Aufa mengajak Agna makan di salah satu restoran masakan padang. Aufa sering mengajak Agna ke tempat itu, karena ia tahu kalau wanita yang disukainya sangat tergila-gila dengan masakan padang. Apalagi nasi padang dengan lauk daging rendang dan dendeng paru. Mata Agna selalu berbinar ketika melihat menu kesukaannya itu sudah tersaji di atas meja.
“Makasih banyak ya Fa aku ditraktir makan lagi.”
“Santai aja Na. Apa sih yang enggak buat kamu?” Aufa merayu.
“Dasar gombal.” Agna kembali menyuap makanan ke mulutnya.
“Na, aku mau ngomong sesuatu sama kamu.” Nada suara Aufa mulai serius.
“Mau ngomong apa?” Agna masih menikmati makanan.
“Kita udah lama saling kenal. Kamu satu-satunya wanita yang sangat dekat denganku. Jujur, karena kedekatan kita ini membuat aku menyimpan perasaan ke kamu. Aku suka sama kamu, Agna.”
Agna tiba-tiba tersedak. Ia sangat terkejut mendengar ucapan Aufa. Ia tak menyangka kalau Aufa mengungkapkan perasaan kepadanya. Lelaki itu dengan sigap mengarahkan gelas berisi air mineral ke mulut Agna.
“Kamu enggak apa-apa, Na? Maaf kalau ucapanku membuatmu kaget.”
“Aku baik-baik aja kok. Aku cuma kaget kamu ngomong seperti itu.”
“Jadi gimana, Na? Kamu mau jadi pacarku? Aku rasa kamu wanita yang sangat cocok untukku. Kamu udah mengerti bagaimana aku, dan aku juga seperti itu ke kamu. Aku pikir, kita bisa saling melengkapi.”