"Amanat Penderitaan Rakyat. Kamu lupa pelajaran soal itu?"
Hari-hariku terasa semakin seru. Berdialog denganmu membuatku mengenali dunia baru. Aku tidak pernah mengenal seseorang sepertimu, dengan pengetahuan dan perhatian terhadap hal-hal yang unik.Â
Kau pun mulai sering bercerita tentang keluargamu. Adikmu. Kebanyakan sepupumu. Dan entah kenapa mereka pun sering mengirim pesan kepadaku. Mungkin benar kalau kita mencintai seseorang, kita bukan hanya harus mencintai dirinya, melainkan juga seluruh hal yang ada di belakangnya.Â
Hanya saja, ketika akhirnya kau mau kuantar pulang, kau memintaku menurunkanmu di sebuah simpang. Aku tidak boleh benar-benar sampai halaman rumahmu.
"Kenapa?" tanyaku.
"Perjalanan kita masih teramat panjang," jawabmu.
/5/
Lalu tiba-tiba kau menghilang. Aku tidak bisa menghubungi ponselmu sama sekali.
Malah orang tuamu yang datang ke sekolah, mencariku, bertanya apakah aku menyembunyikanmu. Ya, aku menyembunyikanmu di dalam hatiku.Â
Setelah itu, aku baru tahu bahwa sebagian besar ceritamu adalah imajinasi. Kau anak tunggal. Ayahmu anak tunggal. Ibumu juga anak tunggal. Karena itu mana mungkin kau punya adik, apalagi sepupu.
Hari itu, 9 Maret, kau menghilang dari hidupku. Musikku yang tersisa, kini telah tak ada.