Mohon tunggu...
Pin
Pin Mohon Tunggu... -

alter ego

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber 2] Kabut Hitam

21 November 2015   08:08 Diperbarui: 22 November 2015   13:35 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku ingin berteriak, tapi tak bisa. Aku ingin menghentikan gerakanku, tapi nihil. Batang kayu itu terus menumbuk seluruh tubuh Mbok Minah seolah tubuh itu hanyalah seonggok rempah jamu.

Derak tulang patah. Letupan tengkorak kepala pecah. Otak yang meleleh. Darah yang muncrat. Merah. Pekat. Anyir. Semuanya kusaksikan tanpa aku bisa memejamkan mata.

Aku terpenjara. Ingin berteriak. Menangis. Memberontak. Menggeliat. Menghentikan semuanya. Tapi aku tak punya kuasa. Lilitan rambut itu masih erat membekap mulutku, menopang kaki dan badanku, menggerakkan tanganku. Terus... terus... terus... Hingga pada akhirnya raga Mbok Minah meremuk. Menjelma bagai seonggok karung yang disiram cairan merah. Lunglai. Bergeming. Setengah hancur.

Dan segumpal kabut tiba-tiba saja menyergapku. Menggulungku dalam hitam pekat yang membuat napasku sesak. Aku terkulai. Gelap.

 

***

 

Bisik-bisik... Bisik-bisik... Bisik-bisik...

“Apa ndak ditunggu dulu sampai membaik?”

“Lebih baik tidak ditunda lagi, Mbok. Saya khawatirkan lukanya mengalami infeksi.”

“Ya... ya... Lagipula...”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun