Mohon tunggu...
Ponco Wulan
Ponco Wulan Mohon Tunggu... Guru - Pontjowulan Samarinda

Pontjowulan Kota Samarinda Kalimantan Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta dalam Diam yang Menyakitkan

21 Agustus 2024   16:18 Diperbarui: 21 Agustus 2024   16:20 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lia menggenggam tangan Maya dengan lembut. "Kita perlu bicara dengan mereka berdua. Mungkin ada sesuatu yang lebih dari sekadar pekerjaan yang mengganggu mereka." Sore itu, Maya mengajak Raka dan Andi untuk berbicara di ruang rapat. "Kita perlu menyelesaikan masalah ini. Apa yang sebenarnya terjadi?" tanyanya dengan nada serius.

Raka dan Andi saling menatap dengan ekspresi yang rumit. Raka akhirnya berbicara, "Aku merasa kita kehilangan fokus. Kita harus lebih bekerja sama, bukan saling bersaing."

Andi mengangguk setuju, meskipun wajahnya masih menunjukkan ketegangan. "Aku setuju. Tapi kita harus bisa menemukan keseimbangan antara data dan kreativitas."

Maya merasa lega mendengar kesepakatan mereka meskipun masih ada perasaan yang belum terungkap. "Baiklah mari kita selesaikan ini bersama-sama. Kita tidak bisa membiarkan perasaan pribadi mempengaruhi kerja tim."

Ketika hari mulai gelap dan kantor semakin sepi, Raka dan Andi tetap bekerja di meja mereka, sementara Maya mengamati mereka dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi ia merasa bersyukur atas dedikasi mereka tetapi di sisi lain, ia merasa terbebani oleh perasaan yang tak terucapkan. Malam itu Maya merenung di kamarnya, memikirkan kata-kata yang diucapkan Pak Santoso dan Ibu Ririn. Ia tahu bahwa kejujuran adalah kunci tetapi ia juga takut akan konsekuensi dari kejujuran itu. Di dalam hati ia berharap bisa menemukan jalan yang terbaik bagi semuanya.

Beberapa hari kemudian di tengah tekanan proyek yang terus meningkat, pimpinan perusahaan, Bapak Suryo, memutuskan untuk mengadakan acara perusahaan di sebuah resor mewah pinggiran kota. Acara tersebut bertujuan untuk mempererat hubungan antar karyawan dan memberikan waktu untuk bersantai sejenak dari kesibukan kantor.

Raka, Maya, Andi, dan Lia turut diundang dalam acara tersebut. Semua berharap suasana baru ini bisa membantu meredakan ketegangan yang ada. Malam itu di resor, Bapak Suryo mengadakan jamuan makan malam mewah di taman yang diterangi oleh lampu-lampu hias dan lilin, menciptakan suasana romantis yang hangat.

Saat makan malam berlangsung, Bapak Suryo mendekati meja tempat Raka, Maya, Andi, dan Lia. "Selamat malam, semuanya. Semoga kalian menikmati malam ini. Saya ingin kita semua bisa bersantai dan menikmati waktu bersama," katanya dengan senyum ramah. Mereka semua mengangguk setuju. Bapak Suryo melanjutkan, "Maya, Raka, Andi, saya sangat menghargai kerja keras kalian dalam proyek ini. Saya tahu tekanannya besar, tapi saya yakin kalian bisa mengatasinya."

Saat malam semakin larut dan musik terus mengalun, Bapak Suryo memperhatikan interaksi di antara para karyawannya. Ia adalah sosok yang bijaksana dan berpengalaman, dan ia menyadari ada sesuatu yang lebih dalam di antara Raka, Maya, dan Andi. Bapak Suryo mendekati mereka lagi. "Maya, Raka, Andi, bisakah kalian ikut saya sebentar? Saya ingin berbicara dengan kalian di teras."

Mereka bertiga mengikuti Bapak Suryo ke teras resor yang menghadap taman. Di bawah sinar bulan, Bapak Suryo menatap mereka dengan pandangan penuh pengertian. "Saya tahu ada sesuatu yang mengganggu kalian. Sebagai pimpinan, saya ingin kalian tahu bahwa komunikasi adalah kunci. Tidak hanya dalam pekerjaan tetapi juga dalam hubungan pribadi."

Raka dan Andi saling melirik merasa bahwa ini adalah kesempatan untuk mengungkapkan perasaan mereka dengan bimbingan dari Bapak Suryo. Maya yang merasakan ketegangan menunggu dengan cemas. Bapak Suryo melanjutkan, "Saya ingin kalian bisa menyelesaikan ini dengan baik. Raka, Andi, saya bisa melihat dedikasi kalian terhadap pekerjaan. Maya, kamu adalah aset berharga bagi perusahaan dan saya tahu kamu sedang berada dalam posisi yang sulit."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun