Wira         :"Cincin kita mana?"
Puteri Binar   :"Haah, iya. Kemana ya?"
      "Haaaaaah," suara mereka keras tersedot dan kembali ke tempat semula. Di sana sudah berkumpul banyak orang. "Tuan puteri, ini ada hubungannya dengan lelaki yang melakukan penduplikatan cincin  seperti milik kalian," kata pengawal pangeran Aliuddin.
      Binar dan Wira serentak, "Kami tidak tahu. Kami hanya berada di tempat yang gelap." Binar melanjutkan, "Lalu kami berdoa tiada henti dan cahaya terang datang." Anak-anak bersorak dan pangeran Aliuddin senyum simpul. Pangeran geleng-geleng melihat kekompakkan kakak dan calon iparnya itu. Seperti sudah dibuat skenario. "Untung kita selamat, jika tidak kita tidak bisa menjumpai orang tuamu. Padahal aku ingin sekali berjumpa dengan orang tuamu," lanjut puteri cemas. "Untung kita selamat, sudah tidak usah sedih lagi, kan sekarang rencana kita akan terwujud. Insya Allah," balas sang kekasih pula.
""""
      Maka, tak lama setelah pertemuan Wira dan Binar, diadakanlah acara pernikahan puteri angkat raja, yang dipersunting oleh prajurit yang tangguh. Putri dan Wira senang sekali. Mereka berharap kehidupannya akan terasa indah.
      Namun, dibalik pernikahan mereka sang pangeran jahat tidak mau tinggal diam. Di hari pernikahannya, tiba-tiba putri diculik. Wira segera mengejar mempelai wanitanya. Di rumah putri tempat pesta berlangsung terjadi pertempuran. Putri dibawa lari. Putri gelisah sekali. Putri sepanjang jalan berdoa terus. Terdengarlah suara pedang beradu. Mereka sangat bersemangat. Apalagi melihat putri yang begitu cantik dengan baju pengantinnya. Mereka berharap pangeran merekalah yang akan meikah.
      "Peraturan keras adalah tidak boleh merebut istri orang," kata Wira geram. "Itu urusanku, bukan urusanmu," jawab pangeran jahat tak tahu malu. "Ini akan menjadi urusanku, karena kau menganggu urusan pribadiku," balas Wira tak sabar lagi.
      "Sudah-sudah ini masalah tidak layak menggunakan kekerasan," kata pangeran Aliuddin bijak. "Ini masalah hati. Biar hati memilih. Cinta yang dipaksakan tidak ada gunanya," lanjut pangeran baik lagi.
      "Pangeran pasti kau menemukan pengantiku. Allah sudah menyiapkan yang terbaik. Percayalah," sambung putri bijak tak mau kalah. Pangeran Zakaria tertunduk dan beberapa menit kemudian melepaskan putri. "Baik putri, aku akan menurutimu, tetapi aku akan tetap mengingatmu sebagai teman."
      Namun, belum sempat putri mendekati sang suami. Pangeran berkata, "Awas kakak." Rajawali rupanya mendekati putri. Rajawali pula yang sekarang membawa terbang putri. Pangeran Zakaria menyesal sekali dan meminta maaf kepada Wira, "Maafkan aku teman."