ingin dilakukan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Jenis-jenis Pengambilan Keputusan

Penggolongan

Pengambilan keputusan dapat dikelompokkan berdasarkan prosesnya, berdasarkan jumlah orang yang ikut serta dalam pembuatan keputusan dan berdasarkan jenis problem.

Berdasarkan prosesnya, pengambilan  keputusan dapat dibagi menjadi dua yaitu:

Pengambilan keputusan emosional adalah pengambilan keputusan berdasarkan emosi. Pengambilan keputusan hanya berdasarkan perasaannya tidak berupaya untuk mencari alternatif-alternatif yang merupakan solusi problem. Solusi hanya muncul dalam emosi pemimpin berdasarkan pengalaman hidupnya. Pengalaman tersebut memberikan kecenderungan untk mengambil solusi yang selama ini telah dianggap baik dalam menyelesaikan problem yang dihadapi.

Pengambilan keputusan rasional adalah keputusan yang berdasarkan informasi yang objektif dan proses logis. Prosesnya konsisten dengan pola terusji, melakukan penilaian dan perhitungan alternatif-alternatif yang bersedia mencapai pilihan maksimal dalam keterbatasan sumber-sumber dalam lingkungan.  Prosesnya adalah sebagai berikut:

Berorientasi pada tujuan organisasi. Pencapaian tujuan organisasi atau tujuan individu, jika pembuatan keputusan menyangkut kehidupan pribadi merupakan dasar utama analisis problem dan analisis alternatif-alternatif.

Kejelasan problem. Problem yang dianalisis dan didefinisikan secara jelas dengan informasi objektif yang dapat dikumpulkan.

Pengambilan keputusan  dengan kreatif dan inovatif. Pengambilan keputusan dengan tidak kreatif mempunyai kecenderungan untuk membuat keputusan secara emosional. Dengan menggunakan kreativitasnya, pengambilan keputusan dapat menemukan alternatif-alternatif untuk memecahkan masalah, kemudian memilih salah satu alternatif yang bermanfaat bagi pencapaian organisasi. Inovasi memungkinkan pengambilan keputusan melaksanakan keputusan dengan baik.

Pilihan alternatif digunakan dengan menggunakan kriteria dan pembobotan

Memilih alternatif dengan nilai tertinggi untuk pencapaian tujuan.

Berdasarkan orang yang ikut serta dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ini dikelompokkan dalam:

Pengambilan keputusan individual adalah pengambilan keputusan yang dilakukan sendiri oleh pengambilan keputusan tanpa mengikutsertakan orang lain. Keuntungan pengambilan keputusan individual prosesnya cepat, lebih ekonomis dan tepat dalam keadaan krisis. Namun teknik pengalaman keputusan ini dapat menimbulkan konflik ketika keputusan dilaksanakan. Ketika melibatkan orang lain akan mengalami hambatan karena bukan keputusannya.

Pengambilan keputusan kelompok adalah pengambilan keputusan yang dilakukan dalam kelompok. Pengambilan keputusan membuat komisi, satuan tugas, panel penelaah, tim studi, panitia atau tim pakar dan sebagainya untuk melakukan proses pengambilan keputusan. Teknik pengambilan keputusan kelompok dapat dilakukan antara lain dengan cara sebagai berikut:

Mencari ide (brainstorming). Kelompok atau tim mengambil keputusan di bawah pimpinan kelompok. Pimpinan kelompok menyatakan problem dengan cara yang jelas sehingga dipahami oleh seluruh kelompok.

Teknik kelompok nominal. Anggota kelompok mengambil semuanya saat bertemu dalam pertemuan. Akan tetapi, setiap anggota kelompok dapat bekerja sendiri-sendiri. Setiap anggota menulis idenya kemudian mengemukakan kepada kelompok.

Teknik Delphi. Teknik pengambilan keputusan ini tidak mengharuskan anggota kelompok hadir bersama-sama di suatu tempat. Teknik Delphi dilaksanakan melalui: 1) Pemimpin tim memformulasikan problem kepada setiap anggota tim dengan kuesioner untuk meminta solusi, 2) Setiap tim mengisi kuesioner tersebut dan mengirimkannya kembali, 3) Pemimpin tim mengolah kuesioner tersebut lalu hasilnya dikirimkan dengan meminta solusi lagi, 4) Proses tersebut terus diulang sesuai kebutuhan sampai terjadi consensus, 5) Teknik demokrasi. Teknik pengambilan keputusan ini dilakukan melalui teknik pemungutan suara untuk suara terbanyak, alternatif yang terkumpul dipilih melalui  suara terbanyak anggota kelompok.

Berdasarkan jenis problemnya dikelompokkan menjadi:

Pengambilan keputusan terprogram, yaitu pembuatan keputusan dapat dilakukan dengan menggunakan standar prosedur operasi rutin. Cirinya adalah:

Problemnya terstruktur, sederhana dan informasinya tersedia lengkap.

Problem dan proses pembuatan keputusannya sudah berulang-ulang terjadi sehingga sudah dapat diperhitungkan dan mempunyai pengalaman menyelesaikannya.

Organisasi sudah mempunyai prosedur operasi standar, peraturan dan kebijakan untuk membuat keputusan.

Pengambilan keputusan tidak terprogram ialah pengambilan keputusan yang problemnya unik, belum pernah terjadi. Informasi mengenai problem belum tersedia atau sedikit, peraturan, kebijakan, prosedur operasi standar untuk membuat keputusan yang belum ada. (Wirawan, 2014:556).

Gaya Pengambilan keputusan

Dalam membuat keputusan pemimpin/manajer menggunakan gaya pengambilan keputusan. Menurut Robert dan Angelo (2007) gaya pengambilan keputusan merupakan kombinasi mengenai bagaimana individu mempresepsikan dan memahami stimuli dan cara umum dimana ia memilih untuk informasi. Peneliti mengembangkan suatu model gaya pengambilan keputusan dalam dua dimensi:

Orientasi nilai yaitu seberapa tinggi pengambilan keputusan memfokuskan diri pada memerhatikan tugas dan teknik atau memerhatikan orang dan masyarkakat ketika mengambil keputusan.

Toleransi kepada ambiguitas adalah seberapa tinggi kebutuhan untuk struktur atau kontrol dalam hidupnya. Jika kedua dimensi tersebut digabungkan, maka dapat menciptakan empat gaya pengambilan keputusan, antara lain:

Gaya membuat keputusan direktif. Orang dengan gaya mengambil keputusan direktif mempunyai toleransi untuk ambiguitas  dan berorientasi memerhatikan ke arah tugas dan teknikal ketika mengambil keputusan.

Gaya mengambil keputusan analitikal. Gaya mengambil keputusan ini mempunyai toleransi untuk ambiguitas dan karakteristiknya cenderung untuk terlalu menganalisis interaksi. Orang dengan gaya ini senang untuk mempertimbangkan lebih banyak informasi dan alternatif daripada gaya pengambilan keputusan direktif.

Gaya mengambil keputusan konseptual. Orang dengan gaya mengambil keputusan konseptual mempunyai toleransi untuk ambiguitas dan cenderung untuk memfokuskan pada orang atau aspek sosial dari situasi kerja.

Gaya mengambil keputusan behavioral. Gaya mengambil keputusan ini paling berorientasi pada orang. Orang yang mempunyai gaya pengambilan keputusan ini dapat bekerja baik dengan orang yang menyenangi interaksi sosial dimana pendapat dikemukakan dan dipertukarkan secara terbuka.

Implikasi terhadap penelitian

         Penelitian menunjukkan sangat sedikit orang yang menggunakan satu gaya mengambil keputusan. Sebagian besar manager mempunyai karakteristik menggunakan dua atau tiga gaya mengambil keputusan. Demikian juga penelitian menunjukkan gaya mengambil keputusan bervariasi berdasarkan umur, level pekerjaan dan Negara (Robert &Kinicki, 2007). Orang dapat menggunakan pengetahuan membuat keputusan sebagai berikut:

pengetahuan mengenai gaya mengambil keputusan dapat membantu memahami diri sendiri. Kesadaran mengenai gaya membuat keputusan dapat membantu orang mengetahui kelemahan dan keuatan untuk mengembangkan potensi dirinya.

