Mohon tunggu...
Pradnya Alifiyanti
Pradnya Alifiyanti Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hai, saya Pradnya. Saya merupakan seorang pelajar SMA, yang kalau sedih tiba-tiba bikin cerita sedih xixixixi....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pelitaku

20 November 2024   15:31 Diperbarui: 20 November 2024   15:45 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

              "Bu.. Yah.. Kenapa kalian meninggalkan Fya sendiri di dunia yang jahat ini..."

  Menjadi wanita karir bukanlah hal yang gampang. Tak semudah ucapan dan harapan. Kita bisa berharap namun untuk mendapatkan gelarnya membutuhkan usaha yang sangat menantang. Tak lupa dengan caci maki orang-orang sekitar yang terkadang membuat pikiran kita menjadi down.

  Alifya Putri Maheswari. Seorang gadis berumur 18 tahun yang terlahir dari pasangan suami istri, Dwi Ratnawati dan Doni Haryanto. Gadis yang selalu bersemangat untuk mengejar mimpi-mimpinya. Lahir dari keluarga menengah ke atas dan menjadi anak tunggal mungkin adalah impian sebagian orang. Namun dia tidak mungkin bisa mengubah takdir itu, jikalau bisa itu adalah kehendak Tuhan.

  Acara pelepasan siswa-siswi kelas XII telah selesai. Fya pulang ke rumah dengan wajah ditekuk. Ia kemudian menunggu orang tuanya di ruang tamu untuk membicarakan sesuatu yang penting. 

  "Bu... Yah... kalau Fya mau ngerantau boleh gak? Fya ingin jadi anak yang mandiri."

  "Boleh-boleh saja, tapi kalau kamu butuh apa-apa bilang ke Ayah sama Ibu, ya? dan untuk tempat tinggal kamu dan tempat rantau kamu biar ayah sama ibu yang pilihin."

  "Dan ibu sama ayah juga nanti bakal cariin kamu pekerjaan atau tempat kuliah serta kapan kamu berangkat kesana oke?."

  "Oke! Fya setuju sama kesepakatan ini."

  Saat makan malam, Fya membantu ibunya untuk menata makanan di meja. Dengan sedikit gurau canda, walaupun Fya kadang tidak nyambung dengan jokes yang diucapkan oleh ibunya.

  "Oh iya aku jadi merantau ke mana? dan kapan aku berangkat kesananya?"

  "Sabar, nanti ayah akan beritahu kamu setelah makan malam."  

  "Jadi Fya merantau dimana, Yah... Bu...?"

  "Kamu merantau di Jawa, ya? nanti kuliah sama kerjanya dekat sama tempat tinggal kamu dan kalau kamu mau berangkat besok ayah sama ibu bolehin kok."

  "Yeay, oke Fya setuju." 

  Keesokan harinya, Fya bersiap untuk berangkat menuju Pulau Jawa. Fya berusaha untuk tidak menampilkan kesedihannya, karena itu dapat membuat keinginannya untuk merantau ini menjadi gagal. Sesuai pesan orang tuanya, bahwa untuk kuliahnya akan dibiayai oleh orang tuanya. Sementara untuk kebutuhan sehari-hari, dia harus menggunakan uang hasil dari kerjanya.

  Fya mulai bekerja di sebuah toko roti yang sangat besar di kota tersebut. Kuliah di Universitas Negeri yang sangat terkenal dan menjadi karyawan di salah satu toko kue yang sangat besar di kota tersebut, menjadikan Fya pribadi yang kuat tahan banting. Bagaimana tidak, Fya harus kuat untuk membagi badan, waktu dan juga energinya.

  Selama Fya bekerja di Toko tersebut, Fya juga membangun toko sendiri. Belum satu bulan setelah Fya membangun toko sendiri, dia resign dari toko kue itu. Toko kue itu hasil dari jerih payahnya dan juga dorongan dari bosnya. Setelah membangun tokonya, Fya juga diperbolehkan untuk mengikuti resep dari bosnya. Sehingga Fya sangat berhutang Budi dengan bosnya.

  Semakin lama toko kuenya memiliki banyak cabang hingga ke luar kota. Dia tidak mengelolanya langsung, namun yang mengelola adalah asisten dari mantan bosnya dulu. Mengingat bahwa Fya masih menjadi mahasiswa, sehingga Fya kadang juga sedikit bingung untuk membagi waktu. Jadi tokonya masih mempunyai hubungan erat dengan toko mantan bosnya. Sampai-sampai tokonya menjadi lebih besar dari toko kue bosnya.

  Kurang 2 tahun lagi Fya akan melaksanakan wisudanya. Ini adalah awal Fya putus hubungan dengan orang tuanya. Fya tidak tahu jelas apa yang terjadi pada orang tuanya. Dan sejak saat itu Fya merasakan degup jantungnya yang sangat cepat disaat malam hari. Fya merasa gusar, khawatir dan ingin segera pulang bertemu dengan orang tuanya. 

  Setiap kali teman-temannya membahas mengenai orang tua atau pulang ke rumah asal mereka. Fya merasa sedih dan tidak bersemangat, mengingat terakhir ia meminta izin untuk pulang namun tidak diperbolehkan oleh orang tuanya. Selama 4 tahun Fya tidak pulang kerumah aslinya, berbagai alasan selalu diberikan oleh orang tuanya yang menjadikan Fya tidak jadi untuk pulang.

  Hingga pada saat kelulusan, keluarganya tidak ada yang datang sama sekali. Bahkan Mbak Ati, art yang bekerja di rumahnya pun tidak bisa dihubungi. Dia pulang ke kostnya dan menyiapkan semua yang dibutuhkan untuk pulang ke rumah asalnya. Dia berlari keluar dari gang kostnya, memberhentikan taxi yang melintas dan masuk kedalam taxi.

  "Ke bandara ya, Pak." 

  "Iya, Neng."

  Fya menitipkan induk tokonya asisten pribadinya. Fya tidak lagi bergantung kepada mantan bosnya, mengingat bahwa mantan bosnya sudah mulai memasuki usia tua. Walaupun mantan bosnya selalu membuka lebar pintu pertolongan untuk Fya, jika Fya mengalami kerugian atau kegagalan yang lainnya.

  Di dalam pesawat Fya sangat berharap, semoga saja orang tuanya masih baik-baik saja dan menyambutnya dengan bahagia. Rasa rindu menjalar di hatinya, Fya menangis bingung dengan apa yang dia rasakan. Ada perasaan khawatir bila terjadi sesuatu dan juga senang karena orang tuanya pasti akan bangga dengan pencapaiannya saat ini. 

  Sesampainya di kota kelahirannya, Fya sangat tidak kuat untuk menahan rasa rindunya. Fya membeli sebuah mobil yang ada di toko mobil dekat bandara tersebut. Setelah melihat semua mobil yang ada, dia membayar satu mobil yang sangat menarik perhatiannya. Mobil yang mirip dengan mobil milik keluarganya, yang sering digunakan untuk berlibur bersama.

  Tak lama kemudian, ada seorang lelaki tampan dan bertubuh gagah mendatangi Fya.

  "Permisi nona, apa benar ini dengan nona Alifya Putri Maheswari?" 

  "Iya saya sendiri, anda siapa?" 

  "Saya Nafi Al Hazaer, asisten baru anda yang dikirimkan oleh asisten pribadi anda, dan saya juga pegawai di toko anda, anda bisa memanggil saya Al" 

  "Oke Al, tolong bantu saya untuk menyetir mobil ini dan ke rumah keluarga saya" 

  "Baik nona" 

  Selama perjalanan Fya banyak menceritakan tentang keluarganya. Mulai dari dia yang meminta izin untuk merantau hingga dia bisa membangun toko kue yang besar dan memiliki banyak cabang. Sampai-sampai Al sangat salut dengan pencapaian bosnya itu. Dan Fya sangat bangga dengan dirinya sendiri, dia menjadi tidak sabar untuk menceritakannya kepada orang tuanya.

  Tiba-tiba mobil berhenti mendadak, membuat Fya menoleh kepada asisten pribadinya.

  "Ada apa Al?" 

  "Itu non, sepertinya di depan ada orang kecelakaan"

  "Saya mau keluar dulu Al, saya mau lihat korban kecelakaannya" 

  "Tapi non-" Belum selesai dia berbicara, pintu mobil sudah ditutup oleh Bosnya dengan keras.

  Fya berlari dan menerobos masuk di kerumunan orang yang sedang bergerombol melihat korban kecelakaan. Dan saat Fya berada di depan korban, Fya melihat 2 orang gelandangan dengan baju lusuh dan darah mengalir dari kepada serta perutnya. Fya merasa sangat lemas. Bagaikan tersambar petir di siang hari, Fya tidak bisa berkata apapun. Fya ingin pingsan pada saat itu.

  Hingga asistennya mengucapkan kalimat yang membuat kesadarannya kembali.

  "Non kenapa?" 

  "Itu orang tua saya Al, orang yang saya rindukan selama ini" 

  "Non, anda tenang dulu"

  "Bagaimana saya bisa tenang, jika orang tua saya merasakan kesakitan yang luar biasa Nafi Al Hazaer!" 

  "Sekarang kamu bawa semua korban kecelakaan ini ke rumah sakit terdekat! Cepat!" 

Sesampainya di rumah sakit, Fya bertanya kepada resepsionis dan segera menuju IGD sesuai petunjuk resepsionis. Namun saat berada di luar IGD, dia bertemu dengan asistennya.

  "Al, orang tua saya tidak apa-apa kan?" 

  Kemudian dia melihat perawat yang mendorong 2 brankar dengan pasien yang sudah ditutupi oleh kain.

  "Al saya bertanya kepada kamu!"

  "Mohon maaf non, tuhan lebih sayang kepada orang tua nona Fya, yang sabar ya non dan ikhlaskan orang tua anda agar pergi dengan tenang" 

  

  Tanpa menjawab apapun Fya berlari mengejar brankar yang didorong oleh perawat. Dia membuka kain yang menutupi kepala pasien tersebut. Dan benar, itu adalah ayah dan ibunya. Tangis Fya kembali pecah.

  "Ayah sama ibu ga kangen sama Fya? Fya udah pulang, Fya udah punya karir yang bagus" 

  "Non ikhlaskan kepergian mereka non" 

  "Kamu gak akan bisa merasakan apa yang saya rasakan Nafi Al Hazaer! Saya sudah berusaha untuk mendapatkan gelar sarjana dengan IPK tertinggi dan sekarang saya juga mempunyai karir yang sangat besar-"  

  "Namun saat saya pulang, orang tua saya meninggalkan saya sendiri di dunia yang keras ini" 

  "Sudah non, orang tua anda harus segera dimakamkan, anda harus mengikhlaskan kepergian mereka" 

  Setelah pemakaman kedua orang tuanya, Fya berniat untuk mencari tahu tentang apa saja yang telah terjadi setelah dia pergi merantau di pulau Jawa.

  "Al, tolong bantu saya untuk mencari tahu tentang orang tua saya, selama saya tidak berada di kota ini" perintah Fya.

  "Baik non" 

  "Sekarang kita ke rumah keluarga saya, saya ingin melihat bagaimana keadaan rumah keluarga saya yang sekarang" 

  "Baik non"

  Sesampainya di depan rumah keluarganya, Fya tidak turun dari mobilnya. Dia hanya melihat dari luar saja, dia melihat bahwa rumahnya sekarang sudah tidak terawat. Banyak rumput liar yang tumbuh di halaman rumahnya dan juga atap rumahnya yang seperti akan roboh. Melihat itu hati Fya menjadi sangat sedih, mengingat semua kenangan yang ada di rumah itu.

  Fya menyuruh Al untuk menuju rumah Mbak Ati, yang berada tidak jauh dari rumahnya

  "Assalamualaikum Mbak Ati..."

  "Wa'alaikumussalam.. Loh non Fya, non udah pulang? Mbak minta maaf ya non" 

  "Kenapa Mbak Ati minta maaf? memangnya selama ini ada apa Mbak? ibu sama ayah masih hidup kan? atau sudah meninggal? atau gimana mbak?..." 

  "Jadi gini non, setelah non Fya pergi merantau perusahaan Tuan mengalami bangkrut, dan pada saat itu Tuan sama Nyonya sudah tau kalau non Fya sudah punya toko sendiri. Tuan sama Nyonya bangga sama non Fya, sampai akhirnya rumah keluarga non Fya disita oleh bank, dan Tuan sama Nyonya memilih untuk menjadi pengemis" 

  "Mbak Ati...." 

  "Yang sabar ya non, kalau non Fya gak mau dengerin lagi, Mbak Ati akan simpen ceritanya Tuan sama Nyonya"

  "Lanjut Mbak, saya pengen tau"

  "Selama Tuan dan Nyonya menjadi pengemis, mereka selalu dijebak non. Tuan sama Nyonya juga pernah di sekap dan Nyonya saat itu hendak dibunuh oleh orang-orang yang menyekap Tuan dan Nyonya. Kemudian kemarin Nyonya datang kesini untuk menitipkan surat ini" 

  Fya membuka surat itu dan membacanya. Fya seketika menangis sejadi-jadinya. Rasa menyesal memenuhi hati dan benaknya. Surat itu berisi tentang kata-kata yang seolah akan terjadi perpisahan antara dirinya dan orang tuanya. Namun itu bukan hanya sekedar surat, tapi kejadian itu nyata. Orang tuanya telah meninggalkannya beberapa jam yang lalu.

  Fya merasa putus asa dengan semuanya. Fya berlari hingga berada di dekat sungai yang airnya mengalir sangat deras.

  "Bu... Yah... Kenapa kalian meninggalkan Fya sendiri di dunia yang keras ini?, kenapa kalian tega sama Fya, Fya pengen nyusul kalian, Fya sekarang mau bunuh diri aja" 

Dan kemudian Fya melompat ke dalam sungai. Mbak Ati dan Al yang mengejar Fya tak bisa menghentikan tindakan Fya. Sebab saat mereka sampai di dekat sungai, sudah terlihat dara

h yang mengalir bersama air sungai. Mereka menduga bahwa itu adalah jasad Fya dan mereka berdoa agar Fya tenang disisi Tuhan Yang Maha Esa.

-TAMAT-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun