"Bu Panca, saya terkesan dengan cara Ibu mengajar. Saya dengar dari Pak Kepala Sekolah, Ibu sering diundang sebagai narasumber pelatihan karya tulis. Luar biasa sekali prestasi Ibu," kata Pak Santoso saat mereka duduk di ruang guru.
Bu Panca tersenyum merendah. "Ah, itu semua berkat dukungan dari rekan-rekan dan keluarga. Saya hanya berusaha melakukan yang terbaik." Tidak lama kemudian, nama Bu Panca kembali menjadi perbincangan di sekolah. Kali ini ia diundang sebagai pembicara dalam seminar pendidikan yang diadakan oleh Dinas Pendidikan setempat. Seminar ini menjadi kesempatan emas baginya untuk berbagi pengalaman lebih luas lagi, sekaligus memperkenalkan pendekatan pembelajaran yang telah ia kembangkan selama ini.
Ketika seminar berlangsung, Bu Panca membagikan pengalamannya dalam menyusun karya tulis, inovasi pembelajaran, dan cara membimbing siswa untuk tetap semangat dalam kondisi keterbatasan. Banyak peserta seminar yang terinspirasi oleh cerita Bu Panca, terutama guru-guru muda yang baru memulai karier mereka.
Setelah seminar, Bu Panca mendapat banyak ucapan selamat dan dukungan dari berbagai kalangan. Namun di dalam hatinya, Bu Panca selalu mengingat desa kecil tempat ia memulai segalanya. Rasa rindu terhadap siswa-siswi dan rekan-rekan di sekolah lamanya tak bisa hilang begitu saja. Sering kali Bu Panca menerima pesan dari murid-murid lama seperti Rosi, Deden, Wati, dan Budi, yang menceritakan perkembangan mereka.
"Bu, kami sudah mempraktikkan apa yang Ibu ajarkan tentang menulis karya tulis. Sekarang kami sedang mempersiapkan lomba di tingkat kabupaten. Doakan kami ya, Bu!" tulis Rosi dalam pesan singkat yang mengharukan.
Bu Panca tersenyum sendiri saat membaca pesan itu. Di sela-sela kesibukannya di sekolah kota, ia selalu berusaha membalas pesan-pesan dari anak-anak didiknya. Meskipun sudah jauh dari desa, hubungan emosionalnya dengan siswa-siswa di sana tetap kuat.
Hari-hari Bu Panca di SMK Negeri 1 semakin dipenuhi kesibukan. Selain mengajar, ia juga sering menjadi narasumber dalam berbagai kegiatan sekolah. Di sela-sela kesibukan tersebut, ia mulai mengenal lebih dekat para guru di SMK Negeri 1 yang berasal dari berbagai daerah dengan keunikan karakter masing-masing.
Salah satu guru yang paling sering berinteraksi dengan Bu Panca adalah Pak Bagus, guru olahraga yang berasal dari Jawa Tengah. Pak Bagus adalah sosok yang selalu energik, ceria, dan sangat mencintai profesinya. Setiap hari dia terlihat semangat mengajak para siswa berolahraga di lapangan bahkan sering kali terlihat bercanda dengan para siswa di sela-sela latihan.
"Bu Panca, ayo sesekali ikut olahraga bersama kami di lapangan," ajak Pak Bagus suatu hari. "Selain mengajar, olahraga penting lho Bu, buat menjaga kebugaran." Bu Panca hanya bisa tertawa. "Terima kasih, Pak Bagus, saya akan pertimbangkan. Tapi rasanya energi saya tak sekuat para siswa."
Bu Panca sering mengobrol dengan Bu Maria juga, guru seni yang berasal dari Manado. Bu Maria memiliki karakter yang lembut tetapi tegas dalam mengajar. Sebagai orang yang sangat mencintai seni, Bu Maria sering mendorong siswa-siswinya untuk mengekspresikan diri melalui berbagai karya seni. Ia juga sering memamerkan hasil karya siswa di ruang seni sekolah.
"Bu Panca, saya kagum dengan dedikasi Ibu. Padahal sudah lama mengajar di desa tapi Ibu tetap semangat beradaptasi di sini," kata Bu Maria saat mereka sedang mengobrol di ruang guru.