Membantu untuk meningkatkan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dengan menyadari gaya mengambil keputusan yang dipergunakan. Misalnya, jika berhubungan dengan gaya mengambil keputusan analitikal maka harus disediakan informasi sebanyak mungkin  untuk mendukung idenya.

Pengetahuan mengenai gaya mengambil keputusan memberikan kesadaran mengenai bagaimana orang dapat mengambil informasi yang sama, akan tetapi mengambil keputusan yang berbeda dengan mempergunakan strategi mengambil keputusan yang berbeda. Perbedaan gaya mengambil keputusan merupakan sumber konflik interpersonal.

Model-model Pengambilan Keputusan    

Ada beberapa model pengambilan keputusan yang masing-masing didasarkan pada sekumpulan asumsi yang berbeda dan menawarkan wawasan yang unik dalam proses pengambilan keputusan. Bagian ini mengkaji tiga model pengambilan keputusan historis  Ketiganya adalah (1) model rasional, (2) model normatif simon, (3) model keranjang sampah(Robert dan Kinicki, 2005:5). Usman (2013:440), menjelaskan ada 12 model pengambilan keputusan, antara lain: (1) Model Mintzberg, Drucker, dan Simon, (2) Model rasional, (3) model klasik, (4) model perilaku, (5) model Vroom dan Yetton, (6) model Carnegie, (7) model gaya kepemimpinan Chung dan Megginson, (8) model berdasarkan manfaat, (9) model berdasarkan masalah, (10) model berdasarkan lapangan, (11) model pohon masalah, (12) model strategis Hunger dan Wheelen. Weyne dan Miskel (2014), juga menjelaskan ada empat model pengambilan keputusan, yaitu (1) model klasik, (2) model administratif, (3) model inkremental, dan (4) model kontigensi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa ada enam model pengambilan keputusan, antara lain: (1) model Simon, (2) model rasional, (3) model klasik, (4) model perilaku, (5) model administratif, dan (6) model kontigensi. Berikut penjelasannya:

Model Normatif Simon

           Model ini berusaha untuk mengindentifikasi proses yang benar-benar digunakan oleh para manajer saat membuat keputusan. Berbeda dengan model rasional, model normatif simon menganjurkan bahwa pengambilan keputusan ditandai dengan (1) pengelolaan informasi terbatas, (2) penggunaan penilaian hasil temuan sendiri, (3) pemuasan.

Model informasi terbatas, para manajer dibatasi oleh seberapa informasi yang mereka olah karena rasionalitas terbatas. Hasilnya adalah kecenderungan untuk memperoleh lebih kepada jumlah informasi yang dapat dikelola daripada jumlah informasi yang optimal.

Penilaian, merupakan petunjuk praktis atau jalan pintas yang digunakan orang untuk mengurangi tuntutan pengolahan informasi. Penggunaan hasil temuan sendiri dapat membantu para pengambil keputusan dalam mengevaluasi masalah-masalah yang ada saat ini.

Pemuasan, orang-orang melakukan pemuasan karena tidak memiliki waktu, informasi atau kemampuan untuk menangani kompleksitas yang berkaitan dengan mengikuti sebuah proses rasional. Pemuasan merupakan sebuah pilihan atas sebuah solusi yang memenuhi beberapa persyaratan minimum, sesuatu yang “cukup baik”. pemuasan memecahkan masalah dengan menghasilkan solusi-solusi yang memuaskan, dibandingkan dengan yang optimal.

