Tak berselang lama. Gunawan lahir. Bayangan menjadi bapak dan ibu terasa di ruangan itu. Mereka menghela napas. Ada ketakutan, seolah anak yang dilahirkan itu tidak akan membawa guna dalam kehidupan keras di kota.
"Selamat untuk kelahiran putra pertamanya. Siapa nama anak laki-laki ini?" tanya seorang suster.
"Gunawan ! Tidak ada gunanya merasakan kesedihan terus menerus. Anak ini menjadi doa. Meski dia tidak berbuat apa-apa. Aku harap dia menjadi orang yang berguna !"
"Aku juga berharap akan hal yang sama !" kata penarik becak. Ia mulai panik. Tak punya uang untuk membawa pulang bayinya.
***
Gunawan memang dikenal tanpa orang tua. Konon, bayinya dulu ditemukan di balai desa. Orangtuanya membuang karena tidak punya uang untuk menghidupi.
"Kasihan. Kalau membuat saja ramai-ramai. Kalau sudah jadi begini, dibuang saja !" kata orang yang menemukan Gunawan kecil.
Ada tulisan di tempat tidur Gunawan kecil, sebuah doa. "Tuhan, semoga anak ini ketika besar nanti menjadi pengangguran yang berguna. Ia bisa mendengarkan cerita dengan baik. Hingga, tidak semua orang bisa menghakimi kami karena sulitnya hidup !"
Cerita soal pengangguran menjadi menarik ketika teringat Gunawan. Orang yang oleh orangtuanya didoakan menjadi pengangguran. Banyak menganggap, Gunawan membawa berkat meski dia mengangguran. Hingga, suatu malam, Gunawan ditemukan tak bernyawa di dekat rumah Pak Darso.
"Ia terkena serangan jantung !" kata Pak Darso.
                                                        Sleman, Januari 2023