Bahkan hari demi hari, sekolah berakhir, kumis dan janggutku tumbuh, kau tetap tak ada.Â
Aku jadi teringat suatu hari kau pernah berkata, "Bagaimana jika suatu hari nanti kita tinggal di sebuah tempat yang tak ada dalam peta dunia?"
/6/
"Maaf?"
"Boleh aku jelaskan?"
"Buat apa? Setelah sekian lama?"
Aku terdiam membayangkan lima tahun yang terlewat tanpa kabar dari dia. Bahkan setelah dia tidak masuk sekolah lagi, aku tidak mau ambil pusing apakah keluarganya menemukannya atau tidak. Aku tidak mau lagi diikutsertakan dalam keabsurdan ini.
"Yan, izinkan aku cerita. Aku kangen."
Kangen? Jenis perasaan apa pula itu?
"Kamu boleh tidak merespons. Tapi tolong simak aku."
Ke mana kamu waktu tangisku ingin disimak? Hari ketika kau menghilang, hujan turun, seakan-akan langit menurunkannya untuk menyamarkan air mataku. Minggu yang benar-benar kelabu. Musikku menjadi tunggal. Tapi bukan tentang kamu. Gloomy Sunday merasuk ke sukma. Kueja lirik demi liriknya sambil menunggumu. Tapi tak ada jua ada kabar darimu.
Minggu yang muram, waktuku tiada lelap
Sayang, bayang-bayang yang hidup bersamaku tiada terhitung