Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengangguran

25 Januari 2023   17:00 Diperbarui: 25 Januari 2023   17:03 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gunawan terkenal sebagai orang jujur. Kalau ada fitnah, banyak kawan akan membelanya.

"Tentu kita bisa percaya kalau dia jujur. Jujur menjadi pengangguran yang baik dan benar."

"Bagaimana menurut Pak RT tentang kebiasaan Gunawan berkunjung ke temannya?"
"Tidak apa. Pengangguran bukan penyakit yang menular !"

Dengan suara mantap, Pak RT juga senang dan bangga memiliki warga yang menganggur. Bisa kapan pun dimintai pertolongan.

"Gunawan itu ringan tangan. Ia mau mendengarkan, bahkan untuk cerita yang tak berpengaruh dalam hidupnya !" kata Pak RT dengan raut muka bersungguh-sungguh.

***

Minggu lalu, Gunawan pulang dari rumah sakit. Ia berkunjung ke poli jantung. Namun, tak seorang pun mengetahui. Kalau Gunawan pergi ke rumah sakit. Banyak kawan merasa kecewa, belum pernah Gunawan terlambat datang. Saat sampai di rumah Pak Darto, akhirnya Gunawan bercerita. Kalau ia tadi habis menolong korban kecelakaan. Tanpa rasa curiga, Pak Darto percaya. Seperti hari sebelumnya, Gunawan tetap menjadi pendengar cerita. Cerita soal bangkrutnya usaha Pak Darto menjadi awal kegelisahan Gunawan. Tapi, tidak dinampakkan. Bukan apa. Gunawan juga takut, kalau bapak dua anak itu nanti menjadi pengangguran.

"Tidak apa, Pak. Masih ada hari esok. Kalau hari ini belum berhasil. Kita bisa coba lagi lain hari. Hanya saja, Pak Darto jangan menyerah. Sedih tidak masalah. Kalau menyerah, nanti semua akan selesai. Tidak ada harapan lagi," kata Gunawan.

Tampak rokok apek dimulutnya sudah siap dinyalakan.

"Maaf, koreknya hilang. Kemarin digunakan istriku untuk membakar sampah !"

"Kita bisa membakarnya dengan amarah. Betapa hidup serumit ini, Pak !"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun