“Kenapa?”
“Ng…. aku.. Kok aku jadi berdebar begini, ya?!”
“Gara-gara salah sebut nama tadi kali…”
“Iya, mungkin…”
Aku lalu mengambilkan Maya segelas air putih hangat.
Di luar langit semakin kelam, seolah menyedot berkas cahaya apapun di bawahnya. Hujan juga masih terus menghujam bumi dengan deras.
Maya terduduk kaku di atas sofa dan menyesap air dalam gelas yang kuberikan perlahan. Ada sebaris ketakutan yang muncul dari air mukanya.
“Kamu ada kerjaan ya malam ini?”
Maya menggeleng.
“Janjian sama Nirina dan Ruby itu urusan kerjaan ya?”
Maya menggeleng lagi.