"Pagi, Yah. Nggak ada yang khusus, sih. Paling nanti ada latihan kelompok buat tugas esai dari Bu Mira," jawab Nayla sambil tersenyum. Ia kemudian menatap Bunda. "Oh iya, Bun, Nayla pulangnya mungkin agak telat sedikit, soalnya mau belajar bareng di rumah Fira."
"Boleh, tapi jangan lupa kabari Bunda kalau mau pulang," ujar Bunda Rani sambil tersenyum lembut. "Nanti biar Bunda atur supaya Pak Tio jemput di sana."
Gathan turun dari kamar dan bergabung di meja makan. Dengan rambut yang masih sedikit acak-acakan, ia mengambil sepotong roti dan menggigitnya sambil bergurau, "Wah, Nayla sekarang sudah rajin belajar, sampai mau latihan kelompok segala."
Nayla hanya tersenyum dan menahan tawa sambil memutar matanya. "Iya, Kak, biar bisa kayak Kak Gathan yang pinter," balasnya bercanda.
Setelah selesai sarapan, Pak Surya berdiri dan berpamitan untuk berangkat ke kantor. "Baik, Ayah berangkat dulu ya. Nayla, belajar yang baik di sekolah, ya." Pak Surya menepuk pundak Nayla dengan bangga, lalu mencium kening Bunda Rani sebelum melangkah keluar. Sesaat setelah Ayah berangkat, Nayla, Aditya, dan Gathan juga bersiap-siap untuk pergi ke sekolah dan kampus. Nayla memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, sedangkan Gathan mengambil helmnya untuk berangkat dengan motor.
"Nayla duluan ya, Bunda. Dadah, Bunda, Bik Sarni!" pamit Nayla sambil melambaikan tangan. Bunda Rani membalas lambaian itu dengan senyum, sementara Bik Sarni berkomentar dengan penuh perhatian, "Hati-hati di jalan, Neng Nayla. Semoga harinya menyenangkan."
Setelah semua anggota keluarga pergi, suasana rumah menjadi lebih tenang. Di rumah besar itu kini hanya ada Bunda Rani dan Bik Sarni. Mereka mulai menyusun rencana untuk membersihkan rumah dan menyelesaikan pekerjaan lainnya. Bunda Rani menyiapkan teh hangat di ruang tengah sambil berbincang-bincang santai dengan Bik Sarni, membahas rencana keluarga di akhir pekan dan juga keseharian anak-anaknya. Meskipun rumah itu kini sepi, kehangatan tetap terasa karena persahabatan yang erat antara Bunda Rani dan Bik Sarni.
Nayla dan teman-temannya sudah berkumpul di kelas, siap untuk memulai pelajaran. Seperti biasa suasana kelas ramai dengan canda tawa pagi dari para siswa yang saling bertukar cerita. Fira sibuk mengeluhkan soal ulangan fisika minggu lalu. "Nay, kamu ngerti gak waktu Pak Haris jelasin rumus gaya? Aku merasa otakku udah jalan-jalan duluan, deh," keluh Fira sambil memegangi kepalanya dengan ekspresi putus asa.
Nayla tersenyum simpul, mengangguk mengerti. "Jangan khawatir, Fir. Nanti kita bisa belajar bareng kok. Aku juga kemarin masih bingung, tapi setelah ulangi lagi di rumah lumayan bisa ngerti," jawab Nayla mencoba menenangkan.
     Mereka terus ngobrol hingga bel tanda pelajaran pertama berbunyi. Guru bahasa Inggris masuk ke kelas dengan senyum ramah. Bu Lestari adalah sosok guru yang tenang dan sabar serta selalu berhasil menarik perhatian siswa-siswanya dengan metode mengajar yang kreatif.
"Selamat pagi, anak-anak! Hari ini kita akan belajar tentang conversation atau percakapan dalam bahasa Inggris," ujar Bu Lestari sambil mengedarkan pandangan ke seluruh kelas. "Tolong buka buku kalian di halaman 45, ya."