Peran para dokter sebagai inisiator gerakan kebangsaan berlanjut pada masa perjuangan fisik merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Mahasiswa kedokteran dan para dokter menunjukkan kegigihan mereka dalam mendukung pasukan Republik di berbagai palagan pertempuran sambil tetap melayani masyarakat dan hal ini menimbulkan respek dari para pejuang kemerdekaan.
Prof.  MA. Hanafiah menyebutkan bahwa pada masa pendudukan Jepang terdapat 19 dokter yang gugur di Maluku, Kalimantan, Sumatra dan Jawa, sedang pada masa perang kemerdekaan di seluruh Jawa  terdapat 9 orang dokter sipil yang gugur dan 8 orang dokter militer yang gugur  (Satrio, 1978 : 205-206)<4>.
Memasuki fase konsolidasi pasca ditumpasnya berbagai pemberontakan, pemerintah RI mulai melaksanakan pembangunan di segala bidang termasuk ksehatan.Â
Para dokter tetap loyal melaksanakan kebijakan pemerintah yang mendistribusikan dokter ke seluruh wilayah, khususnya daerah perifer yang terpencil, tertinggal dan terdepan Indonesia untuk mewujudkan pemerataan pelayanan kesehatan.Â
Daerah dengan resiko tinggi adanya penyakit endemis, kecelakaan kerja akibat sulitnya medan tugas dan resiko keamanan separatisme, membuat beberapa dokter berkorban jiwa.Â
Pencapaian hasil pembangunan di seluruh tanah air yang ditandai dengan meningkatnya angka parameter Indeks Pembangunan Manusia (IPM), diantaranya merupakan kontribusi para tenaga kesehatan, termasuk para dokter.
Kini di tengah pandemi Covid-19, negeri kembali meminta para insan kedokteran untuk melakukan bakti profesi dengan penuh dedikasi. Tradisi pejuang yang tidak menyerah dan rela berkorban jiwa dibuktikan kembali dengan gugurnya 130 dokter  dan 92 perawat sampai tanggal 4 Oktober 2020 (www.kompas.com, 4/10/2020)<5>.Â
Hal ini mengingatkan kembali catatan Prof Hanafiah yang menyebut pengorbanan para dokter ini menandai adanya tradisi pejuang yang tak pernah putus sejak jaman pergerakan kebangsaan hingga kini kita mengisi kemerdekaan.
Wasana kata
Sesuai perkembangan lingkungan strategis global, kawasan dan regional, berbagai tatanan nasional serta perkembangan iptek kedokteran/kesehatan, maka Kesehatan TNI harus tanggap terhadap tantangan yang menyertai perkembangan situasi tersebut.Â
Tantangan tersebut bagi Kesehatan TNI terkini meliputi kemampuan terlibat melaksanakan  soft power diplomacy dalam berbagai isu keamanan khususnya bidang  kesehatan, perubahan dan validasi organisasi TNI, tanggap terhadap regulasi nasional kebencanaan dan krisis kesehatan nasional serta pentingnya perwira kesehatan memiliki wawasan interpreneur leader.Â