"Lazuardi.  Kau kini memang telah menjadi laki-laki yang tidak pantas untukku.  Karena aku telah hina, mempermainkan perasaanmu. Kini aku yang  dipermainkan perasaanku sendiri. Apa ini sebuah karma, Fatih?"
"Aku tidak tahu."
"Apakah cahaya tetaplah cahaya jika aku tak lagi melihatmu?"
"Shakespeare. Kau masih menyukainya?"
"Mungkin  karena itu pula, kisah Romeo dan Juliet berulang pada hidupku, Fatih.  Sayangnya, hanya aku yang akan menembakkan pistol di kening. Tak ada  laki-laki yang benar-benar bersedia untuk terjun ke dalam api."
Bila saja dulu kau tak meninggalkanku, Lale, aku pasti bersedia terjun bersamamu....
"Aku punya satu permintaan, Fatih."
"Katakanlah..."
"Maukah kau menemaniku ke Malimbu akhir pekan ini?"
Dan  bakda subuh, aku menjemputmu di tugu kota Selong. Kita menempuh  perjalanan dari Timur ke Barat, seperti dua orang biksu dalam hikayat.  Di atas motor, kau menggenggam jaketku, memeluk tubuhku. Maafkan aku  yang masih menikmati pelukanmu ini. "Fatih, satu lebah ditambah satu  lebah apa hasilnya?" Pertanyaanmu aneh.
"Tentu dua lebah."