Model Rasional

            Model rasional menganjurkan para manajer menggunakan empat langkah ketika membuat keputusan.Menurut model ini para manajer bersifat sepenuhnya ojektif dan memiliki informasi lengkap untuk membuat sebuah keputusan. Meskipun terdapat beberapa kritikan karena tidak realistis, model rasional mengandung pelajaran karena ia secara analitis merinci pengambilan keputusan dan tidak bertindak sebagai jangkar konseptual. Berikut dijelaskan empat langkah, antara lain:

Mengenali masalah, sebuah masalah terjadi jika situasi aktual dan situasi yang diinginkan berbeda.

Menghasilkan solusi, setelah mengenali masalah, langkah logisnya adalah menghasilkan solusi-solusi alternatif untuk menentukan sebuah keputusan.

Memilih sebuah solusi, secara optimal para pengambil keputusan ingin memilih alternatif dengan nilai yang paling besar para ahli teori keputusan menyebut hal ini untuk memaksimalkan manfaat yang diharapkan dari suatu hasil.

Mengimplementasikan dan mengevaluasi solusi. Setelah dipilih, suatu solusi maka perlu diimplementasikan. Setelah solusi diimplementasikan, tahap evaluasi menilai efektifitasnya. Jika solusi tersebut efektif, ia seharusnya mengurangi perbedaan antara keadaan aktual dengan keadaan yang diharapkan yang merupakan penyebab timbulnya masalah.

Model Klasik

Model pengambilan keputusan klasik berasumsi bahwa keputusan merupakan proses rasional ketika pengambilan keputusan diambil dari salah satu alternatif terbaik. Model klasik ini didasarkan pada konsep rasionalitas lengkap.Sesuai dengan model klasik, proses pengambilan keputusan dibagi atas enam langkah logis seperti, identifikasi masalah, menentukan alternatif, menilai alternatif, memilih alternatif, menerapkan alternatif, dan menilai keputusan alternatif.

Model Administratif

Hobert Simon (1957), merupakan tokoh pertama yang memperkenalkan model administratif pengambilan keputusan untuk memberikan gambaran yang lebih akurat tentang cara-cara aktual sekaligus ideal yang ditempuh oleh penyelenggara sekolah dalam mengambil keputusan organisasi (Wayne dan Miskel, 2014:491).

Model Perilaku

            Model ini didasarkan pada seberapa jauh keputusan itu dapat memberikan kepuasan.Model ini juga mempertimbangkan pengambilan keputusan atas dasar rasionalitas kontekstual dan rasionalitas respektif.Rasionalitas kontekstual artinya keputusan tidak didasarkan oleh ketentuan tersurat, tetapi juga bersifat kontekstual.Pendekatan dasarnya adalah pemuasan artinya, menemukan solusi yang memuaskan, bukan yang terbaik.

Model Kontigensi

            Model kontigensi adalah pendekatan yang paling cocok dengan situasi.Model administratif itu fleksibel dan heuristik.Keputusannya didasarkan pada perbandingan di antara konsekuensi alternatif dan tingkat aspirasi pengambilan keputusannya.Apabila solusi-solusi yang memuaskan tidak ditemukan, maka tingkat aspirasi pun diturunkan. Kurangnya waktu tentu saja, bisa memotong prosesnya dengan memaksakan pertimbangan atas opsi-opsi yang lebih sedikit (Wayne dan Miskel, 2014).

Peran Pemimpin dalam Pengambilan Keputusan

         Kepemimpinan sesorang sangat besar perannya dalam setiap pengambilan keputusan sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas seorang pemimpin.Pengambilan keputusan dalam tinjauan perilaku, mencerminkan karakter bagi seseorang pemimpin.Oleh karena itu untuk mengetahui apakah keputusan yang diambil itu baik atau buruk tidak hanya dapat dilihat setelah konsekuensinya terjadi, melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam prosesnya. Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan, sehingga:

Teori keputusan merupakan metodologi untuk menstrukturkan dan menganalis sesuatu yang tidak pasti atau berisiko, di sini keputusan lebih bersifat perspektif daripada deskriptif.

Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana seorang menajer memperoleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser jawaban untuk menemukan informasi yang relevan.

Pengambilan keputusan adalah proses memilih antara alternatif-alternatif tindakan untuk mengatasi masalah.

Proses pengambilan keputasan

            Proses pengambilan keputusan dalam praktiknya dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut ini:

Identifikasi masalah

Mengidentifikasi masalah

Memformulasikan dan mengembangkan alternatif.

Implementasi keputusan

Evaluasi keputusan

Tahapan-tahapan Pengambilan Keputusan

            Sementara itu, tahapan-tahapan pengambilan keputusan dapat dikemukakan sebagai berikut:

Tetapkan masalah

Identifikasi kriteria keputusan

Alokasikan bobot pada criteria

Kembangkan alternatif

Evaluasi alternatif

Pilih alternatif terbaik (VeithzalRivai, 2009:746).

Pengambilan Keputusan oleh Pemimpin

Berdasarkan pandangan tiga ahli yaitu Robins (1997); Drommond (1985); Mondy dan Premeaux (1995) dapat dirumuskan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses pemecahan masalah dengan menentukan pilihan dari beberapa alternatif untuk menetapkan suatu tindakan yang ingin dilakukan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.Pengambilan keputusan merupakan proses memilih sejumlah alternatif pengambilan keputusan penting bagi manajer administrator karena proses pengambilan keputusan mempunyai peran penting dalam memotivasi kepemimpinan, komunikasi, koordinasi, dan perubahan organisasi (Usman, 2013:440).

Dari definisi pengambilan keputusan di atas,  dapat dihapami betapa pentingnya seorang pemimpin dalam pengambilan keputusan, sebab apabila dalam sebuah organisasi tidak ada pengambilan keputusan maka dipastikan organisasi tersebut tidak akan mengalami kemajuan, apalagi peningkatan kualitas organisasi, kendati pengambilan keputusan tersebut dimungkinkan menimbulkan resiko yang tidak diharapkan. Oleh karena itu dibutuhkan keahlihan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan, sebab ketepatan pengambilan keputusan sangat mempengaruhi tercapainya tujuan organisasi.Pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih, sebab dalam pengambilan keputusan biasanya terdapat beberapa alternatif untuk dipilih yang terbaik dari beberapa pilihan yang tersedia.Pengambilan keputusan juga bisa dipandang sebagai sebuah tindakan untuk menyelesaikan permasalahan. Biasanya keputusan diambil karena terdapat masalah yang harus dicarikan solusi,  maka pengambilan keputusan sangat diperlukan agar masalah yang ada tidak berlarut-larut. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan  oleh Didi Wahyu Sudirman (2003: 100), yang  menunjukkan bahwa seorang manajer harus mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapi secara cerdik dan berkualitas melalui pengambilan keputusan yang dilakukan secara cepat dan efektif.

Dalam kontek dunia pendidikan misalnya kita ambil dalam satuan pendidikan sekolah, hampir setiap saat seorang pemimpin dalam hal ini seorang kepala sekolah selalu diperhadapkan dengan berbagai masalah yang timbul yang harus diputuskan dalam rangka memecahkan masalah. Misalnya dalam suatu sekolah tertentu terdapat anak  yang terlibat tawuran dengan anak-anak sekolah lain, di mana anak-anak  yang terlibat tawuran adalah anak-anak  yang sudah biasa melakukan tawuran dengan berbagai usaha untuk mencegahnya namun belum memberikan hasil yang signifikan, maka kepala sekolah sebagai pemimpin perlu menentukan langkah-langkah strategis mengatasi masalah agar tidak berlarut-larut. Mengacu teori yang diajukan oleh Veithzal Rivai maka kepala sekolah perlu menetapkan masalah, dalam arti mencari sumber masalah yang sesungguhnya, selanjutnya perlu mengidentifikasi masalah mengapa anak-anak itu terlibat tawuran, mengembangkan beberapa alternatif pemecahan untuk proses penyembuhan anak dari kebiasaan tawuran, kemudian melakukan berbagai evaluasi dari berbagai alternatif sehingga bisa menemukan alternatif terbaik dengan tujuan dapat menyembuhkan anak yang tersbiasa tawuran tanpa harus mengorbankan resiko yang tidak seharusnya dikeluarkan. Dalam praktiknya, tahapan-tahapan yang dikemukakan oleh Veithzal Rivai tersebut, dapat dilakukan sebagaimana yang dilakukan oleh Marzuki (2015) yang meneliti tentang Pengambilan Keputusan Sekolah Melalui Manajemen Strategik pada SMP, yang menyimpulkan mekanisme pengambilan keputusan kepala sekolah pada SMP dilakukan melalui kegiatan identifikasi awal, merumuskan tujuan, alternatif solusi, menentukan kriteria pemilihan solusi, dan menentukan solusi sehingga menjadi keputusan.

