Di balik senyum bahagianya, ada satu hal yang selalu membuat Rani gelisah tentang keluarganya. Rani berasal dari keluarga yang cukup konservatif. Ayahnya, Pak Rustam adalah seorang pensiunan guru SMP yang dikenal tegas dan disiplin. Ibunya, Bu Sri seorang ibu rumah tangga yang lembut namun penuh kekhawatiran terhadap anak-anaknya. Rani adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya, Rahmat sudah menikah dan tinggal di luar kota, sementara adiknya, Sari masih kuliah semester akhir.
Suatu malam, ketika Rani sedang sibuk bercakap dengan Ardi lewat telepon, Bu Sri mengetuk pintu kamarnya.
"Rani, Ibu mau bicara sebentar," ucap Bu Sri sambil melongokkan kepala ke dalam kamar. Rani buru-buru menutup panggilan. "Iya, Bu. Ada apa?" tanyanya sambil menyimpan ponsel di atas meja.
Bu Sri duduk di tepi tempat tidur. "Akhir-akhir ini kamu sering senyum-senyum sendiri sambil pegang HP. Kamu lagi dekat sama seseorang, ya?"
Rani terdiam. Ia tak tahu harus menjawab apa. Bu Sri adalah sosok ibu yang penuh perhatian tapi ia juga cenderung khawatir jika anak perempuannya terlalu cepat percaya pada orang lain apalagi yang dikenal lewat media sosial.
"Bukan apa-apa, Bu. Cuma teman," jawab Rani pelan, berusaha menghindari tatapan ibunya. "Teman atau lebih dari itu?" Bu Sri bertanya lagi. Rani akhirnya menghela napas panjang. "Namanya Ardi, Bu. Kami kenal lewat Instagram, tapi dia baik. Kami sudah pernah ketemu juga di Jogja."
Mata Bu Sri sedikit membulat. "Kenal di Instagram? Rani, kamu yakin orang itu baik? Kamu tahu latar belakangnya?" Rani mengangguk cepat. "Dia pekerja kantoran, Bu. Ardi itu orangnya sopan, bertanggung jawab, dan punya hobi fotografi. Ibu nggak perlu khawatir."
"Kalau gitu, kapan kenalkan dia ke Ibu dan Ayah? Kalau serius, kenapa harus sembunyi-sembunyi?" suara Bu Sri terdengar lembut namun penuh arti. Rani terdiam lagi. Membayangkan mempertemukan Ardi dengan keluarganya bukanlah hal yang mudah. Ayahnya dikenal kaku terhadap laki-laki yang mendekati anak-anak perempuannya. Tapi jika memang Ardi serius, Rani tahu cepat atau lambat hal ini harus dilakukan. "Baik, Bu. Kalau ada kesempatan, aku akan kenalkan Ardi ke Ayah dan Ibu."
Bu Sri tersenyum tipis dan menepuk bahu Rani. "Ibu cuma mau yang terbaik untuk kamu, Nak."
       Beberapa minggu kemudian, Ardi mengirim pesan pada Rani. "Ran, akhir bulan ini aku ke kotamu. Aku ingin ketemu sama orang tuamu. Gimana?" Mata Rani berbinar sekaligus gugup. Ia tidak menyangka Ardi akan seberani itu. Setelah meyakinkan dirinya, Rani pun menyampaikan rencana itu pada orang tuanya.
"Ibu, Ayah, minggu depan ada teman Rani yang mau datang ke rumah. Namanya Ardi. Dia ingin kenalan sama keluarga," ucap Rani saat makan malam. Pak Rustam yang sejak tadi tenang, langsung mengangkat wajahnya. "Teman? Maksud kamu pacar?"