Mereka tertawa. Dada Gunawan terasa sesak. Ia hanya tersenyum kecut.
"Kau tak apa, Gun ?"
"Biasa. Penyakit pengangguran !"
Saati itu, tak disangka. Tangan Gunawan penuh darah. Ia kesakitan, akhirnya Pak Darso tahu. Gunawan ternyata memiliki penyakit jantung. Namun, bukannya rasa sedih yang ada, Pak Darso malah tertawa.
"Pengangguran seperti dirimu tidak boleh punya penyakit mahal-mahal. Nanti uang dari mana untuk berobat ?"
"Ini hanya mimisan saja. Tapi lewat mulut !" Gunawan menimpal. Ia tidak marah. Layaknya pendengar yang baik, sangat tidak sopan membandingkan kemalangan hidup setelah tadi bercerita soal usaha yang bangkrut.
"Besok. Aku mau menggadaikan sawah. Untuk modal memulai usaha lagi. Tapi, mungkin kecil-kecilan saja !"
Pak Darso bersemangat, tak memperhatikan Gunawan kesakitan tapi ditahan.
***
"Calon bayi ini memiliki jantung lemah. Ia tidak bisa terkena asap rokok. Kalau ada polusi sedikit saja, nantinya akan bermasalah !" ujar seorang Dokter.
"Tapi, saya mau dia menjadi anak yang berguna. Lalu, kalau penyakitan begitu. Bagaimana nanti kalau sudah dilahirkan ? Apa malah tidak menyusahkan orang lain. Belum lagi, banyak uang dibutuhkan untuk persalinanannya nanti !" keluh seorang lelaki dengan topi kumal. Penarik becak itu menatap istrinya. Seorang perempuan yang tengah hamil tua. Dalam tatapan mata mesra, perempuan tadi merapalkan doa.