Mohon tunggu...
Ponco Wulan
Ponco Wulan Mohon Tunggu... Guru - Pontjowulan Samarinda

Pontjowulan Kota Samarinda Kalimantan Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Balik Layar Chat

11 November 2024   15:58 Diperbarui: 11 November 2024   16:03 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nayla tertawa kecil, menimpali dengan senyum, "Aduh, yang penting mading kita selesai dulu, ya. Nanti kalau menang, kita traktir Fira deh." Semakin lama mereka bekerja, semakin terasa kebersamaan dan kekompakan di antara mereka. Meski tugas itu awalnya terasa berat, kehadiran teman-teman membuat segalanya jadi lebih ringan dan menyenangkan. Hingga menjelang sore, mading mereka pun selesai dengan tampilan yang menarik dan penuh warna.

Fira menatap hasil kerja mereka dengan bangga. "Wah, keren banget! Mading kita pasti bakal jadi pusat perhatian di koridor sekolah." Nayla tersenyum puas, merasa senang dengan hasil kerja keras bersama. "Semoga besok Bu Mira juga suka sama mading kita, ya," ujarnya penuh harap.

Esok harinya, mading tiga dimensi karya Nayla dan teman-temannya dipajang di koridor sekolah. Banyak siswa yang kagum dan memuji kreativitas mereka. Bahkan Bu Mira, guru Bahasa Indonesia mereka juga memberikan pujian khusus saat jam pelajaran dimulai. Nayla dan teman-temannya merasa bangga apalagi hasil kerja keras mereka diapresiasi di seluruh sekolah.

Namun ada hal lain yang membuat Nayla merasa berbunga-bunga hari itu. Sepulang sekolah ia menerima chat dari Daffa.

Daffa: Hai Nay, makasih ya udah kerja keras bareng buat mading kemarin. Tanpa ide kamu, nggak bakal jadi sekeren itu, deh.

Nayla tersenyum membaca pesan itu. Ia mengetikkan balasan dengan perasaan gugup. Nayla: Sama-sama, Daf. Kamu juga, lho, yang paling rajin bikin kerangka madingnya.

Percakapan mereka mengalir begitu saja bahkan berlanjut hingga malam. Awalnya obrolan seputar tugas, tapi perlahan-lahan Daffa mulai bertanya hal-hal pribadi, seperti hobi, musik favorit, dan impian Nayla ke depannya. Nayla merasa nyaman berbicara dengan Daffa dan ia menyadari bahwa perhatian kecil dari Daffa membuatnya merasa istimewa.

Hari-hari berikutnya chat mereka berlanjut. Setiap kali ada waktu luang di sela-sela pelajaran atau selepas kegiatan sekolah, Daffa dan Nayla saling berkirim pesan. Nayla merasa ada ikatan khusus yang terjalin di antara mereka, meski itu hanya melalui layar ponsel. Mereka membahas banyak hal mulai dari hobi hingga impian mereka, dari pelajaran hingga cerita tentang keluarga.

Suatu malam, saat Nayla sedang duduk di kamarnya dan mengobrol dengan Daffa, ia menerima pesan yang membuat jantungnya berdebar.

Daffa: Nay, aku mau ngomong sesuatu...

Nayla menahan napas, jari-jarinya gemetar saat membalas pesan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun