Bukan hanya itu saja. Rani juga sudah terlibat dalam berbagai misi kemanusiaan. Di awal masuk SMA ia sudah ikut relawan untuk gempa bumi di daerah L. Yang paling hangat, dua bulan lalu ia turut serta dalam relawan evakuasi korban letusan Gunung Sinabung di Sumatera. Khusus untuk kejadian di Sinabung, Wana sempat khawatir dan cemas. Pasalnya gunung berapi itu terus aktif mengeluarkan awan panas dan material selama berhari-hari. Untungnya Rani bisa menyelesaikan misi itu dan pulang dengan selamat.
Wana tak kalah aktif di sekolahnya. Ia adalah seorang wakil ketua OSIS. Bedanya ia tak terlalu suka kegiatan yang berhubungan dengan alam. Ia murni seorang organisator, konseptor kegiatan. Kebanyakan aktifitasnya adalah merancang kegiatan. Ia bercita-cita masuk kuliah, mengambil jurusan jurnalistik, dan akan mengisi waktunya di kuliah nanti dengan aktifitas sebagai badan eksekutif mahasiswa. Sayangnya ibunya kurang setuju. Ibunya lebih menginginkan Wana masuk tentara, meneruskan sang ayah yang telah tiada.
"Masih marah?" Terlihat pesan singkat Wana masuk.
"Sedikit." Jawab Rani singkat.
"Kok Cuma sedikit?"
"Kalau banyak, pesanmu akan kuabaikan, tak akan kubalas."
"Hahahaha. Oke aku kalah dan salah. Tadi sebenernya mau ngabarin, tapi hpku lowbat. Mau ngecash kebetulan mati listrik, udah gitu temenku gak ada yang bawa power bank."
"Hhh...alasan klasik."
"Yeee....bukan alesan. Tapi memang seperti itu faktanya. Besok malam minggu, ada rencana mau kemana?"
"Sementara belum, kenapa?"
"Aku mau ngajak jalan."