Indri, juga keluarga dan teman-teman Bimo yang lain, sangat tidak siap dengan perpisahan ini.
Tapi takdir tidak bisa dilawan, bukan? Bahkan dengan cinta paling besar sekalipun.
Setelah merenungkan misteri kehidupan itu berhari-hari lamanya, Indri pun sampai pada sebuah kesimpulan. Mungkin memang kehadiran Bimo dalam hidupnya, dan kehadirannya dalam hidup Bimo adalah suratan takdir. Di balik duka mendalam, tetap terbersit kepingan bahagia karena dia telah memberikan cintanya sepenuh hati di waktu-waktu akhir hidup Bimo.
Saat pergi selama-lamanya tubuh Bimo kesakitan, tapi hatinya tidak, karena ada cinta yang sedang indah bersemi di sana.
Di ujung senja ini, helai-helai bunga mawar dan melati berjatuhan dari genggaman Indri ke atas nisan Bimo. Lewat angin yang bertiup syahdu, dia menitipkan doa-doa. Semoga Bimo, kekasih hati, bahagia di alam sana.Â
---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H