Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pertaruhan Seorang Jokowi dan Teori Sun Tzu

5 Februari 2024   13:42 Diperbarui: 6 Februari 2024   07:11 2418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Presiden Joko Widodo menyapa wartawan. (Foto: KOMPAS/HARIS FIRDAUS)

Penulis menilai ini titik simpangnya. Saat ini Jokowi disadari atau tidak dijadikan semakin dijadikan musuh bersama. Ini berimbas kepada Prabowo sebagai handler juga jadi musuh bersama dua paslon lainnya, jelas terlihat saat debat.

Dari sejarah perspektif intelijen, operasi cipta kondisi pernah dilakukan pada tahun 1964, yang mana kompartmentasi dilakukan oleh DN Aidit, sehingga Bung Karno terkucilkan.

Saat penulis sekolah intelijen penggalangan (conditioning), dalam diskusi disimpulkan apabila PKI tidak tergelincir/digelincirkan dari insurgency ke coup de'tat pada peristiwa G30S/1965, maka Indonesia pada tahun 1968 akan menjadi negara Komunis.

Titik rawan coup (pembunuhan jenderal) oleh PKI dan simpatisan di eksploitir oleh CIA dan PKI yang memiliki 60 juta kader dan simpatisan jadi musuh bersama rakyat, hancur berantakan dilibas.

Saat ini mungkin dengan perhitungan publik mendukungnya (aproval 80 persen), Jokowi mengambil pertaruhan resiko solo karir dalam cipkon. Taktik dan Strategi Jokowi lemah karena tanpa 'cut out', dia menjadi prominent target, kurang memperhitungkan pendukungnya yang bisa diubah oleh intelijen lawan.

Jokowi tidak punya partai, Gerindra adalah parpol milik handler-nya dan beberapa parpol di Indonesia maju yang dinilai pragmatis juga hanya mau memanfaatkan taktik dan strategi Jokowi, mengharapkan Prabowo menjadi presiden.

Titik Balik Kondisi

Setelah kita bahas kekuatan, kemampuan dan kerawanan Presiden Jokowi, kini mulai nampak titik balik kondisi. Secara teori operasi penggalangan tidak boleh dilakukan terus menerus, karena akan memukul balik pembuat.

Nah, menuju 14 Februari 2024, Jokowi masih aktif dan terus melakukan cipta kondisi, dengan bansos dan kampanye ke daerah. Jokowi mengeluarkan narasi presiden berhak kampanye dengan dalih keabsahan konstitusi tanpa mempertimbangkan apakah tindakannya etis atau tidak.

Padahal manuver seperti itu dinilai para pro demokrasi sama artinya merusak prinsip dan nilai-nilai demokrasi. Bahkan bisa disebut pelanggaran etika yang luar biasa.

Jokowi dan inner circle kurang membaca situasi yang berlaku. Kini selain serangan sektoral medsos yang kurang gregetnya, muncul serangan yang bisa menjadi bola salju dari para guru besar perguruan tinggi ternama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun