Rani menelan ludah. "Iya, Yah. Aku dekat sama dia."
Pak Rustam meletakkan sendoknya dengan pelan. "Kamu tahu orangnya seperti apa?"
"Insyaallah, baik, Yah. Dia juga kerja di kantor yang jelas," jawab Rani berusaha meyakinkan. Suasana makan malam itu agak tegang tapi akhirnya Pak Rustam mengangguk kecil. "Baik. Suruh dia datang. Ayah mau lihat seperti apa laki-laki itu."
Ardi datang tepat waktu, mengenakan kemeja rapi dengan senyum ramah yang menenangkan. Ia membawa buah tangan sederhana untuk keluarga Rani. Rani memperkenalkannya satu per satu. Ardi bersikap sopan dan berbicara dengan santun terutama kepada Pak Rustam yang tampak serius sepanjang percakapan.
Setelah beberapa jam, suasana mulai mencair. Pak Rustam akhirnya bertanya, "Jadi, apa niatmu dekat dengan anak saya?" Ardi menatap Pak Rustam dengan mantap. "Pak, saya serius dengan Rani. Kalau diizinkan, saya ingin melangkah lebih jauh, membangun masa depan bersama."
Jawaban itu membuat Rani nyaris menahan napas. Pak Rustam terdiam sejenak, lalu akhirnya tersenyum tipis. "Bagus kalau begitu. Tapi buktikan dulu keseriusanmu. Jangan hanya sekadar janji."
"Iya, Pak. Saya akan buktikan," jawab Ardi tegas. Setelah Ardi pulang, Rani mendekati Ayahnya dengan wajah penuh harap. "Gimana menurut Ayah?" tanya Rani pelan.
Pak Rustam menatapnya dan berkata, "Dia laki-laki yang tahu sopan santun. Ayah belum sepenuhnya percaya tapi kalau kamu bahagia, Ayah akan beri dia kesempatan."
Rani tersenyum lega dan matanya berbinar. Baginya, ini awal yang baik. Ardi adalah cinta yang datang lewat DM, namun kini ia berhasil menyentuh kehidupan nyata bahkan mendapat tempat di keluarganya.
Dalam hati, Rani berbisik, "Cinta memang bisa datang dari mana saja, bahkan dari layar kecil di genggaman. Tapi ketika kita yakin dan tulus, cinta itu akan menemukan jalannya."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H