Mohon tunggu...
Puji Khristiana
Puji Khristiana Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga 2 anak yang hobi menulis

Bekerja sebagai penulis konten dan blogger

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

The Last Revenge

3 Februari 2022   12:48 Diperbarui: 3 Februari 2022   13:37 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Katanya tiga juta. Sudah lewat dari jatuh tempo. Neil belum bayar juga. Setiap mereka nelphon mau nagih, Neil nggak pernah angkat. Makanya nelpho aku."

"Tiga juta? Buat apaan?" Otakku panas. Darahku mendidih. 

"Biar saja, Grace. Itu urusan Neil. Nggak perlu ikut campur." Ibu yang sedang menemani Eliz, putri kami sekaligus cucunya, ikut berbicara.

"Nggak bisa gitu, Bu. Memang ibu nggak kasian sama Neil? Kerja siang malam dengan gaji UMR saja tidak ada. Masih harus nanggung utang pinjol yang mencekik. Ini pasti gara-gara ulah istrinya. Sok kaya. Hobi belanja mirip sosialita. Gayanya selangit. Padahal hidup saja masih pas-pasan."

"Kasihan sih kasihan. Tapi mau bagaimana lagi? Selama Neil nggak pernah mengeluh sama kita, biarkan saja. Beri dia kesempatan untuk menjadi dewasa. Menyelesaikan masalahnya sendiri."

Braakk..! Jderr..!

Belum sempat aku membantah opini ibu. Terdengar suara pintu dibanding keras dari arah rumah Neil. Aku menahan nafas. Ibu yang sejak tadi menyuapi Eliz berhenti seketika. Mengelus dada. Mas Davin reflek bangkit dari duduknya.

Neil dan Karyl pasti bertengkar lagi. Baru menikah tiga bulan. Tak terhitung berapa kali pertengkaran mereka terdengar sampai rumah kami. Kalau bukan karena permintaan ibu yang meminta kami pura-pura tidak dengar tentang pertengkaran mereka, ingin rasanya aku melabrak saat mereka sedang hebat bertengkar.

Aku menarik nafas panjang. Menahannya sebentar. Lalu menghembuskan pelan. Kesabaranku nyaris habis. Sebagai kakak, jelas aku tidak terima adik laki-lakiku diperlakukan seperti ini. Reflek kakiku melangkah maju. Menuju pintu yang memisahkan rumah kita dengan tempat tinggal Neil.

"Mau kemana, Grace?" 

"Ke tempat Neil. Tuli rasanya kuping ini dengar mereka ribut tiap hari."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun