Mohon tunggu...
Ponco Wulan
Ponco Wulan Mohon Tunggu... Guru - Pontjowulan Samarinda

Pontjowulan Kota Samarinda Kalimantan Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Balik Layar Chat

11 November 2024   15:58 Diperbarui: 11 November 2024   16:03 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nayla, bagaimana sekolah hari ini?" tanya Bunda Rani sambil tersenyum hangat.

"Baik, Bun," jawab Nayla sambil duduk di sebelah ibunya. Ia mulai menceritakan sedikit tentang pelajaran esai di kelas Bu Mira tetapi ia menyimpan percakapannya dengan Daffa untuk dirinya sendiri. Ada sesuatu yang membuat Nayla merasa lebih nyaman menyimpan perasaan itu sementara untuk dia sendiri.

Beberapa menit kemudian Ayah Nayla, Pak Surya, pulang dari kantor dan langsung menuju ruang makan. Wajahnya yang tenang dan berwibawa langsung menghangatkan suasana rumah. "Wah, putri ayah sudah di rumah. Sudah belajar untuk ulangan, kan?" gurau Pak Surya sambil tersenyum.

Nayla mengangguk. "Iya, Yah. Ini Nayla juga lagi ada tugas esai dari Bu Mira."

Di tengah-tengah percakapan, datanglah Gathan, kakak Nayla yang baru saja pulang dari kampusnya. Gathan adalah sosok kakak yang selalu bisa diandalkan oleh Nayla. Ia menyapa semua orang dengan ceria kemudian duduk di dekat Nayla.

"Adik manisku ini, pasti lagi sibuk nulis tentang teman spesial, ya?" Gathan menggoda sambil tertawa, membuat wajah Nayla memerah. "Astaga, Kak! Siapa yang bilang Nayla punya teman spesial?" Nayla membalas sambil tertawa malu.

Gathan tertawa sambil mengangkat bahu. "Ah, cuma tebak-tebak berhadiah. Tapi siapa tahu kan? Kakak cuma mau tahu kalau Nayla punya cerita yang nggak mau dibagi sama Kakak," godanya lagi.

Di sela-sela canda tawa itu, Nayla merasa begitu beruntung memiliki keluarga yang hangat dan penuh perhatian. Meski tinggal di rumah besar dan mewah, kehangatan di antara mereka membuatnya merasa selalu dekat dan nyaman. Setelah makan malam, Nayla kembali ke kamarnya. Ia membuka ponselnya dan menemukan pesan baru dari Daffa, yang mengucapkan selamat malam dengan emoji senyuman. Nayla tersenyum kecil sambil membalas pesan itu dengan sederhana namun hatinya berdebar-debar.

Waktu beranjak semakin cepat menuju pagi, saat itu mentari baru saja terbit ketika rumah Nayla mulai dipenuhi kesibukan. Bik Sarni sudah siap dengan sarapan di dapur. Aroma harum roti panggang dan kopi tercium hingga ke lantai atas, tempat kamar Nayla dan keluarganya berada.

Nayla beranjak dari tempat tidur dan menuju kamar mandi dengan semangat. Ia bersiap mengenakan seragam sekolahnya, memastikan dasi dan pita rambutnya terikat rapi. Selesai berpakaian, ia turun ke ruang makan, di sana keluarganya sudah mulai berkumpul.

Ayah, Bunda, dan Adit sudah duduk menikmati sarapan di ruang makan. "Selamat pagi, Nay," sapa Pak Surya tanpa melepas pandangannya dari koran. "Hari ini ada kegiatan apa di sekolah?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun