"Kencan?"
"Kencan itu Cuma buat orang yang belum jadian."
"Ohhh..memang mau kemana?"
"Bukit bintang."
"Ahh udah pernah."
"Kan sama aku belum."
Setelah melalui percakapan panjang lebar tak tentu arah dan penuh teka-teki, akhirnya Rani menyetujui ajakan Wana. Paginya Wana menjemput Rani dirumahnya sesuai waktu yang dijanjikan. Tak kurang dan tak lebih satu menitpun. Jam 06.00 tepat. Usai tiba di sekolah Rani, Wana bilang kalau nanti tak bisa mengantar pulang karena mau ada les tambahan sampai sore. Jadilah Rani harus pulang dengan naik angkutan umum.
Ba'da magrib Wana sudah berdandan rapi, lengkap dengan minyak wangi. Ia memakai pakaian terbaik yang dimilikinya. Sepatu sneakers kw 3, celana levis, kaos oblong converse yang kw 3 juga, dan hoodie Liverpool warna hitam, klub bola kesukaannya. Tak lupa pula vespa tuanya sudah tercuci bersih, mengkilat berwarna hijau.
Wana memang berbeda dengan anak vespa kebanyakan yang tampil dekil. Ia adalah antitesis. Ia tetap berpenampilan rapi. Meskipun tidak sekeren anak sebayanya, ia tetap terlihat selalu pantas dengan apa yang dipakainya.
"Mau kemana cah bagus.?" Sambil mengaduk adonan kue, ibunya bertanya dengan kelembutan. Sepeninggal Ayah Wana, ibunya berjualan kue untuk menambah penghasilan lantaran uang pensiunan yang diterima hanya cukup untuk makan sehari-hari saja.
"Mau ke rumah Rani buk, biasa...malam mingguan..hehehe."