Ketika kepala sekolah  diperhadapkan dengan pilihan pengambilan keputusan secara rasional dan  emosional tentunya dalam mencari solusi agar anak-anak bisa menghilangkan kebiasaan tawuran biasanya lebih memilih pengambilan keputusan secara rasional dari pada secara emosional, walaupun mungkin saja alternatif emosional dipilih untuk mencari solusi, namun demikian biasanya pengambilan yang didasarkan rasional akan memberikan hasil yang lebih baik dari pada pengambilan keputusan secara emosional.

Pengambilan Keputusan yang Efektif dilakukan oleh Pemimpin

Pengambilan keputusan yang efektif biasanya dibutuhkan dalam situasi yang mendesak. Agar dapat mengambil keputusan yang efektif, terdapat beberapa model pengambilan keputusan yang didasarkan pada sekumpulan asumsi yang berbeda dan menawarkan wawasan yang unik dalam proses pengambilan keputusan. Berdasarkan kajian literatur tentang model pengambilan keputusan yang efektif menurut tiga ahli yaitu Robert dan Kinicki (2005:5); Usman (2013:440); Weyne dan Miskel (2014) diperoleh simpulan bahwa terdapat beberapa model yang sama yaitu model Simon, model rasional, dan model klasik; namun demikian masih banyak model-model lain yang tidak sama yang dikemukakan oleh tiga ahli tersebut.

Pandangan ketiga ahli di atas yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan suatu model. Hal itu sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wayan R. Susila dan Ernawati Munadi (2007) mengenai Penggunaan Analytical Hierarchy Process Untuk Penyusunan Prioritas Proposal Penelitian, memperoleh hasil bahwa pengambil keputusan memerlukan model pengambilan keputusan yang dapat membantu mereka membuat pilihan secara komprehensif, logis, dan terstruktur.

Pandangan diatas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rebekka Rismayanti (2016), apapun gaya partisipasi pengambilan keputusan akan menjadi tepat ketika pemimpin benar-benar memikirkan tujuan yang paling tepat dari suatu proses pengambilan keputusan, memperhatikan betul referensi informasi yang diperoleh secara komprehensif, serta mempertimbangkan kondisi yang terjadi sebelum mengambil suatu keputusan. Ketiga hal ini diperlukan agar gaya partisipasi dapat dipilih secara tepat sehingga keputusan yang diambil tidak menimbulkan kesalahpahaman, melainkan dapat memberikan manfaat bagi kedua belah pihak yang melakukan proses komunikasi secara bisnis.

Dari berbagai pengalaman empiris pengambilan keputusan tidak selalu  hanya cocok dengan satu model tertentu, namun biasanya melihat situasi dan kondisi. Dalam keadaan tertentu bisa menggunakan model rasional, namun di situasi yang lain dimungkinkan menggunakan model simon atau model klasik. Pemimpin harus jeli melihat situasi yang ada bagaimana menentukan pilihan saat pengambilan keputusan, dan menggunakan model apa yang terbaik dalam pengambilan keputusan tersebut. Di sinilah diperlukan seni mengambil keputusan.

Sementara itu, Veithzal Rivai (2009:746) mengemukakan tahapan-tahapan pengambilan keputusan yaitu meliputi: 1) Menetapkan masalah; 2) Identifikasi kriteria keputusan; 3) Alokasikan bobot pada kriteria; 4) Kembangkan alternatif; 5) Evaluasi alternatif; 5) Pilih alternatif terbaik.

Pengaruh Pengambilan Keputusan yang Efektif bagi Kemajuan Organisasi

            Sebagai mana yang telah dipaparkan oleh Usman, Husaini (2013 : 312), bahwa kemajuan suatu organisasi dipengaruhi oleh cara pemimpin dalam mengambil keputusan. Telah dilakukan beberapa penelitian yang searah dengan pendapat Usman (2013) tersebut.Juliyanti, Mohammad Isa Irawan, dan Imam Mukhlash (2011) melakukan penelitian tentang Pemilihan guru Berprestasi menggunakan metode AHP-TOPSIS. Penelitian tersebut menghasilkan temuan yaitu  adanya suatu sistem pengambilan keputusan dapat membantu proses pemilihan berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan sehingga bisa dilakukan proses perhitungan yang lebih efektif dan efesien.         

            Penelitian senada dilakukan oleh Budiono (2014), tentang Pengaruh Komunikasi Organisasi, Kecerdasan Emosi dan  Pengambilan  Keputusan terhadap Implementasi Peran Kepemimpinan Kepala SD menemukan beberapa temuan yaitu: 1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan pada kecerdasan emosi yang dimiliki dan direalisasikan kepala sekolah terhadap implementasi peran kepemimpinan; 2) Pengambilan keputusan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap implementasi peran kepemimpinan sekolah dasar. Dengan kata lain, adanya pengambilan keputusan dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam suatu organisasi/lembaga.

            Wiwik Setyowati (2012) melakukan penelitian tentang Pengaruh Kepemimpinan, Komunikasi, Kerjasama Kelompok dan Pengambilan Keputusan terhadap Kinerja Guru dan Karyawan di SMK memperoleh hasil bahwa pengambilan keputusan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru dan karyawan. Oleh sebab itu faktor pengambilan keputusan perlu untuk dibina dan dipertahankan. Wiwik juga menambahkan peluang pemimpin untuk mendorong peningkatan pengambilan keputusan kerja guru dan karyawan dengan berlandaskan pada pemberdayaan guru dan karyawan serta pemberian kesempatan yang lebih luas kepada guru dan karyawan untuk bertindak atas inisiatif sendiri dengan melandasinya pada kebijakan otonomi daerah sudah sepantasnya untuk dimulai pelaksanaanya.

Dari beberapa hasil penelitian di atas jelas bahwa pengambilan keputusan yang baik dapat meningkatkan kualitas organisasi, walaupun memang sering ada variabel perantara. Variabel perantara yang dimaksud adalah pengambilan keputusan yang baik, bisa berpengaruh bagi kemajuan tim kerja dalam sebuah organisasi, yang pada gilirannya kemajuan kinerja dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas organisasi itu sendiri. Misalnya kita mengambil contoh sebuah organisasi sekolah, kepala sekolah bisa mengambil keputusan yang baik yang bisa menggerakkan guru dan karyawan bisa meningkatkan kreativitas, inovasi, dan etos kerja maka dipastikan bahwa sekolah tersebut akan mengalami kemajuan, sangat berbeda bila seorang kepala sekolah tidak bisa mengambil keputusan dengan baik, bahkan keputusan yang diambil cenderung kontra produktif, misalnya melemahkan semangat guru dan karyawan, tidak memberikan suasana kreativitas guru dan karyawan maka dipastikan sekolah tersebut akan mengalami kesulitan berkembang yang artinya organisasi sekolah tidak akan mengalami peningkatan kualitas.

Kesimpulan

Dari berbagai uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa :

Pemgambilan keputusan merupakan proses memilih sejumlah alternatif penting bagi pemimpin,   karena proses pengambilan keputusan mempunyai peran penting dalam memotivasi kepemimpinan, komunikasi, koordinasi, dan perubahan organisasi yang dilakukan oleh seorang pemimpin pada organisasi yang dia pimpin. Pengambilan keputusan juga bisa dipandang sebagai proses memilih dari berbagai alternatif untuk memecahkan masalah dalam rangka pencapaian tujuan sebuah organisasi.

Pengambilan keputusan yang efektif perlu dilakukan oleh seorang pemimpin dalam sebuah organisasi. Dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin harus memperhatikan berbagai aspek, misalnya perlu memperhatikan situasi dan kondisi, memperhatikan berbagai model, gaya, proses dan tidak kalah pentingnya perlu memperhatikan metode serta tahapan-tahapan  secara sistematis. Sebab proses pengambilan keputusan selalu terkait dengan proses memilih dari berbagai alternatif.

Pengambilan keputusan yang efektif dapat berpengaruh terhadap peningkatan  kualitas organisasi yang dalam implementasinya bisa  melalui variabel perantara misalnya meingkatnya kinerja, semangat, kreativitas dari orang-orang yang dipimpinnya.

Saran-Saran

Bagi para pemimpin sebuah organisasi dalam mengambil keputusan hendaknya memperhatikan berbagai aspek misalnya situasi dan kondisi yang sedang terjadi. Memperhatikan berbagai model, gaya, proses, metode serta tahapan-tahapan pengambilan keputusan sehingga keputusan yang diambil adalah keputusan yang efektif demi kemajuan organisasi yang di  pimpin.

DAFTAR PUSTAKA

Anzizhan, Syafaruddin. Sistem pengambilan keputusan pendidikan.Ebook.

Anonim. 2013. Pengertian, Tujuan, dan Manfaat Organisasi (http://www.contohlengkap.com/2013/08/ diakses pada 23 Oktober 2016).

Budiono. 2014. Pengaruh Komunikasi Organisasi, Kecerdasan Emosi dan  Pengambilan  Keputusan terhadap Implementasi Peran Kepemimpinan Kepala SD. Jurnal Akuntabilitas Manajemen, 2 (2):147-158.

Didi Wahyu Sudirman. 2003. Pengambilan Keputusan sebagai Langkah Strategis Tugas Manajer. journal.uny.ac.id, 3(2): 93-101.

ItaLizawati dan A Kistyanto. 2014. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Efektivitas Organisasi Melalui Pengambilan Keputusan.JurnalMahasiswa Teknologi, 1 (6): 1606-1618.

Juliyanti, Mohammad Isa Irawan, dan Imam Mukhlash. 2011. Pemilihan Guru Berprestasi Menggunakan Metode Ahp dan Topsis. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011

Syiah Kuala. 2015. Pengambilan Keputusan Sekolah Melalui Manajemen Strategik Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bandar Baru. Jurnal Magister Administrasi Pendidikan, 3(3): 58-67.

Kreitner, Robert dan Kinicki, Angelo. 2005. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salameba Empat.

Marzuki. 2015. Pengambilan Keputusan Sekolah Melalui Manajemen Strategik pada SMP.JurnalMagister Administrasi Pendidikan USK, 3 (3): 58-64.

Northouse, G. 2007. Leadership theory and practice. (3rd ed.) Thousand Oak, London, New Delhe, Sage Publications, Inc

Rebekka Rismayanti. 2016. Corporate Decision Making dalam Komunikasi Organisasi. Informasi Kajian Ilmu Komunikasi. 46 (1): 49-62.

Usman, Husaini. 2014. Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan Edisi 4. Jakarta: Bumi Aksara.

Veithzal Rivai, Haji. 2009. Education Management Analisis Teori dan Praktik. Jakarta: Rajawali Pers.

Wayan R. Susila dan Ernawati Munadi. 2007.  Penggunaan Analytical Hierarchy Process Untuk Penyusunan Prioritas Proposal Penelitian. Jurnal Informatika Pertanian, 16 (2): 983-998.

Wirawan. 2014. Kepemimpinan Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Wiwik Setyowati. 2012. Pengaruh Kepemimpinan, Komunikasi, Kerjasama Kelompok dan Pengambilan Keputusan terhadap Kinerja Guru dan Karyawan di SMK. Jurnal Ilmu Manajemen Revitalisasi, 1 (1): 245-264.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun