Mohon tunggu...
Ponco Wulan
Ponco Wulan Mohon Tunggu... Guru - Pontjowulan Samarinda

Pontjowulan Kota Samarinda Kalimantan Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kilau Prestasi di Tengah Keterbatasan

2 November 2024   10:29 Diperbarui: 2 November 2024   14:05 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dibuat oleh AI

Pak Junaidi seorang guru Bahasa Inggris asal Kalimantan yang ceria dan humoris. Kehadirannya di ruang guru selalu membawa keceriaan dengan guyonan-guyonannya. "Bu Panca, kapan nih kita bisa belajar menulis bareng? Saya kan ingin belajar bikin karya tulis seperti Ibu," canda Pak Junaidi sambil tersenyum lebar. "Pak Junaidi, kalau niat serius, kita bisa mulai kapan saja," jawab Bu Panca sambil tertawa kecil.

Perbedaan karakter dan latar belakang para guru di SMK Negeri 1 membuat suasana bekerja menjadi lebih dinamis. Masing-masing membawa kekhasan dari suku dan budaya yang mereka bawa tapi tetap satu dalam semangat mengajar dan mendidik.

"Saya rasa, kita perlu mengadakan pelatihan kecil-kecilan untuk guru-guru di sini, Bu Panca," usul Bu Wulan, seorang guru muda dari Jawa Tengah yang sangat antusias terhadap pengembangan diri.

"Setuju, Bu Wulan. Kita bisa mulai dari diskusi kecil. Saya siap berbagi apa yang saya ketahui," jawab Bu Panca dengan senyuman tulus. Bu Panca dengan segala prestasinya tetap rendah hati. Ia terus mengingat perjalanan panjangnya sebagai guru honor di desa. Meski sekarang ia telah diakui dan diangkat sebagai ASN PPPK, baginya, pengabdian dan kecintaannya pada pendidikan tak akan pernah berubah. Setiap hari, Bu Panca merasa bersyukur atas dukungan keluarga dan teman-teman sesama guru yang selalu ada di sisinya.

Setelah Bu Panca dan keluarganya menetap di kota, kehidupan mereka berangsur-angsur menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Rumah yang lebih dekat dengan SMK Negeri 1 memudahkan Bu Panca menjalani hari-harinya sebagai guru. Di sekolah, ia terus disibukkan dengan berbagai undangan menjadi narasumber tentang karya tulis dan inovasi pembelajaran.

Suatu hari setelah menyelesaikan sebuah seminar di sekolah lain, Bu Panca menerima kabar gembira dari salah satu siswa bimbingannya, Deden. "Bu Panca, terima kasih banyak atas bimbingan Ibu. Saya akhirnya lulus ujian karya tulis dengan nilai tertinggi di kelas!" kata Deden dengan penuh semangat.

Mendengar kabar tersebut, hati Bu Panca dipenuhi kebanggaan. "Alhamdulillah, Deden. Ini semua berkat kerja kerasmu. Ibu hanya membimbing, tapi kamu yang berjuang."

Keberhasilan demi keberhasilan, baik di kalangan siswa maupun karier Bu Panca, terus mengalir. Namun meski begitu, ia tidak pernah melupakan akar dan asal-usulnya sebagai guru honor di desa yang penuh keterbatasan. Setiap pencapaiannya selalu menjadi pengingat bagi Bu Panca bahwa kerja keras, dedikasi, dan cinta pada profesi tidak akan pernah sia-sia.

Hidupnya mungkin telah berubah drastis dari seorang guru honor dengan segala keterbatasan hingga menjadi guru berprestasi di kota besar, tapi satu hal yang tidak pernah berubah adalah ketulusan hati Bu Panca dalam mengajar dan membimbing siswa-siswinya. Kini ia tidak hanya dikenal sebagai guru berprestasi tapi juga sebagai sosok inspiratif yang selalu memberikan pengaruh positif di setiap langkahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun