Mohon tunggu...
Pin
Pin Mohon Tunggu... -

alter ego

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber 2] Kabut Hitam

21 November 2015   08:08 Diperbarui: 22 November 2015   13:35 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Besok pagi aku akan membawamu ke rumah sakit. Sekarang kau istirahat dulu.” Lalu laki-laki itu menoleh ke arah Mbok Minah. “Saya pamit dulu, Mbok. Besok pagi-pagi saya ke sini lagi.”

Mbok Minah kemudian mengantarkan laki-laki itu keluar. Dokter Zaldi, yang minggu lalu mengatakan Ayah hanya flu ringan dan tak apa-apa.

Lalu kembali hening. Dan aku terkapar dalam remang, menatap jajaran genting yang menaungi rumah sederhana Mbok Minah. Saat itu aku sadar. Ada sesuatu yang tergenggam di telapak tangan kananku. Aku meremasnya.

Sebuah tusuk konde. Yang aku tak ingat kapan terakhir kali memegangnya. Kupejamkan mataku dengan lelah.

Jadi Mbok Minah lagi-lagi tak apa-apa?

Aku sudah tak lagi mampu memisahkan mimpi dan nyata. Semuanya terasa nyata bagiku. Masih terngiang di telingaku bunyi tulang patah dan letupan tengkorak Mbok Minah. Masih terbayang di mataku tentang semua warna merah pekat darah. Masih juga samar tercium hidungku bau anyir yang memuakkan.

Rumah sakit?

Pelan aku menggeleng. Lemah.

Tidakkah mimpiku akan makin buruk di sana?

Aku harus melakukan sesuatu.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun