“Aku lihat kalian sering jalan bareng akhir-akhir ini. Udah gak betah jadi jomblo ya?” Tanya Sinta lagi. Dia memang suka menggoda Stefa dan menjodohkannya dengan Eza, karena saat itu wajah Stefa memerah. Dan ia punya firasat bahwa Stefa menyukai Eza. Karena sepanjang hari Stefa selalu membicarakan Eza.
“Kan emang kita udah partner kerja. Jadi wajar dong.” bantah Stefa lagi. Tapi tak dapat dipungkiri bahwa ia memang menyukai kehadiran Eza didekatnya. Karena sejak dulu sampai dia umur 16 tahun, Stefa tidak pernah merasakan pacaran seperti teman-temannya yang bahkan sudah ada yang memiliki mantan pacar lebih dari lima.
“Halah. Wajahmu merah tuh. Aku sahabat baikmu lho. Jadi aku tau persis gimana kamu.” Desak Sinta.
Stefa hanya diam. Melihat reaksi sahabatnya itu,Sinta berhenti menggodanya dan meneruskan pekerjaannya. Mengerjakan tugas.
Lima belas menit kemudian. Guru bahasa Inggris mereka datang. Pelajaran yang paling disukai Stefa.
***
“Fa, aku mau ngomong.” tiba-tiba Eza menepuk bahu Stefa.
“Eh, mau ngomong apa?” tanya Stefa kaget.
“Tapi aku mau ajak kamu jalan sekalian. Berdua.” jawab Eza.
“Hah… Berdua…?” Tanya Stefa sambil membentuk jari telunjuk dan tengahnya seperti huruf V. Iyalah dia kaget. Setiap mereka jalan selalu rame-rame. 'Is this,date…?' pikir Stefa dalam hati. 'Gila. kalo ada yang tau aku jalan berdua sama sohib ku sendiri. Bisa brabe urusan. Anak-anak pasti mikir aneh-aneh.'
“Heloo… Kok ngelamun…? Kaget? Aku cuma pengen ngomong sama kamu face to face. Aku gak akan aneh-aneh ato yang ada dalam pikiran kamu. Dan aku janji. Temen-temenmu gak akan ada yang tau.” jawab Eza menepis keragu-raguan Stefa seolah bisa membaca pikiran Stefa.