Mohon tunggu...
Ponco Wulan
Ponco Wulan Mohon Tunggu... Guru - Pontjowulan Samarinda

Pontjowulan Kota Samarinda Kalimantan Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Berawal dari DM

19 Desember 2024   12:33 Diperbarui: 19 Desember 2024   12:33 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam itu percakapan berakhir menjelang dini hari. Rani tertidur dengan senyum kecil di wajahnya. Entah kenapa kata-kata Ardi terasa hangat dan menenangkan, sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan.

Hari-hari berikutnya, percakapan di DM itu semakin rutin. Ardi selalu punya cara untuk membuat Rani tersenyum, entah lewat cerita lucu atau sudut pandangnya yang unik tentang berbagai hal.

"Rani, sudah malam. Kamu belum tidur?" suara Wiwin, teman sekamarnya, terdengar lembut dari balik pintu. Rani bergegas menyembunyikan layar ponsel di bawah bantal. "Belum, Win. Masih baca tugas."

Wiwin masuk sambil membawa segelas susu hangat. "Ini buat kamu. Besok kita ada rapat organisasi, kan? Jangan sampai kamu kesiangan." Rani tersenyum kecil, menerima gelas itu. "Makasih, Win. Kamu memang paling perhatian."

Wiwin hanya tertawa kecil sebelum kembali ke tempat tidurnya. Tapi perhatian Wiwin tidak hanya sampai di situ. Pagi harinya, ia memperhatikan Rani yang tampak sibuk dengan ponselnya sepanjang sarapan. "Kayaknya kamu lagi deket sama seseorang, ya?" goda Wiwin.

Rani nyaris tersedak. "Apaan sih, enggak kok!" Namun, rona merah di pipinya tidak bisa disembunyikan. Hal ini juga tidak luput dari perhatian teman-teman organisasi mereka.

"Rani, ceritain dong, siapa yang bikin kamu senyum-senyum sendiri," kata Kiki saat mereka duduk di ruang rapat. Deny yang sedang mengatur proyektor, ikut menimpali, "Fix, Rani pasti lagi PDKT. Jangan lupa undang kami di akadnya nanti!"

Rani mendengus, mencoba mengalihkan pembicaraan. Tapi Rusdi, teman dekatnya yang terkenal paling jahil, langsung menyambar ponsel Rani dari meja. "Eh, sini! Aku cek dulu siapa pelakunya."

"Rusdi! Balikin!" Rani berusaha merebut ponselnya tapi Rusdi lebih cepat. Ia mengintip layar dan membaca sepintas pesan-pesan di DM Instagram. "Wah, namanya Ardi, ya? Siapa dia, Rani?" goda Rusdi.

Rani akhirnya berhasil merebut kembali ponselnya dan wajahnya merah padam. Ia hanya menggeleng sambil mencoba mengabaikan mereka. Namun dari kejadian itu, Wiwin, Kiki, Deny, dan Rusdi jadi penasaran dengan sosok Ardi. Mereka berulang kali menggodanya untuk cerita. Akhirnya di suatu sore, Rani menyerah dan mulai bercerita tentang Ardi.

"Dia nggak jauh beda sama kita," kata Rani sambil menyeruput kopi. "Dia suka baca, nulis, dan sepertinya orangnya baik."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun