Rina hanya tersenyum. Dalam hatinya, ia tahu bahwa alasannya tetap tinggal bukan hanya karena kecintaannya pada desa, tapi juga karena keberadaan Adi di sana. Perasaan itu semakin menguat setiap kali mereka bersama. Dan Rina tahu bahwa ini adalah perasaan yang harus ia pendam dalam-dalam.
Namun, malam itu, ketika mereka duduk berdua di bawah langit malam yang cerah, perasaan itu sulit untuk disembunyikan. Rina memberanikan diri untuk bertanya sesuatu yang sudah lama ia pendam.
"Adi, apa kau pernah berpikir tentang kita... lebih dari sekadar saudara?" tanya Rina dengan suara bergetar. Adi terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia menatap Rina dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada keraguan dan juga kehangatan di matanya. "Rina, kau tahu ini sulit. Kita keluarga."
"Tapi... bagaimana jika perasaan ini nyata?" desak Rina, berharap menemukan jawaban yang bisa menenangkan hatinya.
Adi menghela napas panjang. "Aku juga merasakan hal yang sama, Rina. Tapi kita harus berpikir panjang. Ini bukan hanya tentang kita berdua. Ini tentang keluarga kita, tentang tradisi dan norma yang ada."
Mereka terdiam, membiarkan keheningan malam mengisi kekosongan di antara mereka. Di dalam hati, keduanya tahu bahwa cinta ini adalah cinta yang terlarang. Namun, perasaan itu begitu kuat, seperti arus sungai yang tak bisa dihentikan.
Hari-hari berikutnya, Rina dan Adi semakin sering menghindari satu sama lain. Bukan karena mereka tidak saling mencintai, tetapi karena mereka tahu bahwa setiap pertemuan hanya akan memperdalam luka yang ada. Rina mencoba sibuk dengan pekerjaannya di rumah dan di sawah, sementara Adi lebih sering menghabiskan waktu di kota, mencoba mencari jawaban atas kebingungan hatinya.
Namun, cinta adalah sesuatu yang sulit diatur. Dan meskipun mereka berusaha keras untuk menahannya, perasaan itu terus tumbuh dan berkembang, mencari jalan untuk bisa bersama.
Beberapa minggu berlalu, dan suasana di desa kembali tenang. Namun, di dalam hati Rina dan Adi, gejolak perasaan mereka masih terus berkecamuk. Di tengah kebimbangan itu, muncul seseorang yang membawa angin segar ke dalam kehidupan mereka. Namanya adalah Dira, sahabat lama Adi yang juga baru kembali dari Jakarta. Dira adalah seorang wanita muda yang cerdas, berani, dan memiliki kepribadian yang kuat. Kehadirannya di desa membuat semua orang merasa senang terutama Adi yang akhirnya memiliki teman untuk berbagi cerita.
Dira sering datang ke rumah keluarga Raharjo, membantu di dapur atau sekadar mengobrol dengan Bu Sulastri. Ia juga sering terlihat berjalan-jalan dengan Adi mengelilingi desa dan menikmati keindahan alam. Rina yang awalnya merasa cemburu, perlahan-lahan mulai membuka diri dan berteman dengan Dira. Mereka berbagi cerita dan tawa, membuat hari-hari di desa semakin berwarna.
Suatu sore, ketika Rina dan Dira sedang duduk di tepi sungai, Dira mulai bercerita tentang pengalamannya di Jakarta dan rencana masa depannya. Ia memiliki impian besar untuk membangun sebuah pusat pendidikan di desa agar anak-anak di sana bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik.