"Bimo! Indri! Kami tidur duluan yak!" terdengar seruan dari jauh di belakang mereka. Senior-senior lain yang tadinya nongkrong di beranda belakang wisma sudah bergerak masuk ke dalam.
"In, jangan lupa besok pagi kamu yang pimpin senam," suara lainnya menimpali.
"Oke kaaak!," sahut Indri setengah berteriak.
Sunyi sejenak.
"Iklan lewat!" celetuk Bimo.
Keduanya tertawa lepas. Langit malam yang bersih tanpa tirai awan, memamerkan kerlap-kerlip bintang-bintang di sana. Semesta pun sepertinya ikut merayakan cinta yang bersemi di hati kedua anak manusia itu.
---
Kisah manis ini terjadi 2 bulan lalu.
Setiap kali mengingatnya, Indri tidak kuasa menahan air matanya.
Selama ini Bimo pandai menyembunyikan penyakit kanker otak yang ternyata telah menggerogoti tubuhnya. Akhirnya, dua minggu lalu Bimo pergi untuk selama-lamanya. Dengan kepergiannya itu, Bimo telah benar-benar telah menjadi cahaya dari masa lalu untuk Indri.
Memang kehidupan ini kadang suka bermain teka-teki yang pelik. Bunga-bunga cinta yang baru saja bersemi di antara keduanya, akhirnya hanya jadi sebuah kenangan singkat. Bahkan Indri masih bisa merasakan hangatnya genggaman tangan Bimo saat menyatakan cinta kepadanya.