“Raka, kamu tahu tidak, seorang wanita tidak akan melupakan cinta pertamanya dengan mudah. Dan kamu… kamu cinta pertamaku. Walau saat itu kita masih ABG labil yang masih jauh dari kata dewasa.”
Perlahan aku menggenggam jemari Clarisa di atas meja.
“Kalau begitu tidak butuh waktu lama untuk belajar mencintaimu lagi, Clarisa.”
Clarisa menarik tangannya.
“Tapi sekarang keadaan telah berubah, Raka.”
“Apa yang berubah?”
“Aku… Kamu tidak mengerti.”
---
Pembicaraan malam itu jadi tergantung. Aku berpikir akan menuntaskan malam itu dengan menegaskan perasaanku padanya dan memastikan hubungan kami naik status dari sahabat jadi kekasih. Tapi Clarisa berkehendak lain. Pembicaraan kami jadi hambar sampai aku mengantar kembali ke rumahnya.
Tiga hari kemudian aku baru menemukan jawabannya. Pesan WA-nya masuk saat aku sedang memeriksa laporan-laporan penjualan.
Raka, terima kasih atas kebersamaan kita selama ini. Walau singkat, tapi aku merasa hidup ini kembali berwarna setelah perjumpaan pertama kita.