Mohon tunggu...
Piccolo
Piccolo Mohon Tunggu... Hoteliers - Orang biasa

Cuma seorang ibu biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tasbih yang Digenggaman Aisyah

11 April 2021   01:09 Diperbarui: 11 April 2021   01:13 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Mar, sudah selesai." Wawan memanggilku di ruang tunggu.

"Kita kerja di bidang yang sama, Mar. Kau pasti tau kondisi Mamamu."

"Diagnosa kita bisa jadi berbeda. Mamaku pasienmu, dan aku adalah keluarga pasien. Jelaskan kondisi Mamaku." Desakku.

"Presistent Depressive Disorder. Post-Traumatic Stress Disorder. Selebihnya kamu pasti tau apa yang harus kita lewati untuk memulihkan Mamamu."

Perempuan hebatku sedang patah. Aku yang setiap hari bertemu dengannya, yang mati-matian berjuang untuk bisa menjadi seorang psikolog seperti yang dipesankannya, ternyata gagal melihat robohnya benteng pertahanan Mama. Aku membiarkan batinnya terluka begitu parah.

***

"Hei, kamu pasti Maryam. Aku Gibran."

Entah apa yang membuatku tergerak untuk menjawab panggilan masuk di Hp Mama kali ini. Sudah begitu lama aku mengabaikan benda milik Mama yang satu ini.

"Aku sudah lama mencari kabar Mamamu. Tapi sudah beberapa bulan belakangan nomornya selalu mati. Aku pikir malah sudah berganti nomor." Aku masih berusaha menyimak dalam diam suara asing di seberang sana.

"Aisyah apa kabar?"

Aku bisa menangkap nada penuh kecemasan dari lelaki yang katanya bernama Gibran itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun