Aku juga ikut berpikir kapan ya terakhir kali membawa seorang cewek kencan seperti malam ini? Sepertinya tiga atau empat tahun lalu juga.
“Tidak. Cuma tanya doang…”
“Bertanya kan pasti ada motivasinya.”
“Nanya doang itu motivasi atau bukan ya?”
Clarisa tertawa lagi, memamerkan deretan giginya yang putih bersih. “Kamu masih saja selalu kocak, Raka. Kamu sendiri? Sampai sekarang kok masih betah menjomblo?”
“Bukan betah tidak betah, sih. Belum ketemu cewek yang cocok saja.”
“Paling kamu yang pilih-pilih…”
“Ya, untuk jadi pendamping hidup harus pilih-pilih dong. Beli ubi saja mesti dipilih-pilih…”
Clarisa tersenyum.
“…belum ada yang seperti kamu,” sahutku lagi.
Senyuman Clarisa seperti jadi surut. Saat itu ada seorang pasangan muda lainnya melintas di samping meja kami. Keduanya bergandengan mesra, membuatku merasa getaran pikiranku dan Clarisa sedang berada di frekuensi yang sama saat ini.