"Git, sudah balik?" tanyaku.
Mungkin bagi mereka yang mendengar pertanyaanku sedikit bingung. Balik dari mana?
"Sudah," jawab Sigit. Kali ini suaranya sudah seperti Sigit yang kukenal.
"Syukurlah. Ya wis, ayo pulang ke kontrakan. Kuat berdiri apa enggak?"
Tanpa berkata apa-apa, Sigit mengangguk, lalu perlahan berdiri. Tubuhnya agak sempoyongan saat berjalan menuju anak tangga.
Ketika melewati Iwan, kukatakan kepadanya Sigit hendak kubawa pulang ke rumah.
"Terima kasih, Mam," kata Iwan.
"Iya Wan. Nanti aku bantu menjelaskan ke Pak Har masalah insiden hari ini," kataku mencoba menenangkan Iwan. Sebagai ketua panitia Ospek, aku mengerti bagaimana posisi Iwan dan kebingungannya kalau Pak Har, Dekan kami meminta pertanggung jawaban.
Menggunakan sepeda motor Heru, kubonceng Sigit menuju rumah kontrakan. Sesampai di rumah, kuminta Sigit mandi, sementara aku menyiapkan minuman hangat untuk dirinya.
"Ada yang menyerangku, Mam," kata Sigit saat kami sudah duduk santai di ruang tamu.
"Menyerang bagaimana?"