Aproval kecintaan rakyat kepada Jokowi akan tambah tergerus dengan kekeliruan pembantunya, seperti menyebut para Guru Besar sebagai partisan dan sesat.
Di masa Orde Baru, hal itu terlihat kala akademisi menyampaikan keresahan mereka atas krisis politik di pemerintahan Suharto dan kemudian membuat mahasiswa dan buruh turun ke jalan berhasil menggulingkan pak Harto.
Jokowi secara resmi akan selesai pada 20 Oktober 2024. Apakah Jokowi bisa jatuh? Kini peluangnya sixty-fourty.
Jangan anggap remeh peran asing dengan cawe-cawenya. Kalau doktrin Rumsfeld di-approve, kita akan lihat hasil pengondisian mereka.
Bagaimana peluang Prabowo-Gibran? Bila Jokowi jatuh, mereka kemungkinan akan kalah diputaran dua. Kini di era transparansi, bila hasil Pilpres putaran pertama dimainkan di KPU maka dipastikan akan bocor dan Indonesia akan "GEGER".
Aparat keamanan akan sulit dan tidak mampu mengatasi bila terjadi chaos, korban akan berjatuhan.
Nah, demikian analisis pertaruhan seorang Jokowi, dari perspektif intelijen. Saran penulis, untuk adviser intelijen di belakangnya, bila asing mereka jelas tidak memikirkan Indonesia, pecahpun tidak peduli, dan bila lokal, sekaligus menyarankan pak Jokowi, penulis sarankan sikon kritis, mohon 'cooling down', jangan teruskan.
Kerusakan persatuan sebuah bangsa dibayarnya akan mahal dan butuh waktu lama. Sejarah menulis Bung Karno dan Pak Harto setelah jatuh menjalani hari-hari yang nenyakitkan.
Sebagai penutup artikel, kita sama-sama faham yang berbahaya selain lawan lokal, ada asing yang juga bermain, tolong baca beberapa artikel penulis beberapa waktu terakhir yang mengingatkan pak Jokowi.
Semoga bermanfaat. Pray Old Soldier...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H